Teater
Teater (Inggris: theater atau theatre; Prancis théâtre; bahasa Yunani theatron (θέατρον) adalah salah satu seni bermain peran (drama) yang menyajikan cerita kehidupan nyata di atas pentas. Jalan cerita yang disajikan biasanya mengandung pesan moral yang tersirat dan bisa dijadikan pelajaran kehidupan oleh para penonton.[1]
Teater adalah cabang kesenian yang lahir pada masa Yunani klasik. Pada masa itu, sekitar 500 tahun SM dimainkan di atas altar oleh pendeta-pendeta dan salah satu adegannya adalah upacara memberi kurban pada dewa. Hingga kemudian bentuk itu berubah pada masa Athena, kurban diganti oleh peran antagonis yang dihukum atas dasar kehendak masyarakat dan mati bagi semua orang. Dalam makna tersebut teater modern Indonesia dipahami secara konseptual (teater realis) dimulai sejak Usmar Ismail dan Asrul Sani mendirikan ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia) pada 10 September 1955 di Jakarta. Sejak itu bentuk teater di Indonesia mengalami perubahan yang cukup mendasar dibandingkan dengan bentuk-bentuk tradisionalnya, seperti Randai, Ludruk, Mahyong, Ketoprak, dan Ledhek.[2]
Pengertian
[sunting | sunting sumber]Seni teater adalah jenis kesenian pertunjukan drama yang dipentaskan di atas panggung. Secara spesifik, seni teater merupakan sebuah seni drama yang menampilkan perilaku manusia dengan gerak, tari, dan nyanyian yang disajikan lengkap dengan dialog dan akting.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teater mempunyai tiga pengertian, yakni gedung atau ruangan tempat pertunjukan film, sandiwara, dan sebagainya. Selanjutnya, pengertian kedua adalah ruangan besar dengan deretan kursi-kursi ke samping dan ke belakang untuk mengikuti kuliah atau untuk peragaan ilmiah. Pengertian terakhir ialah pementasan drama sebagai suatu seni atau profesi, seni drama, sandiwara, dan drama.
Secara etimologis, kata teater dapat diartikan sebagai tempat atau gedung pertunjukan, sedangkan kata teater secara istilah diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di atas panggung untuk konsumsi penikmatnya.
Berikut ini rangkuman tentang pengertian seni teater menurut ahli:
Balthazar Vallhagen
[sunting | sunting sumber]Teater merupakan seni drama yang melukiskan mengenai sifat serta watak manusia dengan melalui gerakan.
Moulton
[sunting | sunting sumber]Teater merupakan suatu kisah hidup yang digambarkan atau diilustrasikan di dalam bentuk gerakan atau disebut dengan life presented in action.
Anne Civardi
[sunting | sunting sumber]Teater merupakan suatu seni drama yang menceritakan mengenai sebuah kisah dengan melalui kata-kata serta gerakan.
R.M.A. Harymawan
[sunting | sunting sumber]Secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act), sehingga tindak-tanduk pemain di atas pentas disebut acting. Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yang berarti berbuat, berlaku, atau beraksi. Dikarenakan aktivitas beraksi ini, para pemain pria dalam teater disebut actor dan pemain wanita disebut actress.
Seni Handayani dan Wildan
[sunting | sunting sumber]Teater merupakan suatu bentuk karangan yang berpijak di dua cabang kesenian, yaitu seni sastra serta seni pentas.
Budianta
[sunting | sunting sumber]Menurut Budianta, dkk, drama adalah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya percakapan atau dialog diantara para tokoh yang ada.
Ferdinand Brunetierre
[sunting | sunting sumber]Menurut Ferdinand Brunetierre, sebuah drama harus melahirkan sebuah kehendak dengan action atau gerak.
Tim Matrix Media Literata
[sunting | sunting sumber]Drama adalah bentuk kisahan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia melalui tingkah laku (akting) yang dipentaskan.
Wildan
[sunting | sunting sumber]Drama adalah komposisi berdasarkan beberapa cabang seni, sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
Anne Civardi
[sunting | sunting sumber]Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-kata dan gerakan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
[sunting | sunting sumber]Pengertian teater ini bisa atau dapat didefinisikan menjadi tiga, di antaranya ialah:
- Gedung atau pun juga ruang tempat pertunjukan film, sandiwara, serta sebagainya.
