Daftar gunung berapi di Indonesia
Geografi Indonesia didominasi oleh gunung api yang terbentuk akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Beberapa gunung api terkenal karena letusannya, misalnya Krakatau yang letusannya berdampak secara global pada tahun 1883,[1] letusan supervulkan Gunung Toba yang diperkirakan terjadi 74.000 tahun yang menyebabkan terjadinya musim dingin vulkanik selama enam tahun,[2] dan Gunung Tambora dengan letusan paling hebat yang pernah tercatat dalam sejarah pada tahun 1815.[3] Gunung berapi di Indonesia merupakan bagian dari Sabuk Alpida dan Cincin Api Pasifik. 150 entri dalam daftar di bawah ini dikelompokkan menjadi enam wilayah geografis, empat di antaranya memiliki gunung berapi dalam barisan Busur Sunda. Dua wilayah lainnya mencakup gunung berapi di Halmahera, termasuk pulau-pulau vulkanik di sekitarnya, serta gunung berapi di Sulawesi dan Kepulauan Sangihe. Wilayah terakhir berada dalam satu busur vulkan dengan gunung berapi Filipina.
Gunung berapi yang paling aktif adalah Kelud dan Merapi di Pulau Jawa, yang bertanggung jawab atas ribuan kematian akibat letusannya di wilayah tersebut. Sejak tahun 1000 masehi, Kelud telah meletus lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 VEI (Volcanic Explosivity Index),[4] sedangkan Merapi telah meletus lebih dari 100 kali.[5] Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi, menobatkan Merapi sebagai Gunung Api Dekade Ini sejak tahun 1995 karena aktivitas vulkaniknya yang sangat tinggi.
Hingga tahun 2012, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif dengan kurang lebih 5 juta penduduk yang berdiam di sekitarnya. Sejak 26 Desember 2004, setelah gempa besar dan tsunami terjadi, semua pola letusan gunung berapi berubah, misalnya Gunung Sinabung, yang terakhir kali meletus pada 1600-an, tetapi tiba-tiba aktif kembali pada tahun 2010 dan meletus pada 2013.[6]
Ruang lingkup
suntingSumber utama dari daftar di bawah ini diambil dari buku "Volcanoes of the World" yang disusun oleh dua vulkanolog, yakni Tom Simkin dan Lee Siebert,[a] yang memuat daftar gunung berapi yang aktif dalam 10.000 tahun terakhir (Holosen).[7] Khusus Indonesia, Simkin dan Siebert menggunakan katalog gunung berapi aktif dari Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi.[b] Buku Simkin dan Siebert adalah buku yang memuat daftar paling lengkap mengenai gunung berapi di Indonesia, meskipun akurasi catatan letusan dan korban jiwa yang ditimbulkan bervariasi di berbagai wilayah. Sumber pelengkap mengenai data vulkanik terbaru diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), lembaga pemerintah di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia yang bertanggung jawab untuk memantau dan mencatat aktivitas vulkanik dan mitigasi bencana geologi di Indonesia. Di dunia internasional, lembaga ini dikenal dengan nama Volcanology Survey Indonesia.[8]
Kelompok geografis
suntingSumatra
suntingGeografi Sumatra didominasi oleh Pegunungan Bukit Barisan. Jajaran pegunungan ini membentang sepanjang hampir 1,700 km (1,056 mi) dari utara ke selatan pulau, dan terbentuk oleh pergerakan Lempeng Indo-Australia.[9] Lempeng ini bergerak dengan laju konvergensi 5,5 cm/tahun, yang menyebabkan terjadinya gempa bumi besar di sisi barat Sumatra, termasuk gempa bumi Samudera Hindia 2004.[10][11] Pergerakan tektonik ini tak hanya menyebabkan gempa bumi, tetapi juga perumusan ruang magma di bawah pulau.[9]
Satu dari 35 gunung berapi aktif, yakni Pulau Weh, terpisah dari daratan utama Sumatra. Pemisahan ini disebabkan oleh letusan besar yang menyebabkan daratan antara Weh dan Sumatra digenangi oleh air laut pada zaman Pleistosen. Gunung berapi terbesar di Sumatra adalah supervulkan Gunung Toba, 100 km (62 mi) × 30 km (19 mi) di kedalaman Danau Toba, yang terbentuk setelah keruntuhan kaldera (sekitar 74.000 BP).[2] Letusan ini diperkirakan mencapai skala 8 VEI, letusan gunung berapi terbesar yang diketahui 27 juta tahun terakhir.[12] Puncak tertinggi di jajaran pegunungan Bukit Barisan adalah Gunung Kerinci, dengan ketinggian 3.805 m[13] (12,467 ft) dari permukaan laut.
