Lompat ke isi

Frederica dari Baden

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Frederica dari Baden
Frederica tahun 1826 karya Joseph Karl Stieler
Permaisuri Swedia
Periode31 Oktober 1797 – 29 Maret 1809
Penobatan3 April 1800
Kelahiran(1781-03-12)12 Maret 1781
Karlsruhe, Keharyapatihan Baden
Kematian25 September 1826(1826-09-25) (umur 45)
Lausanne, Swiss
Pemakaman
Schloss dan Stiftskirche di Pforzheim
Pasangan
(m. 1797; c. 1812)
Keturunan
Nama lengkap
Friederike Dorothea Wilhelmina
WangsaZähringen
AyahKarl Ludwig dari Baden
IbuAmalie dari Hesse-Darmstadt

Frederica dari Baden (Frederica Dorothea Wilhelmina; 12 Maret 1781 – 25 September 1826) adalah seorang ratu permaisuri Swedia dari 1797 hingga 1809 sebagai istri Raja Gustav IV Adolf.

Masa kecil

[sunting | sunting sumber]

Frederica of Baden lahir di Istana Karlsruhe, Keharyapatihan Baden, pada 12 Maret 1781. Dia adalah putri Karl Ludwig dari Baden dan Amalie dari Hesse-Darmstadt.

Di keluarganya, Frederica akrab dipanggil Frick (atau Frique). Ia menerima pendidikan yang biasa-biasa saja dari seorang pengasuh asal Swiss-Prancis di Karlsruhe. Orang-orang menggambarkannya sebagai perempuan yang cantik, tetapi tidak begitu cerdas. Sejak kecil, kecantikannya sudah menarik perhatian, meskipun dia dikenal memiliki tubuh yang lemah—bahkan dari usia dua tahun, ia sudah menderita rematik.

Karena bibi dari pihak ibunya, Natalia Alexeievna (Wilhelmina Louisa dari Hesse-Darmstadt), pernah menjadi istri pertama Putra mahkota Paul dari Rusia, Permaisuri Yekaterina yang Agung sempat mempertimbangkan Frederica atau salah satu saudarinya sebagai calon istri cucunya, Adipati Agung Alexander dari Rusia. Pada 1792, ibunya membawa Frederica dan saudarinya, Louise, mengunjungi Rusia. Secara tidak resmi, tujuan perjalanan ini adalah untuk memperkenalkan kedua gadis itu kepada permaisuri agar salah satu dari mereka dipilih menjadi calon mempelai Aleksandr. Pada akhirnya, Louise yang terpilih untuk menikah dengan Alexander, sementara Frederica kembali ke Baden pada musim gugur 1793.[1]

Pada Oktober 1797, Frederica menikah dengan Raja Gustav IV Adolf dari Swedia. Pernikahan ini diatur oleh Gustav IV Adolf sendiri. Sebelumnya, dia menolak menikah dengan Louise Charlotte dari Mecklenburg-Schwerin dan Alexandra Pavlovna dari Rusia. Gustav menolak Alexandra karena kontrak pernikahan yang diajukan memungkinkan Alexandra tetap memegang keyakinan Ortodoksnya, yang tidak disetujui oleh istana Swedia. Frederica dianggap sebagai pilihan yang tepat. Rusia tidak bisa secara resmi menolak pilihan ini karena dia adalah ipar putra mahkota Alexander, yang secara tidak langsung menjaga hubungan aliansi antara Swedia dan Rusia. Selain itu, Gustav IV Adolf memang menginginkan istri yang cantik, dan dia yakin Frederica akan memenuhi harapannya setelah sebelumnya dia terkesan dengan kecantikan Louise, kakak Frederica, saat kunjungannya ke Rusia setahun sebelumnya. Gustav pergi ke Erfurt pada Agustus 1797 untuk bertemu langsung dengan Frederica dan keluarganya. Pertunangan mereka diumumkan segera setelah pertemuan itu, dan upacara pernikahan pertama mereka digelar pada Oktober.[1]