- Ruangan besar itu dengan deretan kursi-kursi ke samping, serta ke belakang untuk mengikuti kuliah atau juga untuk peragaan ilmiah.
- Pementasan drama ialah sebagai suatu seni atau juga profesi; sandiwara, seni drama, drama.
Jenis
[sunting | sunting sumber]Tradisional
[sunting | sunting sumber]Teater tradisi banyak mengungkap wacana kearifan lokal, sehingga merupakan sarana pewarisan ilmu hidup atau nilai-nilai kebaikan. Teater bisa menghibur sekaligus berperan sebagai wadah pendidikan moral masyarakat. Teater menjadi sendi penting di dalam membangun harmoni kehidupan bersama. Termasuk membiasakan berdampingan dengan orang lain di lapangan, yang berbeda suku, bahasa, adat istiadat dan agama saat menonton. Teater tradisi tidak memisahkan antara pelaku dan penonton. Batasnya dikaburkan, sehingga sewaktu-waktu penonton langsung bisa menjadi bagian dari tontonan. Teater tradisi lekat pada ritual, adat, kebiasaan dan kebudayaan lokal (termasuk bahasa daerah). Kehidupannya masih bertaut pada konsep paguyuban atau kekeluargaan yang direkat oleh semangat gotong royong. Dalam teater tradisi, seni laku, tari, musik dan seni suara masih bersinergis saling melengkapi.[3]
Modern
[sunting | sunting sumber]Teater modern mengambil pola barat sebagai referensi. Teater dipisahkan dari tari, seni suara dan musik. Kehadirannya adalah bagian dari produk kesenian yang menuju pada industri.[3] Bentuk teater modern Indonesia yaitu teater modern konvensional, teater modern dengan pembaharuan dan teater modern kontemporer. Teater modern yang konvensional menggunakan konsep, pola dasar, teknik dan penyajiannya tidak berubah dari teater barat hanya disesuaikan dengan alam dan menggunakan bahasa Indonesia. Teater modern dengan pembaharuan adalah teater yang mencoba memasukan unsur-unsur teater tradisional sebagai suatu gaya dalam pementasannya. Seniman-seniman teater mulai mempertanyakan teater modern yang ada. Ada kesadaran baru yang dirasakan bahwa teater modern konvensional masih belum mantap sebagai teater nasional. Masyarakat teater Indonesia sadar bahwa di dalam dirinya ada teater tradisional yang harus dipertahankan. Sedangkanan yang ketiga adalah teater modern yang kontemporer yaitu teater yang mencoba mendobrak teater konvensional dan teater pembaharuan. Seniman mencoba memadukan unsur-unsur yang ada di dunia untuk kepentingan teater.[2]
Fungsi
[sunting | sunting sumber]Ritual atau upacara
[sunting | sunting sumber]Di dalam fungsi ritualnya, suatu peristiwa teater menjadi ajang penjelasan, penghayatan dan pengukuhan nilai-nilai kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat yang melaksanakannya. Sampai sekarang pada berbagai teater etnik unsur-unsur upacara tetap menonjol dengan dibicarakannya mantra-mantra, disediakannya sajen serta tindak upacara yang dilakukan baik oleh dalang maupun oleh pihak lain yang tidak terlibat langsung dalam pertunjukan.
Seni atau Estetik
[sunting | sunting sumber]Di dalam peristiwa teater suatu masyarakat bukan saja mengungkapkan pikiran, perasaan, kecemasan, harapan dan sebagainya, akan tetapi juga menikmati bentuk-bentuk pengungkapan itu. Dalam peristiwa seperti itu, suatu masyarakat tidak hanya merasa puas dengan telah dapat mengungkapkan pengalamannya, akan tetapi mereka juga merasa puas atau tidak puas dalam hubungan dengan bentuk-bentuk ungkapan yang mereka gunakan.
