Actions

Work Header

Gawat! Omegaku Heat Tapi Cuma Ada Es Krim Rasa Mangga Di Kulkas!

Summary:

Overheat (o.ver.heat)
Keadaan khusus di mana seorang Omega menjadi terlalu terstimulasi pada siklus heat yang diakibatkan ketidakseimbangan hormon. Overheating mengakibatkan panas yang berlebih dalam tubuh sehingga mengakibatkan gejala seperti demam tubuh, produksi slick dan feromon yang berlimpah, pikiran yang berkabut, hingga hypersexuality. Overheating dapat diobati dengan menurunkan temperatur tubuh menggunakan es.

Notes:

Please read the tags carefully before proceeding. This is just fiction, it does not in any way reflect the character of any of the people included in the story.

If you're not okay with explicit words such as kontol, memek, etc. then turn back now.
Under any circumstances, DO NOT copy my work or publish it on any other platform. Thank you.

(See the end of the work for more notes.)

Work Text:

Entah mengapa siklus heat Sunwoo kali ini berlangsung lebih intens daripada yang sudah-sudah, padahal segala upaya telah Sangyeon lakukan.

 

Aroma seks serta manis perpaduan cengkeh dan madu selimuti seluruh ruangan dengan memabukkan. Bahkan pendingin ruangan yang disetel ke 16 derajat celsius pun tak mampu buat kedua tubuh polos yang bergulat di atas kasur berhenti bercucuran keringat. Sementara itu, Sunwoo tak henti-hentinya memproduksi slick dalam volume yang tak masuk akal yang bikin genangan lengket di seprai.

 

Gila.

 

Mulai dari jari, lidah, penis, dildo, hingga vibrator kelinci warna merah muda kesayangan Sunwoo, semua sudah Sangyeon gunakan untuk bawa sang Omega ke puncak kenikmatan berkali-kali jumlahnya. Lubang senggama Sunwoo yang megap-megap kelaparan pun sudah Sangyeon sumbat dengan sperma terhitung… jujur, Sangyeon sampai lupa hitungan. Meskipun begitu, Sunwoo tak pernah puas. Ia terus minta lagi, lagi, dan lagi, dengan beralasan satu hal:

 

Ada panas membara yang tak kunjung padam dalam tubuhnya.

 

“Hnnggg… Panas, Alphaa…”

 

Sunwoo merengek seraya bulir-bulir air mata berjatuhan di bulat pipi bagai rangkaian batu permata. Jemarinya meremas punggung sang Alpha hingga bulan sabit kemerahan terekam di kulit sebagai saksi. Kedua kakinya melingkar di pinggang Sangyeon guna menahan agar tubuh mereka tak pernah berpisah barang sedetik pun. Bagai tubuhnya terdiri dari 70% nafsu, Sunwoo hanya fokus menggoyangkan pinggul hingga penis Sangyeon dapat menjamah lubangnya lebih dalam, lebih cepat, dan lebih penuh.

 

Sangatlah konyol menurut Sangyeon bahwa setelah seharian berhubungan badan dalam berbagai posisi dan berbagai gaya, Sunwoo masih bertingkah seakan-akan sedetik tanpa penis Sangyeon dalam lubangnya bisa membuatnya meninggal. Namun itulah yang tepatnya terjadi sekarang.

 

Ada yang gak beres di sini.

 

“Sayang… Ugh!—” Sangyeon bisa merasakan bagaimana dinding vagina Sunwoo berkedut manja ketika panggilan ‘sayang’ dikumandangkan. Pijatan erat serta panas yang tak masuk akal membuat Sangyeon berpikir Sunwoo mungkin ingin melelehkan penisnya di dalam sana hingga mereka berdua bisa melebur jadi satu selamanya.