Pada 6 Oktober 1797, Frederica dari Baden menikah secara per procura dengan Raja Gustav IV Adolf dari Swedia di Stralsund, Swedish Pomerania. Dalam upacara ini, baron Evert Taube bertindak sebagai wakil sang raja. Setelah pernikahan simbolis ini, Frederica harus berpisah dengan ibunya dan saudarinya, Maria, yang sudah menemaninya ke Swedish Pomerania. Ia kemudian diantar oleh Baron Taube melalui perjalanan laut menuju Karlskrona di Swedia, di mana ia disambut langsung oleh sang raja. Rombongan melanjutkan perjalanan ke Istana Drottningholm, tempat Frederica diperkenalkan kepada anggota keluarga kerajaan dan para pejabat istana. Akhirnya, ia memasuki ibu kota secara resmi, dan upacara pernikahan kedua digelar di kapel kerajaan pada 31 Oktober 1797. Usianya saat itu baru enam belas tahun.[2]

Sebagai ratu, Frederica dikagumi karena kecantikannya, tetapi ia memberi kesan yang kurang baik karena sifat pemalunya. Ia sering mengisolasi diri dan enggan menjalankan tugas-tugas seremonialnya. Frederica tidak menyukai kehidupan masyarakat dan acara-acara resmi. Kepala pelayannya, Countess Hedda Piper, kabarnya malah memperburuk situasi dengan memberi informasi yang salah tentang tata krama istana. Piper mengklaim bahwa ratu dilarang berbicara kecuali sudah diperkenalkan oleh kepala pelayannya, padahal itu tidak benar. Hal ini membuat Frederica bergantung sepenuhnya pada Piper.[1]

Frederica kesulitan beradaptasi dengan protokol dan etiket istana, sehingga ia memilih mengisolasi diri bersama para pelayannya. Selain Piper, raja menunjuk para pelayan perempuan yang seumuran dengannya, seperti Aurora Wilhelmina Koskull, Fredrika von Kaulbars, dan Emilie De Geer, yang kabarnya sering bermain permainan anak-anak bersamanya. Meski begitu, ibu mertuanya, Sophia Magdalena dari Denmark, memperlakukannya dengan baik. Sophia Magdalena mengingat bagaimana dirinya dulu diperlakukan dengan buruk oleh ibu mertuanya sendiri, sehingga ia bersikap lebih lembut kepada Frederica.[3]

Gustav IV Adolf dari Swedia dan Ratu Frederica

Hubungan antara Frederica dan Gustav IV Adolf awalnya tidak berjalan baik. Keduanya sama-sama belum berpengalaman, dan kabarnya mereka mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan intim, yang membuat sang raja frustrasi. Akibatnya, Gustav sering bersikap tidak sabar, bahkan mencurigai Frederica, yang tentu saja semakin memperburuk situasi karena sifat introvert dan pemalu sang ratu. Perhatian publik tertuju pada masalah ini saat Gustav mengasingkan pelayan favorit Frederica, Anna Charlotta von Friesendorff, dari istana dengan alasan dianggap lancang.[1]

Masalah mereka akhirnya diselesaikan melalui mediasi Adipatni Charlotte. Setelah itu, Frederica hampir terus-menerus hamil sepanjang pernikahannya. Namun, dari sudut pandang Frederica, ini bukan hal yang menguntungkan, karena mereka sebenarnya tidak cocok secara seksual. Gustav memiliki gairah yang besar, tetapi tidak menyukai hubungan di luar nikah. Kabarnya, ia sering menghabiskan waktu berjam-jam di kamar Frederica setiap pagi, hingga anggota dewan kerajaan merasa perlu memintanya untuk "mengutamakan kesehatan ratu." Frederica sendiri sering mengeluh dalam surat kepada ibunya, bahwa semua itu melelahkan dan membuatnya lemas tanpa memberikan kepuasan.[1]