-
Gunung Sinabung setelah erupsi pada Januari 2014
-
Gunung Kerinci, gunung tertinggi di Sumatra yang masih aktif
-
Citra SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) dari Danau Toba
Selat Sunda dan Jawa
suntingSelat Sunda memisahkan Pulau Sumatra dan Jawa, dengan pulau vulkanik Krakatau berdiri di antara keduanya. Krakatau meletus hebat pada tahun 1883 (skala 6 VEI), memusnahkan dua pertiga pulau dan menyisakan kaldera besar di bawah laut. Ledakan dahsyat ini terdengar hingga ke pulau Rodrigues di dekat Mauritius (berjarak sekitar 4.800 kilometer (3.000 mi)).[1] Kerucut parasit baru, yang disebut Anak Krakatau, muncul dari lautan di tengah-tengah kaldera pada tahun 1930.[14] Pulau Krakatau lainnya yang terbentuk akibat letusan 1883 adalah Sertung, Panjang, dan Rakata.
Dari segi ukuran, Jawa memang relatif kecil jika dibandingkan dengan Sumatra, tetapi pulau ini memiliki konsentrasi gunung berapi aktif yang lebih tinggi. Ada 45 gunung berapi aktif di pulau Jawa, tidak termasuk 20 kawah dan kerucut kecil di kompleks vulkanik Dieng dan kerucut muda di kompleks kaldera Tengger. Beberapa gunung berapi dikelompokkan menjadi satu dalam daftar di bawah ini karena lokasinya yang berdekatan. Semeru, Bromo, Merapi, dan Kelud adalah tiga gunung berapi yang paling aktif di Pulau Jawa. Gunung Semeru terus mengeluarkan letusan sejak 1967.[15] Gunung Merapi dinobatkan sebagai Gunung Api Dekade Ini sejak 1995.[16] Ijen memiliki danau kaldera warna-warni yang unik berupa reservoir alami dengan tingkat keasaman yang tinggi (pH<0.3).[17] Terdapat aktivitas penambangan belerang di Ijen, tempat para penambang mengumpulkan belerang terkonsentrasi tinggi hanya dengan menggunakan tangan.
Catatan: Puncak Krakatau adalah Rakata, bukan Anak Krakatau
-
Letusan Krakatau 1883 adalah salah satu yang paling mematikan dan paling menghancurkan dalam sejarah[19]
-
Gunung Merapi, dilihat dari Gunung Merbabu. Merbabu adalah gunung terdekat ke Gunung Merapi
-
Gunung Kelud, salah satu gunung yang banyak meletus
-
Gunung Bromo, salah satu destinasi wisata terpopuler di Jawa Timur
-
Gunung Muria. Gunung in pernah menjadi pulau tersendiri yang terpisah dari Pulau Jawa
Kepulauan Sunda Kecil
suntingKepulauan Sunda Kecil adalah kepulauan kecil yang membentang dari barat ke timur, terdiri dari Pulau Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor; kesemuanya berlokasi di pinggiran landas benua Australia. Gunung berapi di wilayah ini terbentuk karena kerak samudera dan pergerakan landas benua.[20] Beberapa gunung berapi membentuk sebuah pulau sepenuhnya, misalnya Pulau Sangeang Api. Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus pada 5 April 1815, dengan skala 7 VEI dan dianggap sebagai letusan terhebat dalam catatan sejarah modern.[3]
Laut Banda
suntingLaut Banda di sebelah selatan Kepulauan Maluku terdiri dari sekelompok pulau-pulau kecil. Tiga lempeng tektonik bawah laut utama; Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia, telah bertemu di sana sejak zaman Mesozoikum.[22] Gunung api di Laut Banda umumnya berupa pulau-pulau, tetapi ada juga beberapa gunung api bawah laut.