Hiburan
[sunting | sunting sumber]Dalam hubungan ini seni teater memenuhi keperluan masyarakat akan pengalaman yang berbeda dengan pengalaman mereka sehari-hari. Bahkan kadang-kadang memenuhi keperluan bagi masyarakat yang ingin melepaskan diri atau melarikan diri dari persoalan kehidupan mereka sehari-hari.[4]
Media Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Teater ialah seni kolektif, di dalam artian teater ini tidak dikerjakan dengan secara individual. Melainkan untuk mewujudkannya itu kemudian diperlukan kerja tim yang harmonis. Apabila suatu teater ini dipentaskan, diharapkan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis serta juga pemain itu tersampaikan kepada banyak penonton. Dengan melalui pertunjukan tersebut biasanya manusia kemudian akan lebih mudah mengerti nilai baik buruk kehidupan apabila dibandingkan itu hanya membaca lewat sebuah cerita.ha
Media Ekspresi
[sunting | sunting sumber]Teater ini ialah salah satu bentuk seni dengan fokus utama pada laku serta dialog. Berbeda dengan seni musik yang menitikberatkan pada aspek suara serta juga seni tari yang menitikberatkan pada keselarasan gerak serta juga irama. Di dalam praktiknya, Seniman teater tersebut kemudian akan mengekspresikan seninya di dalam bentuk gerakan tubuh serta juga ucapan-ucapan.
Unsur
[sunting | sunting sumber]Unsur yang ada di dalam seni teater dibedakan menjadi dua, yaitu:
Internal
[sunting | sunting sumber]Unsur internal ini adalah unsur yang menyangkut mengenai keberlangsungan pementasan dalam suatu teater. Tanpa adanya unsur internal internal maka tidak akan terdapat suatu pementasan teater. Oleh sebab itu, unsur internal dikatakan sebagai jantungnya sebuah pementasan teater. Unsur internal ini sebagai berikut:
Naskah atau Skenario
[sunting | sunting sumber]Naskah atau juga Skenario berisi kisah itu dengan nama tokoh serta dialog nantinya akan dipentaskan. Naskah ini menjadi salah satu penunjang yang menyatukan segala macam unsur yang ada diantaranya pentas, pemain, kostum dan sutradara.
Pemain
[sunting | sunting sumber]Pemain addalah salah satu unsur yang paling penting di dalam sebuah pertunjukan teater. Pemain memiliki peran di dalam menghasilkan beberapa unsur lain, ialah seperti unsur suara serta gerak. Terdapat tiga jenis pemain, di antaranya peran utama (protagonis/antagonis), peran pembantu serta juga peran tambahan atau figuran. Di dalam film atau juga sinetron, pemain ini biasanya disebut juga dengan Aktris untuk perempuan, serta Aktor untuk laki-laki.
Sutradara
[sunting | sunting sumber]Sutradara ini adalah salah satu unsur yang paling sentral, disebabakan karna sutradara ini ialah orang yang memimpin serta juga mengatur sebuah teknik pembuatan atau juga pementasan teater. Sutradara ini menjadi otak dari alur dari sebuahcerita, misalnya seperti ialah menciptakan ide atau pemikiran mengenai pentas yang nanti akan digunakan mengarahkan semua aktor, membedah naskah, serta lain sebagainya.
Pentas
[sunting | sunting sumber]Pentas ini merupakan salah satu unsur yang mampu untuk bisa atau dapat menghadirkan nilai estetika dari sebuah pertunjukan. Selain dari itu, pentas tersebut menjadi unsur penunjang pertunjukkan yang di dalamnya itu terdapat tata lampu, tata ruang, properti, serta juga beberapa dekorasi lain yang berkenaan dengan suatu pentas.
Properti
[sunting | sunting sumber]Properti ini ialah sebuah perlengkapan yang diperlukan di dalam pementasan teater, seperti kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, serta lain sebagainya.
Penataan
[sunting | sunting sumber]Seluruh pekerja yang terkait itu dengan pementasan teater, antara lain sebagai berikut:
- Tata rias ini merupakan cara mendandani pemain di dalam memerankan tokoh teater supaya lebih sesuai itu dengan karakter yang akan diperankan;
- Tata busana ini ialah pengaturan pakaian pemain supaya mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya pakaian yang dikenakan anak sekolahan itu tentu akan berbeda dengan pakaian harian yang dikenakan pembantu rumah tangga;
- Tata lampu ini ialah pencahayaan di panggung;
- Tata suara ini ialah pengaturan pengeras suara.