 

“U-udahan dulu, yuk? Kita belum stop sama sekali dari pagi. Sekarang udah jam…,” Setetes keringat mengalir bebas dari alis tebal Sangyeon dan buyarkan pandangannya dengan pedih di mata. Setelah mengerjap beberapa saat, Sangyeon layangkan pandangan ke luar jendela yang hanya disambut gelapnya malam. “Uhh… malem pokoknya. Kontol aku rasanya mau lepas.”

 

“Nooo… Masih panass…,” Sunwoo menggeleng ribut bagai seorang anak kecil keras kepala yang tak dituruti keinginannya.

 

“Sun— AH!”

 

Dengan kekuatan super yang entah diperoleh dari mana, Sunwoo dorong Sangyeon hingga punggungnya rata dengan kasur. Ia panjat pangkuan Sangyeon sebelum Sangyeon bahkan sempat melakukan apapun dan bernaung di atas bagai awan mendung.

 

Tanpa berniat menghabiskan waktu sedetik pun, Sunwoo bawa tangan kanannya untuk memompa penis Sangyeon yang sekeras batu. Tangan kirinya memainkan lubangnya, meregangkan dan melebarkan agar dapat memasukan kembali penis Sangyeon yang tadi tak sengaja terlepas.

 

“Omega! Kamu lagi kenapa, sih?”

 

Sangyeon tangkup wajah Sunwoo dengan kedua tangannya. Ia cari secercah akal sehat dibalik tatapan nanar sang Omega yang dimabuk heat .

 

“Panas… Masukin lagi biar hilang panasnya…”

 

Hasilnya nihil. 

 

“Sunwoo, dengerin aku. Kita istirahat dulu sebentar habis itu—”

 

“J-jangan! Plis plis plis, aku bisa mati, Alpha….”

 

Rengekan Sunwoo dibarengi usaha untuk menjebloskan penis Sangyeon kembali ke dalam lubang senggamanya yang terlampau licin akibat peju, slick , dan segala cairan lainnya yang mereka hasilkan bersama. Akan tetapi, seperti dalam adegan film komedi, penis Sangyeon berkali-kali loncat dari genggaman Sunwoo dan terpeleset salah sasaran.

 

“Uhhnghhh…,”

 

Semu merah makin kentara bersarang di pipi Sunwoo kala penis Sangyeon gagal masuk untuk kesekian kali dan malah menyundul klitorisnya telak. Dengan konsentrasi tingkat tinggi, Sunwoo gigit bibir bawahnya dan mengernyit serius untuk memulai percobaannya yang kelima.

 

Oh tuhan, Sangyeon tidak tahan lagi.

 

Omega, stop .”

 

Dalam seketika, Sunwoo membeku seakan seseorang telah menekan tombol pause akan tubuhnya; tak lain dan tak bukan adalah sang Dominant Alpha.

 

Sungguh, Sangyeon tidak suka menggunakan suara perintah . Ia selalu merasa bersalah dikarenakan kemampuannya yang menurutnya terlampau berkuasa atas sang Omega (seperti diktator saja, pikir Sangyeon). Namun, hari ini berbeda. Melihat bagaimana Omega-nya berkali-kali tidak patuh, Sangyeon terpojok dan menggunakan satu-satunya cara yang ia yakin akan berhasil.

 

“Kalau aku lepas, kamu janji bisa tenang?” tanya Sangyeon sembari mengelus pinggul telanjang Sunwoo dengan ibu jarinya penuh kasih sayang.

 

Di bawah genggamannya, Sangyeon bisa merasakan tajamnya tulang Sunwoo menusuk dari balik balutan kulit sawo matang. Astaga, masa heat ini telah membuat Omega-nya begitu kurus! Begitu mengkhawatirkan! Tolong ingatkan Sangyeon untuk memompa makanan ke dalam perut Sunwoo setelah masa heat yang intens ini selesai.