Nama | Bentuk | Ketinggian | Letusan terakhir (VEI) | Geolokasi |
---|---|---|---|---|
Emperor of China | bawah laut | −2,850 meter (−9,35 ft) | tidak diketahui | 6°37′S 124°13′E / 6.62°S 124.22°E |
Nieuwerkerk | bawah laut | −2,285 meter (−7,50 ft) | tidak diketahui | 6°36′00″S 124°40′30″E / 6.60°S 124.675°E |
Gunungapi Wetar | stratovulkan | 282 meter (925 ft) | 1699 (3) | 6°38′31″S 126°39′00″E / 6.642°S 126.65°E |
Wurlali | stratovulkan | 868 meter (2.848 ft) | 3 Juni 1892 (2) | 7°07′30″S 128°40′30″E / 7.125°S 128.675°E |
Teon | stratovulkan | 655 meter (2.149 ft) | 3 Juni 1904 (2) | 6°55′12″S 129°07′30″E / 6.92°S 129.125°E |
Nila | stratovulkan | 781 meter (2.562 ft) | 7 Mei 1968 (1) | 6°44′S 129°30′E / 6.73°S 129.50°E |
Serua | stratovulkan | 641 meter (2.103 ft) | 18 September 1921 (2) | 6°18′S 130°00′E / 6.30°S 130.00°E |
Manuk | stratovulkan | 282 meter (925 ft) | tidak diketahui | 5°31′48″S 130°17′31″E / 5.53°S 130.292°E |
Gunung Api Banda | kaldera | 640 meter (2.100 ft) | 9 Mei 1988 (3) | 4°31′30″S 129°52′16″E / 4.525°S 129.871°E |
Sulawesi dan Kepulauan Sangihe
suntingEmpat semenanjung mendominasi bentuk Sulawesi. Bagian tengah terdiri dari kawasan pegunungan tinggi, namun sebagian besar gunung di sana bukanlah gunung api. Gunung api aktif terdapat di semenanjung utara hingga Kepulauan Sangihe. Kepulauan Sangihe menandai perbatasan dengan Filipina.
Halmahera
suntingPulau Halmahera di sebelah utara Kepulauan Maluku terbentuk oleh pergerakan tiga lempeng tektonik yang menghasilkan dua pegunungan yang saling berpotongan. Sebuah busur vulkanik membentang dari utara ke selatan di Halmahera bagian barat, beberapa di antaranya adalah pulau-pulau vulkanik, misalnya Gamalama dan Tidore. Pulau tempat Gamalama berada adalah Ternate, yang telah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah sejak Portugis tiba di pulau tersebut pada tahun 1512. Karena posisinya sebagai pusat perdagangan sejak Zaman Penjelajahan, catatan sejarah letusan gunung api di Halmahera telah ada sejak abad ke-16.
Daftar letusan
suntingBerikut adalah daftar beberapa letusan besar gunung api di Indonesia, diurutkan secara kronologis menurut tanggal dimulainya letusan, Hanya letusan dengan skala 3 VEI atau lebih tinggi, letusan yang mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa juga disertakan dalam daftar.