Eksternal
[sunting | sunting sumber]Unsur eksternal merupakan unsur selanjutanya yang mengurus mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan hal-hal yang akan dibutuhkan atau diperlukan di dalam sebuah pementasan. Unsur eksternal ini di antaranya sebagai berikut:
Staf Produksi
[sunting | sunting sumber]Staf produksi ini merupakan sekelompok tim atau individual yang berkenaan itu dengan pimpinan produksi sampai seluruh bagian yang terdapt di bawahnya. Adapun tugas dari tiap-tiap dari mereka di antaranya sebagai berikut:
- Produser/pimpinan produksi;
- Mengurus semua hal tentang produksi;
- Menetapkan anggaran biaya, fasilitas, program kerja personal (petugas), dan lain sebagainya.
Sutradara/Direktur
[sunting | sunting sumber]Tugas dari sutradara di antaranya sebagai berikut:
- Pembawa sekaligus pengarah jalannya naskah;
- Koordinator semua pelaksanaan yang menyangkut pementasan;
- Mencari dan menyiapkan aktor;
- Mengatur segala sesuatu yang nanti dipegang oleh bagian desainer dan juga para kru;
- Menyiapkan make up.
Stage Manager
[sunting | sunting sumber]Tugas dari stage manager di antaranya sebagai berikut:
- Pemimpin dan penanggung jawab panggung;
- Membantu sutradara.
Desainer
[sunting | sunting sumber]Tugas dari desainer di antaranya sebagai berikut:
- Menyiapkan segala macam aspek visual yang menyangkut, seperti menyiapkan properti.
- Mengatur suasana atau juga tempat atau pun juga perlengkapan kostum, tata lampu pementasan, serta juga pencahayaan, serta perlengkapan pendukung lainnya seperti, audio.
Crew
[sunting | sunting sumber]Crew ini ialah pemegang divisi dari setiap sub yang dipegang bagian desainer, di antaranya sebagai berikut:
- Bagian pentas/tempat;
- Bagian tata lampu (lighting);
- Bagian perlengkapan serta tata musik;
Nilai dan konsep
[sunting | sunting sumber]Nilai dan konsep yang ada di dalam seni teater ini sebagai berikut:
Nilai
[sunting | sunting sumber]Dalam pementasan sebuh teater banyak nilai yang dapat atau bisa diserap oleh penikmatnya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam seni teater antara lain:
- Nilai didik;
- Nilai sejarah;
- Nilai budaya;
- Nilai religius.
Konsep
[sunting | sunting sumber]Konsep dasar dari seni teater terdiri atas dua aspek, di antaranya aspek apresiasi dan kreasi. Namun, disebabkan karna keterbatasan SDM aspek yang lebih sering diajarkan berhubung dengan aspek apresiasi yang seharusnya aspek kreasi ini lebih dikedepankan.
Seni teater meliputi keterampilan olah pikir, olah rasa, olah suara dan olah tubuh, yang di dalam pementasannya tersebut memadukan seni peran, seni rupa, seni gerak,seni sastra, seni tari, dan seni musik.
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Niswan, Muhamad; Bilada, Hirar; Sukarelawati, Sukarelawati (2018-10-18). "Hubungan Pertunjukan Teater dengan Perilaku Penonton". JURNAL SOSIAL HUMANIORA (dalam bahasa Inggris). 9 (2): 139. doi:10.30997/jsh.v9i2.1381. ISSN 2550-0236. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-22. Diakses tanggal 2021-01-17.
- ^ a b Sahrul (2017). Teater dalam Kritik. Padangpanjang: ISI Padangpanjang. hlm. 3. ISBN 978-602-60147-9-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-16. Diakses tanggal 2021-01-18.
- ^ a b Trenggono, Inrda; JA, Denny; Nugroho, Isti; dkk (2012-10-01). Teater Monoplay dan Musikal. Jakarta: Inspirasi.Co. hlm. 200. ISBN 978-979-3079-13-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-16. Diakses tanggal 2022-01-31.
- ^ Zakia, Hasma Katifah; M. Nurhamsyah; Putro, Jawas Dwijo (Juni 2013). "Pusat Seni Teater di Kota Pontianak". Jurnal Teknik Sipil. 13 (1): 95. ISSN 2621-8429. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-28. Diakses tanggal 2021-01-18.