 

Sunwoo yang terduduk diam di atas perut Sangyeon mengangguk perlahan sambil menahan tangisan dengan napas tersengal. Selama Sangyeon belum melepaskan suara perintah atas sang Omega, Sunwoo hanya bisa menggerakan sebagian kecil dari tubuhnya, seperti mengerlingkan bola mata dan mengangguk.

 

“Janji?”

 

“...h-hn,” jawab Sunwoo dengan suara setipis kapas. Setitik air mata yang masih hangat jatuh dari pelupuk mata ke dada Sangyeon sewaktu Sunwoo berhasil menganggukan kepalanya susah payah.

 

“Ok. Bebas .”

 

Sunwoo pun jatuh tersungkur di atas Sangyeon seperti seonggok boneka marionette yang dipotong talinya.

 

Dada ke dada, jantung ke jantung, hati ke hati. Dalam posisi ini Sangyeon bisa merasakan detak hidup keduanya bersahutan berirama seperti alunan musik yang lebih megah dari apapun yang pernah diciptakan Mozart.

 

Dengan perlahan dan sedikit kesulitan, Sunwoo ingatkan otot-otot di tubuhnya siapakah tuan mereka. Hal pertama yang Sunwoo lakukan adalah mendekatkan wajahnya dengan Sangyeon dan mengecup sang Alpha di pipi dengan khidmat.

 

Good girl ,” puja puji sang Alpha kepada Omeganya.

 

Sangyeon balas tanda cinta Sunwoo dengan menautkan bibir mereka dan curi napas Sunwoo dalam-dalam. Bagaimanapun juga, Sunwoo adalah Omeganya. Cintanya. Tanggung jawabnya. Sehidup sematinya.

 

“Apa yang kamu rasain sekarang, Omega?”

 

Sangyeon bawa tubuhnya menyender ke kepala ranjang sementara Sunwoo menunggangi pangkuannya. Ia rapikan poni kekasihnya yang menempel lepek ke dahi.

 

“Pa-panas, Alpha…”

 

“Kamu udah berkali-kali keluar dan aku udah berkali-kali pompa kamu pake pejuku. Terus panasnya masih belum hilang juga?”

 

“Belumm…”

 

“Panasnya panas banget?”

 

“Banget, Alpha… Aku juga gak ngerti. Kulitku gatal, kepalaku ramai, jantungku kayak mau lompat keluar. Aku rasanya kayak mau gila!”

 

Sunwoo berbicara makin cepat dan dengan mata yang membulat yang membuat Sangyeon yakin bahwa Omeganya itu tidak sedang berbohong atau melebih-lebihkan.

 

“Huh… Tunjukkin aku, di mana yang paling panas?”

 

Sunwoo ragu-ragu barang sedetik, tapi selanjutnya ia raih tangan Sangyeon yang berkutat dengan rambut lepek di dahinya dan mengarahkannya ke antara pahanya yang mengangkang lebar.

 

Jari-jari Sangyeon Sunwoo gesekan ke selangkangannya yang licin tak berbulu dan terus masuk ke dalam vaginanya yang panas, lengket, dan menetes-netes. Gunakan tiga jemari Sangyeon, Sunwoo merogoh-rogoh dirinya sendiri hingga semakin banyak slick beraroma madu berceceran di pangkuan.

 

“Di sini… di dalam sini y-yang paling panas, Alpha… Seluruh badanku kayak kebakar rasanya… Tolong…”

 

Sunwoo seperti mengigau. Tubuhnya menyender ke belakang, ditopang satu tangan yang berpegang erat di paha Sangyeon. Kepalanya mendongak penuh nikmat kala ia berhasil mengarahkan jari Sangyeon untuk menyentuh tombol surgawi di dalam tubuhnya. Lagi, lagi, dan lagi.

 

Sunwoo masturbasi menggunakan jari Sangyeon tepat di depan Sangyeon dan Sangyeon mengizinkannya.

 

“Ahh… Ahnnn… Aahhhnngg…AHHH!”