Tanggal letusan | Gunung api | Tanggal berhenti | VEI | Lokasi | Tsunami | Volume tefrit | Korban jiwa | Sumber |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
3 November 2024 | Lewotobi | Sedang berlangsung | N/A | Flores | tidak | N/A | 10 | |
16 April 2024 | Ruang | 15 Mei 2024 | 4 | Sulawesi Utara | tidak | N/A | 0 | |
3 Desember 2023 | Marapi | 8 Desember 2023 | 2 | Sumatera Barat | tidak | N/A | 24 | [23] |
4 Desember 2021 | Semeru | 5 Desember 2021 | 4 | Jawa Timur | tidak | N/A | 51 | [24] |
18 Desember 2018 | Anak Krakatau | 10 Januari 2019 | 3 | Selat Sunda | 3 M | N/A | 437 | |
13 Agustus 2017 | Gunung Agung | 12 Juni 2019 | 3 | Bali | tidak | N/A | 0 | |
13 Februari 2014 | Kelud | 15 Februari 2014 | 4 | Jawa Timur | tidak | N/A | 4 | |
3 November 2010 | Merapi | 8 November 2010 | 4 | Jawa Tengah, DI Yogyakarta | tidak | N/A | 353 | [5] |
10 Februari 1990 | Kelud | Maret 1990 | 4 | Jawa Timur | tidak | 0.13 km³ | 35 | [25] |
18 Juli 1983 | Colo | Desember 1983 | 4 | Sulawesi Tengah | tidak | N/A | 0 | [25] |
5 April 1982 | Galunggung | 8 Januari 1983 | 4 | Jawa Barat | tidak | 0.37 km³ | 68 | [26][27] |
30 April 1979 | Marapi | 5 Mei 1979 | 3 | Sumatera Barat | tidak | N/A | 80 | [28] |
26 April 1966 | Kelud | 27 April 1966 | 4 | Jawa Timur | tidak | 0.089 km³ | 212 | [25] |
17 Maret 1963 | Agung | 27 Januari 1964 | 5 | Bali | tidak | 1 km³ | 1,148 | [29] |
31 Agustus 1951 | Kelud | 31 Agustus 1951 | 4 | Jawa Timur | tidak | 0.2 km³ | 7 | [25] |
25 November 1930 | Merapi | September 1931 | 3 | Jawa Tengah, DI Yogyakarta | tidak | 0.0017 km³ | 1,369 | [5] |
19 Mei 1919 | Kelud | 20 Mei 1919 | 4 | Jawa Timur | tidak | 0.19 km³ | 5,110 | [25] |
7 Juni 1892 | Awu | 12 Juni 1892 | 3 | Sulawesi Utara | ya | N/A | 1,532 | [30] |
26 Agustus 1883 | Krakatau | Februari 1884 | 6 | Selat Sunda | 15–42 m | 5–8.5 km³ | 36,600 | [1][29][31] |
15 April 1872 | Merapi | 21 April 1872 | 4 | Jawa Tengah, DI Yogyakarta | tidak | 0.33 km³ | 200 | [5] |
2 Maret 1856 | Awu | 17 Maret 1856 | 3 | Sulawesi Utara | ya | 0.51±0.50 km³ | 2,806 | [30] |
8 Oktober 1822 | Galunggung | Desember 1822 | 5 | Jawa Barat | tidak | 1 km³ | 4,011 | [25] |
10 April 1815 | Tambora | 15 Juli 1815 | 7 | Nusa Tenggara Barat, Sumbawa | 1–2 m | 160–180 km³ | 71,000 | [3][32] |
6 Agustus 1812 | Awu | 8 Agustus 1812 | 4 | Sulawesi Utara | tidak | 0.55±0.50 km³ | 963 | [30] |
12 Agustus 1772 | Papandayan | 12 Agustus 1772 | 3 | Jawa Barat | tidak | N/A | 2,957 | [33] |
4 Agustus 1672 | Merapi | tidak diketahui | 3 | Jawa Tengah, DI Yogyakarta | tidak | N/A | 3,000 | [5] |
1586 | Kelud | tidak diketahui | 5 | Jawa Timur | tidak | 1 km³ | 10,000 | [25] |
1257 | Samalas | tidak diketahui | 7 | Lombok | tidak | N/A | tidak diketahui | [34] |
SM | ≈ 74,000Gunung Toba | tidak diketahui | 8 | Sumatera Utara | mungkin | 2,800 km³ | hampir memusnahkan populasi manusia |
[2] |
Jumlah korban jiwa bersumber dari Survei Vulkanologi Indonesia,[35] dan Tanguy et al. (1998).[36]
Catatan: cv= letusan ventilasi sentral, pf=aliran piroklastik, lf=aliran lava, lm=lumpur lahar, cl=letusan danau kawah, ph=letusan freatik, ld=ekstrusi kubah lava, cc=keruntuhan kaldera, se=letusan bawah laut, fa=aktivitas fumarol, rf=letusan celah radial.
