Kartasura, Sukoharjo

kecamatan di Sukoharjo, Jawa Tengah

Kecamatan Kartasura (bahasa Jawa: Hanacaraka, ꦏꦂꦠꦱꦸꦫ) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kartasura dapat dikatakan sebagai kota satelit bagi Surakarta atau Solo dan pengembangan perkotaan bagi Kabupaten Sukoharjo, sebagaimana halnya dengan Solobaru yang juga merupakan sebuah area pusat modern yang dikembangkan di Kabupaten Sukoharjo. Di kota ini terdapat persimpangan jalan negara Surabaya-Ngawi-Solo-Yogyakarta dan Solo-Semarang.

Kecamatan Kartasura
Kantor Camat Kartasura
Peta lokasi Kecamatan Kecamatan Kartasura
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenSukoharjo
Pemerintahan
 • CamatIkhwan Sapto Darmono, S.Pd., M.Pd.
Kode pos
57161
Kode Kemendagri33.11.12 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3311120 Edit nilai pada Wikidata
Luas19,23 km²
Kepadatan5.577 jiwa/km²
Desa/kelurahan10/2
Peta
PetaKoordinat: 7°34′9″S 110°45′42″E / 7.56917°S 110.76167°E / -7.56917; 110.76167

Kartasura meskipun hanya sebuah kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, namun sangat maju, ramai, ekonominya berkembang, dan bahkan lebih maju dari pada ibukota kabupatennya. Sehingga kecamatan ini layak juga disebut sebagai Kota Kartasura.[butuh klarifikasi]

Kota Kartasura menjadi lokasi pertemuan tiga jalur yang menjadi segitiga emas Jawa Tengah dan DIY. Simpang tiga Kartasura menjadi titik temu antara Semarang, Solo, dan Yogyakarta. Kecamatan terkecil di Sukoharjo ini pun menjadi daerah strategis apalagi lokasinya tidak jauh dari pintu tol Colomadu. Saat tol Solo-Jogja selesai dibangun dan terintergrasi dengan tol Solo-Semarang (tol TransJawa), ini akan menjadikan Kartasura kian ramai.

Saat ini Kota Kartasura menjadi daerah bisnis sekaligus perumahan. Ini pula yang menjadikan Kota Kartasura diincar oleh banyak investor. Investasi yang disumbang Kota Kartasura untuk Kabupaten Sukoharjo cukup tinggi. Nilai investasi Kota Kartasura pada 2021 menduduki ranking tiga besar yakni mencapai Rp1.542.200.680.119.

Sejarah singkat

sunting
 
Sisa benteng kraton Kartasura

Pada tahun 1600 (kalender Jawa) atau 1677 M, Adipati Trunojoyo dibantu Kraeng Galengsong melakukan pemberontakan melawan Kesultanan Mataram yang beribu kota di Plered. Sunan Amangkurat I melarikan diri bersama keluarganya. Setelah pasukan Trunojoyo memenangkan pertempuran, mereka segera meninggalkan Plered dan membangun kekuatan baru di Kabupaten Kediri. Adipati Trunojoyo memproklamasikan diri sebagai raja yang berkuasa atas seluruh tanah Jawa.

Sementara itu, Sunan Amangkurat I beserta keluarga dan para pengikutnya sudah berada di desa Ajibarang, Kabupaten Banyumas. Dalam kondisi yang serba sulit, Sunan Amangkurat I jatuh sakit hingga akhirnya dia wafat. Sesuai permintaannya sebelum meninggal, jenazah Sunan Amangkurat I dimakamkan di desa Tegalarum, Kabupaten Tegal.

Pangeran Adipati Anom (putra Sunan Amangkurat I) menyatakan diri sebagai raja baru menggantikan ayahandanya dan bergelar Susuhunan Amangkurat II. Seluruh kekuatan yang masih setia segera dikumpulkan dan dipusatkan di kota Tegal, mereka bersepakat merebut kembali kekuasaan tanah Jawa yang sekarang berada dalam genggaman Adipati Trunojoyo. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Sunan Amangkurat II meminta bantuan kekuatan militer VOC di Batavia (Jakarta).

Pada 1601(J) Sunan Amamangkurat II mengerahkan pasukan tempur yang sangat besar untuk menyerang Adipati Trunojoyo di Kabupaten Kediri. Pasukan Kediri kewalahan menghadapi prajurit Mataram yang dibantu serdadu kompeni dengan persenjaataan modern. Setelah melalui pertempuran dahsyat, Adipati Trunojoyo tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Kekuasaan Mataram berhasil ditegakkan kembali oleh Sunan Amangkurat II.

Usai menumpas pemberontakan Trunojoyo, Sunan Amangkurat II menarik pasukannya menuju Kabupaten Semarang, kemudian dia memberi perintah kepada Pangeran Nrangkusumo agar membuka hutan Wanakerta dan dibangun menjadi kawasan permukiman. Dalam kurun waktu dua tahun hutan Wanakerta sudah berubah menjadi sebuah kota yang besar.

Pada hari Rebo Pon, tanggal 27 Ruwah, tahun Alip 1603(J), bertepatan dengan tanggal 11 September 1680 M, Sunan Amangkurat II secara resmi menempati ibu kota kerajaan yang baru. Sejak saat itu nama Wanakerta diganti dengan nama Kartasura Adiningrat.