Frederica juga merasa terkejut sekaligus penasaran dengan kehidupan seksual yang begitu liberal di istana Swedia. Dalam suratnya kepada ibunya, ia menulis bahwa kemungkinan dirinya adalah satu-satunya wanita di sana yang tidak memiliki tiga atau empat kekasih sekaligus, dan bahkan Charlotte kabarnya memiliki kekasih pria maupun wanita. Namun, hubungan antara Gustav dan Frederica membaik setelah kelahiran anak pertama mereka pada tahun 1799.[2] Kehadiran sang anak membawa keintiman baru dalam keluarga mereka, dan keduanya mulai akrab karena kesamaan minat terhadap anak-anak mereka. Gustav bahkan menjadi sangat protektif terhadap Frederica dan menjaga "kepolosan seksualnya." Pada tahun 1800, Gustav memecat semua pelayan muda Frederica yang dianggap terlalu ceria dan menggantinya dengan pelayan-pelayan yang lebih tua dan sudah menikah, seperti Hedvig Amalia Charlotta Klinckowström dan Charlotta Aurora De Geer. Enam tahun kemudian, ketika sebuah drama Prancis yang dianggap terlalu vulgar dipentaskan di Royal Swedish Opera dengan Frederica sebagai penontonnya, Gustav langsung mengusir rombongan teater itu dari Swedia dan bahkan menutup operanya.[4]

Ratu Frederica dimahkotai bersama suaminya di Norrköping pada 3 April 1800. Namun, pasangan kerajaan ini jarang terlihat dalam acara-acara resmi. Mereka lebih suka menjalani kehidupan keluarga yang intim di Istana Haga, tempat mereka mengasingkan diri dari kehidupan istana dengan rombongan kecil. Frederica sering menghibur Gustav dengan keahliannya bermain clavichord, dan meskipun dia terlihat ceria saat bersama lingkaran kecil temannya, ia justru lebih nyaman ketika sang raja tidak ada. Ia juga mendedikasikan waktunya untuk mendidik anak-anak mereka.[5]

Frederica tetap menjaga hubungan erat dengan keluarganya melalui surat. Pada tahun 1801, dia menyambut orang tuanya yang datang berkunjung ke Swedia setelah singgah di Rusia untuk bertemu saudara perempuannya. Namun, kunjungan itu berakhir dengan tragedi ketika ayahnya meninggal karena kecelakaan.[1] Setahun kemudian, pada 1802, Frederica menemani suaminya ke Finlandia, di mana diatur pertemuan dengan saudara perempuannya, Permaisuri Elizabeth dari Rusia dan Amalie, di Abborrfors, dekat perbatasan. Gustav IV Adolf berjanji akan mengunjungi keluarga Frederica di Baden, dan pada musim panas 1803, mereka pergi ke Karlsruhe. Namun, mereka baru kembali pada Februari 1805, yang memicu kritik di Swedia. Banyak yang menyalahkan Frederica atas lamanya ketidakhadiran raja dari tanah air.[1]

Ketika Gustav pergi ke Jerman pada November 1805 untuk berpartisipasi dalam Perang Koalisi Keempat, Frederica tidak diizinkan ikut serta, dan ia juga tidak diberi peran dalam pemerintahan selama ketidakhadiran raja. Meski begitu, selama masa ini, Frederica menjadi simbol dukungan moral bagi rakyat. Adipatni Charlotte bahkan menggambarkan momen dramatis ketika Frederica kembali ke Istana Kerajaan di Stockholm setelah mengantar kepergian suaminya:

"Para anggota pemerintahan dan istana kerajaan menyambutnya di aula istana. Sambil menangis sedih, dia berjalan naik ke apartemen anak-anak, tempat anggota keluarga kerajaan berkumpul. Hampir pingsan, dia nyaris tidak bisa bernapas dan jatuh di sofa. Di sana, dia terbaring dengan saputangan menutupi matanya, dikelilingi oleh anak-anak yang berlari mendekatinya, sementara kami yang lain, penuh perhatian, mencoba menunjukkan simpati. Frederica benar-benar terlihat seperti seorang janda, terutama karena dia berpakaian serba hitam. Aku tidak bisa menggambarkan betapa mengharukan adegan itu! Ditambah lagi usianya yang masih muda dan kecantikannya—kecantikan yang justru semakin menonjol karena kesedihan. Tidak ada yang kurang untuk membangkitkan rasa iba paling tulus bagi ratu muda ini."[1]

