Samurai

bangsawan militer Jepang pra-industri

Samurai (侍) adalah golongan kelas ksatria militer di Jepang yang muncul sejak abad ke-12 hingga akhir zaman Edo pada abad ke-19. Samurai memiliki peran penting dalam sejarah Jepang, baik dalam hal politik, budaya, maupun militer. Mereka mengikuti kode etik yang dikenal sebagai Bushido (武士道), yang menekankan nilai-nilai seperti kesetiaan, kehormatan, pengendalian diri, dan keberanian.

Seorang samurai dengan pakaian tempur, 1860.

Etimologi

sunting

Kata "samurai" berasal dari kata kerja Jepang kuno saburau (侍う), yang berarti "melayani" atau "menghadiri." Kata ini pada awalnya merujuk kepada mereka yang melayani para bangsawan dan keluarga kerajaan, tetapi pada akhirnya menjadi identik dengan prajurit elit yang melayani daimyo (penguasa wilayah) dan shogun (penguasa militer tertinggi).

Sejarah

sunting

Zaman Heian (794–1185)

sunting

Samurai mulai muncul pada zaman Heian akhir, ketika kekuatan kekaisaran melemah dan kekuasaan mulai beralih ke para pemimpin militer. Pada masa ini, klan-klan besar seperti Taira dan Minamoto berperang untuk memperebutkan kendali atas kekaisaran. Salah satu peristiwa penting pada masa ini adalah Perang Genpei (1180–1185), yang berakhir dengan kemenangan Minamoto dan menandai awal pemerintahan militer pertama di Jepang, Keshogunan Kamakura.

Zaman Kamakura (1185–1333)

sunting

Setelah kemenangan Minamoto no Yoritomo dalam Perang Genpei, ia mendirikan Keshogunan Kamakura pada tahun 1192. Pada periode ini, samurai menjadi kekuatan politik dan militer utama di Jepang. Keshogunan Kamakura memberikan kekuasaan militer kepada para daimyo, yang bergantung pada kesetiaan samurai untuk mempertahankan wilayah mereka.

Zaman Muromachi (1336–1573)

sunting

Pada masa Keshogunan Ashikaga di zaman Muromachi, Jepang mengalami kekacauan politik yang dikenal sebagai Zaman Negara-Negara Berperang (Sengoku Jidai). Periode ini ditandai oleh perang saudara antara berbagai daimyo yang memperebutkan kekuasaan. Samurai menjadi semakin penting dalam mempertahankan wilayah, dan beberapa di antaranya, seperti Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyasu, berhasil mengonsolidasikan kekuatan dan menyatukan Jepang.

Zaman Edo (1603–1868)

sunting

Setelah kemenangan Tokugawa Ieyasu dalam Pertempuran Sekigahara pada tahun 1600, ia mendirikan Keshogunan Tokugawa pada tahun 1603, yang memulai periode stabilitas selama lebih dari 250 tahun. Pada masa ini, peran samurai berubah dari prajurit menjadi birokrat dan pemimpin administratif. Keshogunan Tokugawa menerapkan kebijakan isolasionisme yang dikenal sebagai Sakoku, yang membatasi hubungan Jepang dengan dunia luar. Kode etik Bushido berkembang selama periode ini, menekankan nilai-nilai moralitas, kehormatan, dan kesetiaan.

Meiji dan Abolisi Samurai

sunting

Pada tahun 1868, Restorasi Meiji mengakhiri kekuasaan keshogunan dan memulihkan kekuasaan kekaisaran. Kelas samurai secara resmi dihapuskan oleh pemerintah Meiji pada tahun 1876 melalui undang-undang Haitorei, yang melarang samurai membawa pedang di depan umum. Samurai yang tidak puas kemudian melakukan pemberontakan, yang paling terkenal adalah Pemberontakan Satsuma (1877), yang dipimpin oleh Saigo Takamori. Pemberontakan ini berakhir dengan kekalahan, menandai akhir resmi kelas samurai.

Bushido

sunting

Bushido adalah kode etik yang diikuti oleh para samurai, yang secara harfiah berarti "jalan ksatria." Bushido menekankan beberapa prinsip utama, termasuk:

  • Kesetiaan (忠義, chūgi): Kewajiban utama seorang samurai adalah kesetiaan kepada tuannya.
  • Kehormatan (名誉, meiyo): Kehormatan pribadi dan keluarga sangat dijunjung tinggi.
  • Keberanian (勇気, yūki): Seorang samurai harus berani menghadapi bahaya dan kematian.
  • Pengendalian diri (自制, jisei): Pengendalian emosi dan tindakan adalah hal penting bagi seorang samurai.

Bushido juga mencakup konsep seppuku (切腹), yaitu ritual bunuh diri yang dilakukan untuk memulihkan kehormatan setelah mengalami kegagalan atau aib.

Perlengkapan dan Senjata

sunting

Samurai dikenal karena senjata dan perlengkapan khas mereka, termasuk:

Katana

Katana adalah pedang yang paling terkenal digunakan oleh samurai, dengan bilah melengkung yang tajam dan satu sisi. Katana dianggap sebagai simbol dari jiwa seorang samurai, dan perawatannya merupakan tugas yang sangat dihormati.

Wakizashi

Samurai juga membawa pedang pendek yang disebut wakizashi, yang biasanya dipasangkan dengan katana. Kombinasi ini dikenal sebagai daisho (大小), yang melambangkan status seorang samurai.

Yoroi

Yoroi adalah baju zirah yang dikenakan oleh samurai saat bertempur. Baju zirah ini terbuat dari kombinasi logam dan kulit yang dirancang untuk memberikan perlindungan maksimum sambil tetap menjaga kelincahan. Seiring waktu, desain yoroi berkembang menjadi lebih ringan dan lebih fleksibel, disesuaikan dengan pertempuran jarak dekat dan penggunaan senjata api.

Senjata Lainnya

Selain katana dan wakizashi, samurai juga menggunakan berbagai senjata lain, seperti:

  • Yari (tombak)
  • Naginata (tombak berbilah panjang)
  • Yumi (busur panjang Jepang)
  • Tanegashima (senapan sumbu yang diperkenalkan pada abad ke-16)

Kesenian dan Budaya

sunting

Samurai tidak hanya prajurit, tetapi juga pendukung seni dan budaya. Banyak samurai terlatih dalam kalligraphi (書道, shodō), puisi (和歌, waka), dan upacara minum teh (茶道, sadō). Mereka juga menguasai seni bela diri, yang tidak hanya untuk pertempuran tetapi juga sebagai cara untuk mengasah disiplin mental.

Samurai Terkenal

sunting

Beberapa samurai terkenal dalam sejarah Jepang antara lain:

Referensi

sunting
  • Turnbull, Stephen. Samurai: The World of the Warrior. Osprey Publishing, 2003.
  • Friday, Karl. Samurai, Warfare and the State in Early Medieval Japan. Routledge, 2004.
  • Yamamoto, Tsunetomo. Hagakure: The Book of the Samurai. Kodansha International, 1979.

Lihat pula

sunting

Bandingkan dengan konsep serupa yang ditemukan di negara/kebudayaan lain:

Daftar para samurai:

Pranala luar

sunting