Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2024-12-19
Words:
806
Chapters:
1/1
Hits:
17

Mimpi yang Sempurna

Summary:

"aku 'kan menghilang, dalam pekat malam. Lepas ku melayang"
"biar ku bertanya pada bintang bintang, tentang arti kita dalam mimpi yang sempurna"

Notes:

cw // violence, major character injures, mention of torture, kissing

Work Text:

"aku 'kan menghilang, dalam pekat malam. Lepas ku melayang"

"biar ku bertanya pada bintang bintang, tentang arti kita dalam mimpi yang sempurna"

 

 

"Apa yang udah om lakuin ke bang Aze, Om??! Kenapa om sakitin bang Aze sampe sebegitunya??"

"Dek udah dek, jangan diladenin dek. Om itu udah bukan Om kita Ze……"

 

 

Kata kata tersebut membekas di benak Ice ketika dirinya tidak sengaja melihat kakaknya Blaze disiksa paman mereka sendiri hanya karena Blaze tidak sengaja membakar sepatu milik pamannya sendiri yang mengakibatkan Ice mengalami trauma yang sangat dalam dan Ice tidak sanggup melihat kakaknya terluka karena kesalahan kakaknya sendiri yang mana kakaknya melakukannya secara tidak sengaja. Tapi apa daya, Paman mereka mudah tersulut emosi dan kapan saja bisa ringan tangan ke kakaknya bahkan ke dirinya jika Ice nekat membela Blaze dengan segenap bukti valid yang tidak dapat diterima nalar Pamannya sendiri. Hingga saat ini, Ice masih terus menangis lantaran tidak sanggup merasakan kakaknya disiksa orang yang mereka percayai sebagai paman mereka. Tidak hanya itu, paman mereka juga tega menghabisi nyawa kedua orang tua mereka hanya demi mendapatkan kekuatan elemental Nova dan Blizzard yang seharusnya diwariskan kepada mereka berdua. Trauma? Justru mereka menyembunyikan trauma mereka dengan mengobati luka batin satu sama lain dengan segenap kasih sayang dari Teteh dan Akang mereka yang mana mereka adalah kakak tertua Blaze dan Ice.

 

Sampai detik ini, Teh Yanaari masih belum bisa membayangkan mengapa pamannya yang kriminal itu tega menyiksa adiknya secara brutal padahal Blaze hanya ingin mewarisi elemental Nova dari orang tuanya. Sementara Kang Gardu merasa sakit hati terhadap perlakuan paman dari Ice yang menyiksa sang adik dengan cara yang tidak manusiawi dan Kang Gardu masih ingat bagaimana paman mereka menewaskan orangtuanya. Gardu dan Yanaari yakin jika Ice dan Blaze berusaha menahan sakit dari diri mereka masing masing.

 

"Bang Aze, abang mau sampe kapan abang diginiin terus sama om itu?"

 

"Abang juga gatau dek, abang Cuma mau jagain adek doang. Bukannya mau bikin om itu marah"

 

"Tapi adek gabisa biarin bang Aze kayak beginiiiiii, remuk hati adek ngelihat bang Aze kayak gini"

 

"Gausah terlalu dipikirin dek, yang ada adek tambah sakit"

 

"Harusnya adek yang dipukulin sama om itu bang, bukan abang yang jadi korbannnn"

 

"Jangan ngomong gitu dek, abang gamau adek terluka kayak gini. Biar abang aja kayak gini"

 

"Adek gamau kita terluka kayak gini bangggggg, adek sedih banget bangggggg"

 

Belum sampai satu kata keluar dari mulut Ice, Ice pun menangis sesegukan lantaran tidak kuat melihat abangnya tersiksa dan terluka. Ice masih membayangkan bagaimana rasanya menjadi kakaknya yang selalu dijadikan samsak oleh orang yang dulu mereka percayai sewaktu kecil. Blaze perlahan meraih punggung Ice yang masih menangis lalu Blaze pun menangis di pelukan Ice sementara airmata Ice sendiri sudah habis karena menangis di sandaran Blaze yang terbaring lemah. Kini Ice tahu mengapa Blaze menyembunyikan kesedihannya di depan kakaknya agar Blaze senantiasa kuat walaupun aslinya rapuh. Ice pun mengelus punggung Blaze serta melepas topinya agar Ice bisa mengelus kepala Blaze dengan lembut. Ia teringat dimana ketika Ice menangis, Blaze mengelus punggung dan kepala Ice secara lembut dan penuh perhatian lalu Ice tersadar jika Blaze aslinya mencintainya walaupun tertutup akan sifat tengilnya. Begitu pula dengan Ice yang terlihat dingin namun aslinya juga cinta dan perhatian kepada Blaze sepenuh hati. Lantas hal itu membuat Ice tersenyum dipelukan Blaze yang masih menangis demi melepaskan rasa sakit yang ia pikul ketika ia harus berurusan dengan paman itu. Blaze dengan perlahan mengusap airmata yang mengalir di wajah Ice lalu mencium bibir Ice dengan kasih sayang. Perlahan, Blaze pun menyender di pundak Ice dan Ice pun merangkul Blaze agar ia dapat mendapatkan kehangatan dari adiknya pasca tersakiti.

 

"Adek……jangan sakiti batin adek terus, takutnya adek gabakal kuat nantinya."

 

"Adek tahu bang, adek aslinya gamau nyiksa batin adek sendiri tapi karena ngelihat abang kayak gini terus batin adek jadi sakit terus."

"Abang tahu. Gausah dimasukin yang itu ke hati ya"

 

"Adek Cuma pengen abang sama adek ceria, itu aja."

 

"Iya abang paham, tehnya diminum dulu ya?"

 

"Bismillahirrahmanirrahim…….."

 

"Gimana dek, udah mendingan?"

 

"Alhamdulillah bang, udah agak mendingan"

 

"Nah gitu dong."

 

Ice pun mencium bibir Blaze dengan lembut dan memberikan sentuhan hangat sebagai penyembuh luka batin Blaze dan kini Blaze pun mengerti dibalik sifat dingin Ice ternyata terdapat sedikit sifat penyayang yang mampu menyembuhkan Blaze dari segala hal yang kapan saja dapat menyakitinya disaat ia lengah. Begitupun dengan Ice yang kini mengerti bahwa dibalik sifat Blaze yang tengil, kekanak-kanakkan, dan pemarah ternyata dirinya hanya sebatas abang yang ingin memberikan segenap kasih sayang dan perhatian terhadap adiknya.

 

Teh Yanaari: "Ice, ayo ajak Aze ke rumah sakit. Kita jalanin visum hidup ke abang kamu."

 

"Oke teh, ayuk bang kita ke rumah sakit. Pasti Teh Yanaari kasihan sama abang"

 

"Yuk dek….."

 

Message from the story: Never hurt your nephew only because their weird habits

 

"Aku tak mudah untuk mencintai"

"Aku tak mudah mengaku ku cinta"

"Aku tak mudah untuk mengatakan Aku jatuh cinta……"

 

 

Fin………