Selama sisa ketidakhadiran raja, Frederica menarik simpati publik dengan mengisolasi dirinya sepenuhnya sebagai bentuk kesedihan dan kerinduan terhadap Gustav. Pada musim dingin 1806–1807, Frederica bergabung kembali dengan suaminya di Malmö, di mana dia menjamu saudara perempuannya, Putri Marie dari Baden, yang menjadi pengungsi setelah melarikan diri dari penaklukan Napoleon Bonaparte atas Kadipaten Brunswick.[6]

Frederica sebenarnya tidak punya pengaruh langsung dalam urusan pemerintahan, dan sepertinya juga tidak terlalu tertarik kecuali kalau itu menyangkut lingkaran kecil keluarga dan teman-temannya. Tapi, secara tidak langsung, dia tetap terlibat dalam politik melalui keluarganya, terutama ibunya, yang katanya berhasil memengaruhi suaminya untuk menentang Kaisar Napoleon. Pada tahun 1807, saat berlangsungnya Perang Koalisi Keempat, Frederica sempat turun tangan dalam politik.[1] Saudarinya, Permaisuri Rusia, mengirim surat lewat ibu mereka, meminta Frederica untuk membujuk sang raja agar berdamai dengan Prancis, karena menurutnya, mengambil langkah lain adalah kesalahan besar. Frederica mencoba menuruti permintaan itu dan memberi saran kepada Gustav, tapi suaminya justru menganggap hal ini sebagai upaya untuk memengaruhinya agar berpihak pada Napoleon. Campur tangan Frederica dalam masalah ini malah memicu konflik antara keduanya.[6]

Namun, ada satu hal politik yang benar-benar menarik perhatian Frederica selama pernikahannya, dan dia berhasil memperjuangkan pendapatnya—meskipun alasannya tidak ada hubungannya dengan politik. Sejak awal pernikahan mereka, Gustav sering membicarakan keinginannya untuk turun takhta dan menjalani hidup sederhana sebagai orang biasa di luar negeri. Tapi Frederica selalu menentang ide itu, bahkan tak segan-segan menyuarakan pendapatnya meskipun itu memicu pertengkaran. Frederica tidak dapat menerima jika mereka harus meninggalkan putra mereka, yang nantinya akan menggantikan ayahnya sebagai raja.[7]

Pada 12 Maret 1809, Raja Gustav IV Adolf meninggalkan Frederica dan anak-anak mereka di Istana Haga untuk menangani pemberontakan Georg Adlersparre. Tapi, keesokan harinya, Gustav ditangkap di istana kerajaan Stockholm dalam aksi kudeta tahun 1809, dipenjara di Kastil Gripsholm, dan akhirnya diturunkan takhta pada 10 Mei. Tahta itu kemudian diberikan kepada pamannya, yang menjadi Raja Charles XIII dari Swedia pada 6 Juni. Berdasarkan perjanjian deposisi pada 10 Mei, Frederica tetap diperbolehkan menggunakan gelar ratu meski suaminya sudah tidak lagi menjadi raja.[1]

Sementara itu, Frederica dan anak-anaknya ditempatkan di bawah pengawasan ketat di Istana Haga. Awalnya, Frederica dipisahkan dari suaminya karena para pemimpin kudeta mencurigainya berencana melakukan kudeta balik. Tapi, selama masa tahanan rumah ini, perilakunya yang anggun justru membuat orang-orang lebih bersimpati kepada Frederica, sesuatu yang jarang ia dapatkan selama menjadi ratu. Ratu Charlotte, penerusnya, bahkan sering mengunjungi Frederica karena merasa simpati. Charlotte, yang mendukung faksi Gustavian, ingin mempertahankan hak tahta untuk putra Frederica, Gustav. Ketika Frederica ditawari kesempatan untuk berpisah dari putranya demi kelangsungan garis keturunan kerajaan, dan Frederica setuju. Tapi dia juga meminta untuk dipersatukan kembali dengan suaminya. Berkat campur tangan Ratu Charlotte, permintaan itu dikabulkan, dan Frederica serta anak-anaknya akhirnya dipindahkan ke Kastil Gripsholm untuk bergabung dengan Gustav Adolf setelah penobatan raja baru pada 6 Juni.[8]