 

Teriakan Sunwoo berkresendo. Semakin lama, semakin tinggi, hingga mengantarkannya ke puncak kenikmatan.

 

Sangyeon kesulitan menelan ludah. Tenggorokannya tiba-tiba terasa begitu kering ketika dihadapkan dengan pemandangan Omeganya yang terlampau binal itu.

 

“M-muncrat… maaf…,” ucap Sunwoo jauh dari rasa bersalah dengan bagaimana dirinya masih menunggangi jari-jari Sangyeon hingga ke pangkal.

 

Squirt dan lendir panas berjatuhan dan membentuk genangan di lekukan perut Sangyeon yang dipahat oleh jerih payahnya bertahun-tahun berolahraga di gym. Oh, Sunwoo-nya yang manis dan patuh… Mungkin ketika sang Omeganya sudah sadar nanti, ia akan malu sendiri dengan apa yang telah dilakukannya hari ini.

 

Memang Sangyeon akui temperatur tubuh Sunwoo terasa lebih tinggi dibanding biasanya bahkan dibanding saat Sunwoo sedang heat di bulan-bulan sebelumnya. Anehnya bukan terasa seperti demam, tetapi seperti ada kobaran api yang bergejolak di balik lapisan kulit Sunwoo yang memaksa keluar. Setidaknya begitulah yang ia rasakan, terutama  dari jari-jarinya yang mengerut, masih dalam lubang senggama Sunwoo.

 

Sementara itu, aroma madu dari feromon Sunwoo juga terkesan berbeda dari biasanya. Terlalu memabukkan seakan-akan Sunwoo ingin menenggelamkannya dalam kabut feromon. Terlalu pekat sampai-sampai Sangyeon merasa ia bisa membelah udara di sekitar mereka dengan sebilah pisau.

 

Kini Sangyeon seratus persen yakin, bahwa…

 

Ada yang gak beres di sini.

 

Oh?

 

Oh…

 

Oh!

 

“Angh! Kenapa? Alpha?”

 

Sangyeon menarik tangannya keluar dari Sunwoo dan seketika berdiri di samping kasur. Saking terkejutnya dengan kecepatan Sangyeon, Sunwoo tidak menyadari bahwa sang Alpha sudah memasukan kedua pergelangan tangannya ke borgol yang terkait pada tiang di kepala ranjang di atas kepalanya sendiri.

 

“A-alpha? Ini maksudnya apa?”

 

Tanpa mengindahkan pertanyaan sang Omega, Sangyeon lap jari-jarinya yang berlumuran slick pada seprai di bagian ujung kasur yang belum terjamah. Lalu ia berjalan ke seberang ruangan dan langsung mengobok-obok lemarinya dengan tak sabaran barang mencari handuk besar untuk keringkan tubuhnya dan satu celana boxer yang masih bersih untuk dipakai.

 

“ALPHA!!!”

 

Teriakan putus asa Sunwoo terdengar memilukan di telinga Sangyeon begitu pula dengan gemerincing borgol yang ditarik paksa. Kakinya menendang-nendang kasur, menjatuhkan bantal-bantal dan selimut yang sebelumnya menemani pergulatan mereka. Aroma madu hangat yang semula mengundang seketika berubah menjadi kecut layaknya basi.

 

“Sssttt… Tenang. Aku gak ninggalin kamu. Tapi kamu harus percaya aku, ok?” ucap Sangyeon yang kini berbusanakan boxer motif garis-garis putih biru kepada Sunwoo yang meronta-ronta di kasur.

 

Melihat paniknya Sunwoo, Sangyeon kembali mengobok-obok lemari dan menemukan secarik dasi berbahan satin berwarna gelap yang biasa dipakainya  untuk acara-acara spesial di kantor. Ia ikatkan dasi itu di sekitar mata sehingga sang Omega tak dapat lagi mengawasi gerak-geriknya.