Galeri
sunting-
Kaldera Tambora setelah Letusan Tambora 1815
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c Winchester, S. (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded: August 27, 1883 (dalam bahasa Inggris). HarperCollins. ISBN 0-06-621285-5.
- ^ a b c Oppenheimer, C. (2002). "Limited global change due to the largest known Quaternary eruption, Toba ≈74 kyr BP?". Quaternary Science Reviews. 21: 1593–1609. doi:10.1016/S0277-3791(01)00154-8. ISSN 0277-3791.
- ^ a b c Stothers, Richard B. (1984). "The Great Tambora Eruption in 1815 and Its Aftermath". Science. 224 (4654): 1191–1198. doi:10.1126/science.224.4654.1191. PMID 17819476.
- ^ "Kelut Eruptive History". Global Volcanism Program (dalam bahasa Inggris). Institusi Smithsonian. Diakses tanggal 2021-06-27.
- ^ a b c d e "Merapi Eruptive History". Global Volcanism Program (dalam bahasa Inggris). Institusi Smithsonian. Diakses tanggal 2021-06-27.
- ^ "Indonesia Miliki 127 Gunung Api Aktif". 5 2, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-17. Diakses tanggal 2014-01-22.
- ^ "Summary Data Criteria". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2006-12-31.
- ^ "Sejarah". Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Diakses tanggal 2021-06-27.
- ^ a b Simoes, M.; Avouac, J. P.; Cattin, R.; Henry, P. (2004). "The Sumatra subduction zone: A case for a locked fault zone extending into the mantle" (PDF). Journal of Geophysical Research. 109: B10402. doi:10.1029/2003JB002958.
- ^ Subarya, C., Chlieh, M., Prawirodirdjo, L., Avouac, J.P., Bock, Y., Sieh, K., Meltzner, A., Natawidjaja, D.H., McCaffrey, R. (2006). "Plate-boundary deformation associated with the great Sumatra-Andaman earthquake" (PDF). Nature. 440 (7080): 46–51. doi:10.1038/nature04522. PMID 16511486.
- ^ Lay, T., Kanamori, H., Ammon, C., Nettles, M., Ward, S., Aster, R., Beck, S., Bilek, S., Brudzinski, M., Butler, R., DeShon, H., Ekstrom, G. (2005). "The Great Sumatra-Andaman Earthquake of 26 12 2004" (PDF). Science. 308 (5725): 1127–1133. doi:10.1126/science.1112250. PMID 15905392.
- ^ VIVA.co.id (2010-11-11). "Letusan Gunung Terdahsyat Sepanjang Sejarah". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2019-09-29.
- ^ https://direktoripariwisata.id/unit/620 Diakses tanggal 11 Februari 2023
- ^ Whittaker, R. J.; Bush, M. B. (1993-04-01). "Anak Krakatau and old Krakatau: a reply". GeoJournal (dalam bahasa Inggris). 29 (4): 417–420. doi:10.1007/BF00807545. ISSN 1572-9893.
- ^ "Semeru Weekly Reports". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-20. Diakses tanggal 2006-12-07.
- ^ International Association of Volcanology and Chemistry of the Earth's Interior (1995). "Decade Volcano Update". Bulletin of Volcanology. 57 (1): 82–83. Bibcode:1995BVol...57...76.. doi:10.1007/BF00298711.
- ^ Ansje Löhr, Thom Bogaard, Alex Heikens, Martin Hendriks, Sri Sumarti, Manfred van Bergen, Kees C.A.M. van Gestel, Nico van Straalen, Pieter Vroonand, and Budi Widianarko (2005). "Natural Pollution Caused by the Extremely Acid Crater Lake Kawah Ijen, East Java, Indonesia". Environmental Science and Pollution Research. 12 (2): 89–95. doi:10.1065/espr2004.09.118.
- ^ "Mount Merapi Erupts". ANTARA News. ANTARA. 18 November 2013. Diakses tanggal 2013-11-19.
- ^ Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Krakatoa". Encyclopædia Britannica. 15 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 923.
- ^ Brouwer, H. A. (1939). "Exploration in the Lesser Sunda Islands". The Geographical Journal. 94 (1): 1–10. doi:10.2307/1788584. ISSN 0016-7398.