Administratif

sunting

Sebagai kota kecamatan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, kecamatan ini secara ekonomi menjadi salah satu perkotaan yang mandiri, seperti halnya Solo Baru. Lokasi Kartasura berbatasan langsung dengan Kota Surakarta. Untuk menuju ibu kota kabupatennya sendiri, warga Kartasura umumnya harus menembus wilayah Surakarta. Oleh karena itu, pernah ada wacana tentang penggabungan Kartasura dengan Kota Surakarta, tetapi keinginan itu selalu ditolak pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Bahkan, pernah ada keinginan warga Kartasura untuk membentuk wilayah kotamadya atau kota administratif sendiri. Jika Kartasura membentuk kota sendiri maka luasnya kurang lebih sama dengan Kota Salatiga dan jumlah penduduknya sekitar 120.000 jiwa.

Kota Kartasura terbagi menjadi 2 kelurahan dan 10 desa, yaitu Kalurahan Ngadirejo, Desa Ngabeyan, Desa Singopuran, Desa Gonilan, Kalurahan Kartasura, Desa Pabelan, Desa Kertonatan, Desa Makamhaji, Desa Ngemplak, Desa Pucangan, Desa Gumpang, Desa Wirogunan.

Di Desa Pabelan terdapat Rumah Sakit UNS (Universitas Sebelas maret Surakarta) Surakarta, Rumah Sakit Orthopedi (Rumah Sakit Nasional khusus tulang dan fisioterapi), Rumah Sakit Islam YARSIS Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan banyak gedung penting lainnya. Di Desa Makamhaji terdapat situs bersejarah petilasan Keraton Pajang. Desa Makamhaji termasuk desa terpadat di Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 20.000 jiwa. Sudah sejak lama ada wacana untuk memekarkan Desa Makamhaji menjadi dua kelurahan.

Di Desa Gumpang terdapat pabrik tekstil besar Tyfountex yang menyerap ribuan tenaga kerja. Di Desa Pucangan, Kelurahan Kartasura, dan Kelurahan Ngadirejo terdapat petilasan Keraton Kartasura Hadiningrat yang bersejarah. Di Desa Pucangan terdapat kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta dan Asrama TNI Kopassus di dukuh Kandangmenjangan.

Fasilitas pendidikan, kegiatan ekonomi dan industri

sunting

Di Kartasura terdapat kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), kampus V Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta (UIN RM Said Surakarta), dan Pondok Pesantren Modern Assalam. Terdapat beberapa tempat perbelanjaan swalayan, yaitu Goro-Assalam dan Carrefour (kini Transmart, 2017), Toserba Mitra, Laris, Luwes, dan aneka toserba lainnya, yang sebagian besar terletak berdekatan dengan Pasar Kartasura. Di sebelah barat wilayah ini terdapat pabrik tekstil besar yaitu Tyfountex[1], yang ditujukan untuk menyuplai pasar ekspor.

Demografi

sunting

Kota Kartasura memiliki penduduk sebesar 116.053 jiwa menurut BPS Kabupaten Sukoharjo tahun 2020. Dengan urutan populasi tiap desa dari yang terbesar: 1. Makamhaji : 18.615 orang. 2. Kalurahan Kartasura : 14.681 orang. 3. Gumpang : 13.856 orang. 4. Pucangan : 13.842 orang. 5. Kalurahan Ngadirejo : 11.316 orang. 6. Pabelan : 8.126 orang. 7. Singopuran : 7.921 orang. 8. Gonilan : 7.519 orang. 9. Ngabeyan : 5.823 orang. 10. Ngemplak Bothi : 5.527 orang. 11. Wirogunan : 5.082 orang. 12. Kertonatan : 3.745 orang.

Mayoritas penduduk Kota Kartasura adalah penganut agama Islam. Sebanyak 99.721 orang penduduk Kartasura menganut agama Islam (85,7%), 9.924 orang menganut Katolik (8,5%), 6.569 orang menganut Kristen Protestan (5,6%), 123 orang menganut Hindu (0,1%), dan 68 orang memeluk Buddha (0,06%). Di seluruh Kota Kartasura terdapat 226 masjid, 128 musholla/langgar, 18 gereja, dan 1 pura hindu. dan budha

Transportasi

sunting

Di Kartasura terdapat sarana transportasi tradisional becak, minibus angkutan kota (angkot), bus kota Batik Solo Trans (BST) yang memiliki jalur Kartasura-Terminal Tirtonadi Solo, Kartasura-Solo Palur, Kartasura-Pasar Klewer Solo, bus kabupaten Wahyu memiliki jalur Kartasura-Sukoharjo, bus antarkota, dan juga taksi dari beberapa perusahaan penyedia layanan taksi lokal Wahyu Taksi. Sedangkan delman biasa didapati di sekitar Pasar Kartasura dan menjadi transportasi favorit bagi para petani maupun pedagang untuk mengangkut beragam komoditasnya dari dan ke pasar.

Kuliner

sunting

Salah satu kuliner khas Kartasura adalah Tahu, Ayam & Bebek Goreng.

Desa/Kelurahan

sunting

Wilayah Kecamatan Kartasura terbagi menjadi desa/kelurahan berikut:[2]

Kecamatan Kartasura memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara   Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar
Timur laut   Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta
Timur   Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta
Tenggara Kecamatan Baki
Selatan Kecamatan Gatak
Barat daya   Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali
Barat   Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali
Barat laut   Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar

Referensi

sunting
  1. ^ "Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo". sukoharjokab.bps.go.id. Diakses tanggal 2022-10-20. 
  2. ^ Harsono, H., Fajar, M. K., dan Puspa P. (2023). Kecamatan Kartasura Dalam Angka 2023. BPS Kabupaten Sukoharjo. hlm. 5.