Selama masa tahanannya di Kastil Gripsholm, hak putranya sebagai putra mahkota masih diperdebatkan. Ada rencana dari kelompok militer Gustavian yang dipimpin oleh Jenderal Eberhard von Vegesack untuk membebaskan Frederica dan anak-anaknya dari tahanan, mengangkat putranya sebagai raja, dan menjadikan Frederica sebagai wali penguasa Swedia selama masa kecil putranya. Ide ini bahkan langsung disampaikan kepadanya. Tapi Frederica dengan tegas menolak.[9]

"Sang ratu menunjukkan kebesaran hati yang membuatnya pantas mengenakan mahkota kehormatan, lebih dari sekadar mahkota duniawi yang fana. Dia [Charlotte] tidak mendengarkan proposal rahasia yang disampaikan oleh kelompok yang ingin mempertahankan suksesi untuk putra mahkota, atau yang berharap dia tetap tinggal di Swedia untuk menjadi wali penguasa. Dengan ketegasan, Frederica menjelaskan bahwa tugasnya sebagai istri dan ibu adalah berbagi pengasingan bersama suami dan anak-anaknya."

Meski begitu, dia tetap menganggap penghapusan hak putranya dari garis suksesi sebagai tindakan yang salah secara hukum.[10]

Pada 6 Desember 1809, keluarga Gustav meninggalkan Swedia dalam tiga kereta terpisah. Gustav Adolf dan Frederica naik kereta pertama, ditemani Jenderal Skjöldebrand; putra mereka, Gustav, naik kereta kedua bersama Kolonel Baron Posse; sementara putri-putri mereka dan pengasuhnya, Nyonya von Panhuys, naik kereta ketiga yang dikawal Kolonel von Otter. Frederica sempat ditawari untuk bepergian sendiri dengan segala penghormatan sebagai anggota keluarga Baden, tapi Frederica menolak. Ia hanya membawa seorang pelayan kamar asal Jerman, Elisabeth Freidlein. Mereka semua berangkat ke Jerman dengan kapal dari Karlskrona pada 6 Desember.[1]

Pengasingan

[sunting | sunting sumber]
Frederica dalam pengasingan karya Joseph Karl Stieler, c. 1810

Setelah permohonannya untuk bepergian ke Inggris ditolak, Gustav dan Frederica akhirnya menetap di Kadipaten Baden. Mereka tiba di sana pada 10 Februari 1810. Begitu mereka menjadi warga biasa, perbedaan besar antara Frederica dan Gustav Adolf mulai terlihat, terutama soal bagaimana mereka ingin menjalani hidup. Gustav Adolf ingin hidup sederhana bersama keluarga di komunitas gereja Moravia di Christiansfeld, Slesvig, atau di Swiss. Sementara itu, Frederica lebih memilih menetap di Istana Meersburg di Bodensee, yang diberikan keluarganya.[1]

Masalah ini semakin rumit ketika perbedaan pandangan soal hubungan mereka mencuat. Frederica menolak hubungan intim karena tidak ingin melahirkan anak-anak yang hidup dalam pengasingan. Perbedaan ini akhirnya membuat Gustav Adolf pergi sendirian ke Basel, Swiss, pada April 1810. Dari sana, Gustav mengeluhkan ketidakcocokan mereka dan meminta cerai.[1]

