Alap-alap capung
Alap-alap capung
| |
---|---|
Microhierax fringillarius | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 22696327 |
Taksonomi | |
Kelas | Aves |
Ordo | Falconiformes |
Famili | Falconidae |
Genus | Microhierax |
Spesies | Microhierax fringillarius Drapiez, 1824 |
Tipe taksonomi | Microhierax |
Alap-alap capung (Microhierax fringillarius) adalah burung yang mempunyai paruh kecil, berdarah panas, dan membiak dengan cara bertelur. Alap-alap ini merupakan burung karnivora terkecil di dunia. Alap-alap capung tergolong hewan langka yang dilindungi dan dapat ditemukan di Asia Tenggara. Ukurannya rata-rata sebesar 15 cm dengan berat 35 gram.[1]
Morfologi
[sunting | sunting sumber]Burung ini memiliki bagian atas berwarna hitam, namun memiliki bercak putih di bagian ekor dan sekundernya. Mahkota berwarna hitam, dengan bercak putih di atas paruh dan garis putih di belakang mata, serta sisi wajah dan penutup telinga berwarna hitam. Dagu dan perutnya berbintik-bintik dengan pinggiran putih. Kaki dan tunggirnya berwarna hitam dan iris mata berwarna cokelat. Betina sedikit lebih besar dari jantan, dan remaja memiliki warna putih di kepala yang diwarnai merah.[2]
Habitat
[sunting | sunting sumber]Burung ini terdapat di seluruh wilayah. Sering ditemukan di tepi hutan dan hutan bakau serta daerah terbuka dan semak belukar, dan kadang-kadang terlihat di persawahan.[2]
Makanan
[sunting | sunting sumber]Makanan utama spesies ini adalah capung dan belalang, namun tak segan menyerang mangsa yang lebih besar.[3]
Tingkah Laku
[sunting | sunting sumber]Perilaku mencari makan yang tidak biasa bagi spesies ini, yang biasanya mengejar mangsa di udara di atas area terbuka seperti sawah dan lahan pertanian lainnya, sungai, desa, dan area hutan yang sedang mengalami proses tebang dan bakar.[4]
Status Konservasi
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20 Tahun 2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, status spesies ini adalah dilindungi karena berperan sebagai pemangsa puncak. Berdasarkan The IUCN Red List of Threatened Species, spesies ini dikategorikan dalam kriteria Least Concern (LC) di mana populasinya cenderung stabil. Sedangkan, Menurut CITES 2018 (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), spesies ini berada dalam kategori appendiks II yaitu spesies yang tidak terancam kepunahannya tetapi dapat terancam punah jika perdagangannya terus berlanjut tanpa ada pengaturan.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sopyan, Danang Irawan (2012). 301 Hewan dan Tumbuhan Mengagumkan Dunia. Depok: Puspa Swara.
- ^ a b Tilford, Tony (2023). Birds of Bali, Sumatra and Java. United Kingdom: Bloomsbury Publishing.
- ^ Sayogo, Andhy Priyo (2017). Burung - Burung Gunung Bondang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020336374.
- ^ Boesman, Peter F. D. (2016-07-27). "269. Notes on the vocalizations of Black-capped Babbler (Pellorneum capistratum)". Ornithological Notes. doi:10.2173/bow-on.100269.
- ^ Rachmatika, Rini (2018). "Aktivitas Makan Alap-Alap Capung (Microhierax fringillarius Drapiez, 1824) pada Masa Adaptasi di Kandang Penangkaran". Jurnal Biologi Indonesia. 14 (2): 213–218. doi:10.47349/jbi/14022018/213.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]