Lompat ke isi

Agung Sejagat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Keraton Agung Sejagat

Bendera Agung Sejagat
Bendera
{{{coat_alt}}}
Lambang
SemboyanMari kita ngelestarike budoyo Jowo
(Indonesia: "Mari kita melestarikan budaya Jawa")
Ibu kotaPurworejo
Bahasa resmiJawa, Indonesia
Kelompok etnik
Jawa Sunda
Struktur OrganisasiMonarki Fiktif
• Raja
Toto Santoso Hadiningrat
Pendirian
01 Maret 2018
• Pembubaran
21 Januari 2020[1]
Luas diklaim
 - Total
1,091,49 km2[2]
Mata uang yang diklaimRupiah
Zona waktuWaktu Indonesia Barat
(UTC 7)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Keraton Agung Sejagat (bahasa Jawa: ꦏꦫꦠꦺꦴꦤ꧀ꦲꦒꦸꦁꦱꦗꦒꦢ꧀, translit. Karaton Agung Sajagad) atau Agung Sejagat adalah sebuah negara fiktif yang dimulai dengan munculnya sebuah gerakan kultural mistis yang berpusat di Kabupaten Purworejo. Gerakan ini didirikan oleh R. Toto Santoso.[3]

Kronologi kejadian

[sunting | sunting sumber]

Pendirian

[sunting | sunting sumber]

Toto Santoso mendapat wangsit (amanah/perintah dalam bentuk mimpi) untuk mendirikan sebuah kerajaan yang mewarisi kekuasaan Majapahit pada tahun 2018. Gerakan ini mendasarkan pada perjanjian pengalihan kekuasaan oleh Dyah Ranawijaya yang tak lain adalah raja dari kerajaan Majapahit yang melepaskan kekuasannya kepada Portugis pada tahun 1518 Masehi dengan syarat, Portugis harus mengembalikan kekuasaan tersebut 500 tahun kemudian.[4] Karena hal itu, tahun 2018 dianggap oleh Santoso sebagai momentum yang tepat untuk mendirikan kembali "Majapahit" baru dengan nama "Keraton Agung Sejagat". Tak lama setelah gerakan itu didirikan, banyak orang yang berasal dari luar kota Purworejo untuk tertarik mengikuti gerakan ini. Menurut para ahli, banyaknya anggota gerakan semacam ini adalah wajar mengingat tersebarnya mitos ramalan Jayabaya mengenai kedatangan Ratu Adil atau Satria Piningit sebagai penyelamat dunia yang sudah mengalami kerusakan.[5]

Beberapa Imajinasi

[sunting | sunting sumber]

Santoso mengklaim bahwa Pentagon di Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai "milik Keraton Agung Sejagat". Keraton Agung Sejagat juga mengklaim bahwa seluruh negara yang ada di dunia ini berada di bawah kekuasan Keraton Agung Sejagat. Bagi Santoso, PBB dianggap sebagai parlemen, Mahkamah Internasional merupakan kekuasaan kehakiman Keraton Agung Sejagat, dan Pentagon adalah Dewan Keamanan Keraton Agung Sejagat.[6][7]

Kasus dan pembubaran

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 15 Januari 2020, para pengikut gerakan ini mengadakan acara Wilujengan dan Kirab budaya di Desa Pogung Juru Tengah, Bayan, Kabupaten Purworejo. Acara tersebut menimbulkan keresahan warga desa sehingga banyak dari mereka yang melaporkan hal itu kepada pihak kepolisian. Tak lama selepas itu, polisi mendatangi tempat acara Wilujengan tersebut pada tanggal 13 Januari 2020 untuk melakukan klarifikasi dan mencari data tentang gerakan tersebut. Hingga pada akhirnya, Toto Santoso dan Dyah Gitarja ditangkap paksa pada tanggal 14 Januari oleh Ditreskrimum Polda Jawa Tengah di Kulonprogo, Yogyakarta. Toto Santoso dan Dyah Gitarja pun kemudian dibawa ke Semarang dan ditetapkan menjadi tersangka penipuan pada hari Rabu, 15 Januari 2020.[8]

Tanggapan

[sunting | sunting sumber]

Dari keluarga Kesultanan Yogyakarta

[sunting | sunting sumber]

Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Hamengkubuwana X, hanya menanggapi "kerajaan palsu" ini dengan tertawa seraya berkata: "Lho, saya kan tidak tahu."[9] Sementara itu, adik Hamengkubuwana X, Prabukusuma, menanggapi polemik ini seraya menjelaskan syarat membentuk sebuah "kerajaan" dalam suatu wilayah. Baginya, syarat untuk bisa membentuk sebuah kerajaan ada tiga yaitu keraton (jika diperintah oleh sultan, sunan, adipati), kepala suku (untuk sistem pemerintahan kesukuan di luar Jawa), serta trah (garis keturunan).[10]

Dari sejarawan

[sunting | sunting sumber]

Sejumlah sejarawan menganggap bahwa klaim Keraton Agung Sejagat sangat tidak valid. Bondan Kanumoyoso, sejarawan dari Universitas Indonesia, mengatakan pada awak media Kompas bahwa runtuhnya kerajaan Majapahit adalah sengkalan berbunyi: "Sirna ilang kertaning bumi" yang berarti 1400 Saka atau sekitar 1478 Masehi.[11] Pram Prasetya, asisten III Sekretaris Daerah Purworejo menyatakan ada klaim sejarah yang "salah disampaikan oleh tersangka. Tidak ada fakta sejarah yang membahas mengenai perjanjian Majapahit dengan Portugis pada 1518."[7]

Dari FSKN

[sunting | sunting sumber]

PRA Arief Natadiningrat, Sultan Sepuh Cirebon, juga Ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara, sangat menyesalkan keberadaan Keraton Agung Sejagat. Menurutnya, berdirinya Keraton Agung Sejagat dianggap mencoreng nama baik keraton Nusantara, seraya berkata: "Hari [be]gini masih ada keraton?" Padahal, menurut Natadiningrat, keraton-keraton bersejarah Indonesia masih terus berjuang agar tidak punah ditelan zaman, peradaban, dan modernisasi. Natadiningrat juga mengakui bahwa salah satu elemen penting keraton adalah "magersari": mereka adalah masyarakat yang tinggal dan dibina oleh keraton.[12][13]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Kerajaan Keraton Agung Sejagad Resmi Dibubarkan, Totok: Wangsit itu Hanya Halusinasi Saya". jatengdaily.com. 2020-01-21. Diakses tanggal 24 Februari 2023. 
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SBS
  3. ^ "Toto Santoso Raja Keraton Agung Sejagat Ternyata Ber-KTP Jakarta". Indopolitika.com. 2020-01-16. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  4. ^ Antara (2020-01-13). Birra, Fadhil Al, ed. "Geger Keraton Agung Sejagat, Begini Kata Polres Purworejo". JawaPos.com. Diakses tanggal 17 Januari 2020. 
  5. ^ Alaidrus, Fadiyah. "Mengapa Ada yang Terpikat Keraton Agung Sejagat?". Tirto.id. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  6. ^ hitekno.com (2020-01-13). "Totok Santosa, Pendiri Kerajaan Agung Sejagat Klaim Pentagon Miliknya". hitekno.com. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  7. ^ a b Okezone (2020-01-17). "Bantah Klaim Keraton Agung Sejagat, Pemkab Gandeng Sejarawan & Budayawan". Okezone.com. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  8. ^ Mha/Omy/C9/Ttg (2020-01-16). Safutra, Ilham, ed. ""Raja" dan "Ratu" Agung Sejagat Tawarkan Jabatan Menteri sampai Lurah". JawaPos.com. Diakses tanggal 17 Januari 2020. 
  9. ^ S, Jauh Hari Wawan (2020-01-14). "Sultan Yogya Tertawa Dengar Keraton Agung Sejagat di Purworejo". detikcom. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  10. ^ Nugrahani, Andari Wulan (2020-01-17). Miftah, ed. "Kemunculan Keraton Agung Sejagat, Adik Sultan Hamengkubuwono X: Pemerintah Harus Buat 3 Kriteria". Tribunnews.com. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  11. ^ Sumartiningtyas, Holy Kartika Nurwigati (2020-01-16). Sumartiningtyas, Holy Kartika Nurwigati, ed. "Viral Keraton Agung Sejagat, Sejarawan Bantah Klaim Penerus Majapahit". Kompas.com. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  12. ^ Antara. "Forum Keraton Kaget Ada Nama Keraton Agung Sejagat". Tirto.id. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  13. ^ Romdhon, Muhamad Syahri (2020-01-15). Assifa, Farid, ed. "Ketua FSKN: Keraton Agung Sejagat Rusak Nama Baik Keraton Se-Nusantara". Kompas.com. Diakses tanggal 18 Januari 2020.