 

Oh, semoga Sunwoo tidak membencinya sehabis ini.

 

Sangyeon tahu betul risikonya meninggalkan Omega dalam ketakutan apalagi dalam heat. Akan tetapi, Sangyeon setidaknya harus mencoba satu hal ini demi kebaikan Sunwoo (dan kebaikan Sangyeon sendiri sebelum penisnya benar-benar lepas karena kebanyakan ditunggangi).

 

Dan dengan itu, sang Alpha meninggalkan Omeganya ke dapur.

 

Hah? Dapur?




---




Petualangan sang Alpha di dapur begitu singkat. Tidak sampai lima menit kemudian, Sangyeon sudah kembali ke kamar tidur utama.

 

Ditumpahkan barang-barang yang dibawanya dengan tergesa-gesa dari kulkas ke atas kasur, dan duduklah ia di depan Sunwoo yang tak bergeser sedikit pun dari saat sebelum ditinggalkan. Masih terikat dengan mengenaskan ke tiang kepala kasur, masih nampak kebingungan atas segalanya dinilai dari garis-garis di dahinya yang mengernyit.

 

“...Alpha? Alpha lepas….”

 

Sunwoo menarik-narik borgol yang menahan pergelangan tangannya hingga menghasilkan suara klang-klang-klang-klang yang ramai di udara. Sunwoo juga menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang dan mengangkang lebar-lebar untuk mempertontonkan lubang senggamanya yang dibuatnya berkedut ria.

 

Sang Omega seakan-akan mencoba menghipnotis sang Alpha agar segera menurutinya dan kembali menancapkan penisnya ke sarang yang terbuat hanya untuknya. Namun sayang, Sangyeon lebih kuat dari itu.

 

Sangyeon tatap sekujur tubuh Sunwoo yang berkilapan peluh dengan kulit yang memerah seperti pada kepiting yang direbus. Panas .

 

Ia sentuh pipi Sunwoo yang kenyal dan basah akan air mata. Panas .

 

Ia usap bibir Sunwoo yang merah karena terlalu banyak digigit dan dan masukan ibu jarinya ke sela-sela bibir yang terbuka. Panas .

 

Ia turunkan genggamannya ke leher Sunwoo yang penuh tanda cinta dan dicengkramnya hingga Sunwoo sedikit tersedak. Panas .

 

Manisnya madu kembali menguar di seantero ruangan, memabukkan, dibarengi  dengan kucuran slick yang berjatuhan dengan begitu mudahnya dari vagina Sunwoo. Panas .

 

Sangyeon mencurigai sesuatu. Sesuatu yang pernah ia baca bertahun-tahun lalu di salah satu jurnal biologi yang pernah ia pelajari untuk suatu kelas jaman kuliah dulu. Sebuah anomali yang hanya terjadi pada 1 dari 30.000 Omega di dunia. Dan jika Sangyeon benar, mungkin keanehan pada Sunwoo dan panas yang tak terbendung dari dalam dirinya hari ini adalah bukti nyatanya.

 

Oleh karena itu, Sangyeon buka sebungkus es krim batangan yang diambilnya dari dapur dan langsung melahapnya.

 

Dingin dari es serta manis perisa mangga memenuhi mulut Sangyeon seketika. Ia hisap makanan pencuci mulut itu hingga pipinya mengempis. Ia biarkan sensasi dingin memenuhi rongga mulutnya, mengebaskan lidah dan giginya. Selanjutnya, dengan bibir dan isi mulut yang membeku, ia kecup Omeganya.

 

Penyatuan mereka terasa magis. Seolah-olah percikan listrik menyengat keluar tiap dua pasang bibir yang mendamba menemukan satu sama lain bak potongan puzzle yang sempurna. Lebar bertemu tebal. Dingin bertemu panas. Alpha bertemu Omega. Sangyeon bertemu Sunwoo.

