Keren, Eritrea
Keren, yang secara historis dikenal sebagai Sanhit,[2] adalah kota terbesar kedua di Eritrea. Terletak sekitar 91 kilometer (57 mil) barat laut Asmara pada ketinggian 1.590 meter (5.220 kaki) di atas permukaan laut. Kota ini terbentang di cekungan luas yang dikelilingi pegunungan granit di semua sisinya.
Keren
ከረን | |
---|---|
Kota | |
Koordinat: 15°46′40″N 38°27′29″E / 15.77778°N 38.45806°E | |
Negara | Eritrea |
Region | Anseba |
Subregion | Keren |
Ketinggian | 1.590 m (5,220 ft) |
Populasi (2016) | |
• Kota | 120,000[1] |
• Metropolitan | 146,483 |
Sejarah
suntingKeren awalnya merupakan pemukiman perdagangan di perbatasan Etiopia, terletak di dataran tinggi gersang antara sungai Ansaba dan Barka. Pemukiman ini memiliki arti penting karena posisinya di jalur perdagangan antara Massawa dan Sudan. Pasar ini sebagian besar didominasi oleh pedagang dari Arkiko, yang gandumnya dibawa untuk dibeli dengan imbalan unta dari suku Hedareb setempat. Barang-barang yang dijual di Keren juga meliputi kain katun dari Sennar dan Mesir, serta gading, kulit, bulu burung unta, dan jagung dari Tigre dan Amhara. Sebagian besar barang-barang ini dibeli oleh para pedagang yang datang dari Massawa. Pada pertengahan abad ke-19, Keren diperkirakan merupakan pemukiman dengan 350 gubuk dan berpenduduk sekitar 2.000 jiwa.[3]
Dua misionaris Lazarist, Giuseppe Sapeto dan Giovanni Stella, melakukan tur misionaris ke wilayah tersebut pada tahun 1851. Empat tahun kemudian Stella membangun rumah batu untuk dirinya sendiri dan mendirikan koloni pertanian Italia di daerah tersebut setelah mendapatkan konsesi tanah dari penguasa setempat, Dejazmach Haylu dari Hamasien. Stella meninggal pada tahun 1869 setelah koloni tersebut segera hancur karena pemerintah Italia menolak memberikan dukungan apa pun. Aktivitas misionaris dibatasi oleh Kaisar Yohannes IV pada tahun 1871, yang menangkap para misionaris dan mengamputasi tangan dan kaki para pemeluknya.[3]
Pada tahun berikutnya, Keren dan Bogos diambil alih oleh gubernur Mesir Werner Munzinger, yang mendirikan benteng di sebuah bukit bernama Sanhit. Pengenalan pemerintahan Mesir diikuti oleh aktivitas misionaris baru oleh kaum Lazarist, yang mendirikan sekolah pada tahun 1874 dan membangun sejumlah kecil rumah kayu dan gereja pada tahun 1875 dengan bantuan keuangan dari pemerintah Mesir. Ada juga sejumlah orang Yunani, Arab dan Italia yang tinggal di pemukiman tersebut.[4]
Selama Perang Etiopia-Mesir, Mesir khawatir Yohannes akan bergerak melawan Sanhit, dan karenanya memperkuat garnisunnya. Pada bulan Oktober 1876, orang Etiopia membakar rumah dan desa yang hanya berjarak dua jam dari pemukiman. Patroli Mesir menghadapi pasukan Etiopia yang berjarak hanya satu jam dari benteng, namun pasukan Etiopia tidak pernah menyerang benteng tersebut dan kemudian mundur dari daerah tersebut. Pada bulan Februari 1885, pasukan Mesir mundur dari Keren dan Sanhit, sehingga Yohannes dapat memanfaatkan kesempatan tersebut dan mendudukinya. Penguasaan Etiopia atas Keren tidak berlangsung lama, karena pada bulan Desember 1889 Italia bergegas dari Massawa dan mengambil kesempatan untuk merebut kota tersebut. Keren kemudian menjadi bagian dari Eritrea Italia yang secara resmi diproklamasikan pada tahun 1890.[4]
Referensi
suntingBibliografi
sunting- Pankhurst, Richard (1982). History of Ethiopian towns from the mid 19th century to 1935. Steiner.
Bacaan tambahan
sunting- Hill, Justin (2002), Ciao Asmara, A classic account of contemporary Africa. Little, Brown, ISBN 978-0-349-11526-9. VSO volunteer's story of Eritrea. Hill lived in Keren for two years
- The Globalist Feature, including an extract from Justin Hill's book, Ciao Asmara.