- ^ "Volcanoes of Indonesia - Lesser Sunda Islands". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2006-11-17.
- ^ Christian Honthaasa, Jean-Pierre Réhaulta, René C. Maurya, Hervé Bellona, Christophe Hémonda, Jacques-André Maloda, Jean-Jacques Cornéeb, Michel Villeneuveb, Joseph Cottena, Safri Burhanuddinc, Hervé Guilloud and Nicolas Arnaud (1998). "A Neogene back-arc origin for the Banda Sea basins: geochemical and geochronological constraints from the Banda ridges (East Indonesia)". Tectonophysics. 298 (4): 297–317. doi:10.1016/S0040-1951(98)00190-5.
- ^ "Pencarian korban hilang erupsi Gunung Marapi dihentikan sementara - bagaimana cerita penyintas?". BBC Indonesia. 5 Desember 2023. Diakses tanggal 5 Desember 2023.
- ^ https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/12/05/09165451/bnpb-13-orang-meninggal-akibat-erupsi-gunung-semeru-baru-2-yang#aoh=16386825444774&csi=1&referrer=https://www.google.com&_tf=Dari %1$s
- ^ a b c d e f g "Large Holocene Eruptions". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-17. Diakses tanggal 2006-12-18.
- ^ Katili, J.A. and Sudradjat, A. (1984). "Galunggung: the 1982-1983 eruption". Volcanology Survei Indonesia: 102.
- ^ "Galunggung, Java, Indonesia". Volcano World. Department of Geosciences at Oregon State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-16. Diakses tanggal 2006-12-30.
- ^ Pusat Meteorologi dan Geofisika (1979), Laporan bencana alam Gunung Marapi, Sumatera Barat, tanggal 30 April 1979, Jakarta: [s.n.], diakses tanggal 4 December 2023
- ^ a b Michael R. Rampino and Stephen Self (1982). "Historic eruptions of Tambora (1815), Krakatau (1883), and Agung (1963), their stratospheric aerosols, and climatic impact". Quaternary Research. 18 (2): 127–143. Bibcode:1982QuRes..18..127R. doi:10.1016/0033-5894(82)90065-5.
- ^ a b c "Awu's Eruptive History". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-07-07. Diakses tanggal 2006-12-31.
- ^ B.H. Choi, E. Pelinovsky, K.O. Kim and J.S. Lee (2003). "Simulation of the trans-oceanic tsunami propagation due to the 1883 Krakatau volcanic eruption" (PDF). Natural Hazards and Earth System Sciences. 3 (5): 321–332. doi:10.5194/nhess-3-321-2003. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2006-09-12. Diakses tanggal 2014-01-31.
- ^ Oppenheimer, Clive (2003). "Climatic, environmental and human consequences of the largest known historic eruption: Tambora volcano (Indonesia) 1815". Progress in Physical Geography. 27 (2): 230–259. doi:10.1191/0309133303pp379ra.
- ^ "The Deadliest Eruptions". Volcano World. Department of Geosciences at Oregon State University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-01-25. Diakses tanggal 2009-03-15.
- ^ "Letusan Samalas 1257 - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas". id.m.wikipedia.org. Diakses tanggal 2021-02-22.
- ^ "Centre of Volcanology & Geological Hazard Mitigation". Volcanological Survey of Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-16. Diakses tanggal 2006-12-31.
- ^ J.-C. Tanguy, Ch. Ribière, A. Scarth and W.S. Tjetjep (1998). "Victims from volcanic eruptions: a revised database". Bulletin of Volcanology. 60 (2): 137–144. Bibcode:1998BVol...60..137T. doi:10.1007/s004450050222.[pranala nonaktif permanen]
Referensi umum
sunting- ^ aM. Neumann van Padang (1951). "Indonesia". Catalog of Active Volcanoes of the World and Solfatara Fields (edisi ke-1). Rome: IAVCEI. hlm. 1–271.
- ^ aTom Simkin and Lee Siebert (1994). Volcanoes of the World: A Regional Directory, Gazetteer, and Chronology of Volcanism During the Last 10,000 Years (edisi ke-2nd). Geoscience Press. ISBN 0-945005-12-1.