 

“Anghh…,” desah Sunwoo yang kesulitan mengejar bibir Sangyeon dikarenakan belenggu besi yang masih setia menahan pergerakannya dan dasi yang masih lumpuhkan penglihatannya.

 

Setiap Sangyeon menarik lidah, Sunwoo langsung mengejarnya tak sabaran. Karena kasihan, Sangyeon segera santap lagi es krim mangga itu. Disedotnya kuat-kuat sampai ukurannya mengecil, lalu ia julurkan lidahnya yang menguning akibat pewarna buatan untuk Sunwoo kulum.

 

Ciuman demi ciuman berlabuh di bibir Sangyeon jika itu bisa disebut ciuman. Sunwoo begitu agresif mengejar dingin sampai-sampai ia terlihat seperti zombie kelaparan yang sedang menyantap mangsanya. Liur serta lelehan es krim rasa mangga segera mengotori dagu, menetes-netes hingga ke dada.

 

Kini manis aroma madu, cengkeh, dan mangga memenuhi udara. Sangyeon tak kuasa menahan senyum dalam kecupnya. Nampaknya hipotesisnya terbukti benar.

 

Overheat (o.ver.heat)

Keadaan khusus di mana seorang Omega menjadi terlalu terstimulasi pada siklus heat yang diakibatkan ketidakseimbangan hormon. Overheating mengakibatkan panas yang berlebih dalam tubuh sehingga mengakibatkan gejala seperti demam tubuh, produksi slick dan feromon yang berlimpah, pikiran yang berkabut, hingga hypersexuality . Overheating dapat diobati dengan menurunkan temperatur tubuh menggunakan es.

 

Walau tidak begitu tepat karena Sangyeon hanya menemukan satu pak es krim rasa mangga isi empat di kulkas, ia berharap bahwa penganan yang dibawanya dapat menggantikan peran es dalam mengatasi overheating seperti yang ia baca dalam artikel bertahun-tahun lalu itu.

 

Ya, pada akhirnya masih sama-sama es kan, ya?

 

Sangyeon gigit es krim di tangannya hingga habis setengah dan rengut rahang Sunwoo sampai mulutnya membuka lebar. Ia lepehkan bongkahan es manis itu ke dalam mulut Sunwoo yang menyambutnya dengan penuh suka cita.

 

“Telan,” perintah sang Alpha.

 

Setelahnya, sambil membawa Sunwoo naik ke pangkuan, Sangyeon hisap habis sisa separuh dari es krim itu. Dengan cairan dingin yang dikumpulkan dalam mulut, Sangyeon bubuhkan kecupan-kecupan basah di tubuh Sunwoo mulai dari leher yang bertabur bekas gigitan hingga ke bahu yang tidak berkondisi lebih baik. Pada tengkuk leher di mana scent gland Sunwoo membengkak parah, Sangyeon biarkan bibir dan lidahnya yang beku itu berlama-lama bermain.

 

Ternyata reaksinya begitu cepat. Sangyeon tidak menghabiskan waktu lama hingga ia dapat mendengar napas lega dari yang lebih muda. Rasa bangga yang membuncah penuhi dada sang Alpha, yang membuatnya berhasrat untuk terus memanjakan Omeganya.

 

“Alphaaa…” Sunwoo membuka mulutnya yang sudah kosong lebar-lebar. Jelas-jelas meminta lebih banyak es untuk meredakan panas tubuhnya.

 

Sial, seharusnya ia melakukan ini dari berjam-jam yang lalu dan bukannya membiarkan Sunwoo menderita, batin Sangyeon.

 

Sebagai Alpha yang murah hati, Sangyeon membuka tidak hanya satu, tetapi dua bungkus es krim mangga sekaligus.

 

Satu batang Sangyeon suapkan ke mulut Sunwoo yang terbuka dan hap! Langsung diterkam bulat-bulat.