Mereka mencoba dua kali untuk berdamai. Pertama di Swiss pada Juli, dan kedua di Altenburg, Thüringen, pada September. Tapi usaha ini gagal. Pada 1811, Gustav Adolf memulai negosiasi perceraian dengan ibu Frederica, menyatakan keinginannya untuk menikah lagi. Frederica menolak bercerai, dan ibunya menyarankan agar Gustav Adolf menjalani pernikahan morganatik secara rahasia untuk menghindari skandal. Gustav Adolf setuju, tapi karena mereka tidak menemukan cara yang tepat, perceraian resmi akhirnya terjadi pada Februari 1812.[1]

Dalam kesepakatan cerai, Gustav Adolf menyerahkan semua asetnya di Swedia dan luar negeri, termasuk hak warisnya, kepada anak-anak mereka. Gustav juga melepaskan hak asuh dan pengawasan terhadap anak-anaknya. Dua tahun kemudian, Frederica menyerahkan anak-anaknya di bawah pengawasan saudara iparnya, Tsar Aleksandr I dari Rusia.[1]

Frederica tetap berkomunikasi lewat surat dengan Ratu Charlotte dari Swedia, mempercayakan urusan ekonominya di Swedia kepadanya, serta dengan mantan ibu mertuanya. Meski Frederica tidak menghubungi Gustav Adolf secara langsung, dia tetap memantau kabarnya dan sering membantu keuangan mantan suaminya secara diam-diam. Frederica menetap di Kastil Bruchsal di Baden, tapi juga memiliki beberapa tempat tinggal lain di Baden serta sebuah vila bernama Villamont di luar Lausanne, Swiss. Namun, sejak 1814, dia lebih banyak menghabiskan waktu di istana Karlsruhe, sambil sering bepergian ke Jerman, Swiss, dan Italia. Frederica menggunakan nama Countess Itterburg, diambil dari reruntuhan kastil di Hesse yang dia beli.[1]

Sesuai dengan perjanjian abdikasi, dia tetap memegang gelar ratu dan memiliki pengadilan kecilnya sendiri, yang dipimpin oleh Baron O. M. Munck af Fulkila dari Swedia. Frederica tetap dekat dengan keluarga besarnya di Jerman dan bahkan menolak lamaran dari mantan saudara iparnya, Frederick William dari Braunschweig-Oels, serta Friedrich Wilhelm III dari Prusia. Ada rumor bahwa Frederica diam-diam menikah dengan tutor putranya, J.N.G. de Polier-Vernland, pada 1823. Pada 1819, putrinya, Sophia, menikah dengan pewaris tahta Baden, yang juga setengah paman Frederica, Leopold I dari Baden.[1]

Akhir hayat

[sunting | sunting sumber]

Tahun-tahun terakhir hidup Frederica diwarnai dengan kesehatan yang semakin memburuk. Frederica meninggal di Lausanne akibat penyakit jantung dan dimakamkan di Schloss dan Gereja Stiftskirche di Pforzheim, Jerman.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Fredrika Dorothea Wilhelmina, urn:sbl:14445, Svenskt biografiskt lexikon (article by Sten Carlsson), retrieved 2016-03-26.
  2. ^ a b Hedvig Elisabeth Charlotte 1927.
  3. ^ Hedvig Elisabeth Charlotte 1936.
  4. ^ Nordensvan, Georg, Svensk teater och svenska skådespelare (dalam bahasa Swedia) 
  5. ^ Hedvig Elisabeth Charlotte 1936, hlm. 145.
  6. ^ a b Hedvig Elisabeth Charlotte 1936, hlm. 389–390.
  7. ^ Hedvig Elisabeth Charlotte 1939.
  8. ^ Hedvig Elisabeth Charlotte 1939, hlm. 360.
  9. ^ Hedvig Elisabeth Charlotte 1939, hlm. 377.
  10. ^ Hedvig Elisabeth Charlotte 1939, hlm. 389.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]
Frederica dari Baden
Lahir: 12 Maret 1781 Meninggal: 25 September 1826
Swedia
Didahului oleh:
Sophia Magdalena dari Denmark
Permaisuri Ratu
1797–1809
Diteruskan oleh:
Hedvig Elisabeth Charlotte dari Holstein-Gottorp