 

Sunwoo tidak hanya melahap es krim itu, oh tidak. Ia seruput es itu dengan profesional hingga tercipta suara-suara tak senonoh yang tak lulus sensor. Dengan terlatih, Sunwoo juga biarkan batang es itu merogoh kerongkongannya sebagaimana penis Sangyeon biasa lakukan setiap pagi sebelum pergi ke kantor.

 

Melihat antusiasme Sunwoo akan es krim rasa mangga berhasil buat penis Sangyeon mengeras lagi di dalam celana boxer motif garis-garis putih birunya.

 

Masih ingat kalau Sangyeon sang Alpha murah hati tadi membuka dua batang es krim? Well , es krim lainnya kini Sangyeon torehkan di sepanjang tubuh Sunwoo sedang bagai melukis di atas kanvas.

 

Mungkin Sangyeon kira ia Van Gogh dengan caranya melukis Sunwoo menggunakan gerakan memutar di atas dada rata Sunwoo. Terus berputar dan melingkar hingga balok es itu mencapai puting-puting Sunwoo, yang menegang seperti meminta perhatian. Perhatian Sangyeon berikan dengan menusuk-nusuk kedua noktah cokelat dengan ujung tumpul dari es krim. Lucunya, semakin ditusuk ke dalam, semakin mencuat keluar pula organ menyusui sang Omega.

 

Karena terlampau gemas, Sangyeon raup puting kanan Sunwoo dan menyusu. Ia bayangkan bulir-bulir penuh nutrisi mengalir dari puting Sunwoo ke mulutnya yang membuatnya terus menyedot lebih kencang. Gunakan lidah dan giginya, Sangyeon pilin puting sang Omega hingga bercak gigitan tertera. Anggap saja tanda kepemilikan dari sang Alpha. Lalu dengan tiba-tiba, ia gantikan panas mulutnya kembali dengan es yang dingin yang sukses buat bulu roma Sunwoo merinding akan perubahan temperatur yang drastis.

 

Siksaan/nikmat itu terus berlanjut. Jika dada kanan Sunwoo dikenyot panas rongga mulut Sangyeon, maka dada kirinya disodok-sodok es krim dingin rasa mangga. Begitu juga sebaliknya.

 

Rangsangan yang Sunwoo terima begitu kuat hingga ia tidak mampu hanya sekedar duduk diam di pangkuan Sangyeon. Sunwoo busungkan dadanya hingga Alphanya bisa lebih leluasa menyusu. Sunwoo maju-mundurkan pinggulnya lihai hingga selangkangan mereka saling bergesekkan sedap. Akibatnya, slick yang berceceran mulai basahi celana boxer motif garis-garis putih biru dari luar.

 

Dan dari bawah sana, Sangyeon bisa merasakan panas yang menguar begitu hebat. Panas yang jadi alasan utama mengapa es krim rasa mangga ini begitu dibutuhkan.

 

Pertama-tama, camkan di otak kalian bahwa Sangyeon bukanlah Alpha yang sadis. Sangyeon hanya punya caranya sendiri untuk memecahkan masalah dan ia hanya ingin menjadi yang terbaik untuk Omeganya. Sebagaimana sekarang, di mana Sangyeon mendorong sebatang es krim masuk ke lubang senggama Sunwoo dalam-dalam.

 

“AKHHH! Hnghh….”

 

Sunwoo mengerang tak percaya masih sambil mengulum sebatang es krim mangga di mulutnya. Ia juga orgasme untuk yang entah keberapa kali di hari ini, namun pastinya yang pertama kali di hidupnya berkat disodok es krim rasa mangga sampai muncrat-muncrat seperti air mancur.

 

Dada Sunwoo naik turun kala ia berusaha menenangkan dirinya sendiri dengan banyak-banyak menghirup napas dalam-dalam. Bagaimana tidak? Kini kedua lubangnya penuh disumbat dua es krim rasa mangga yang sang Alpha bawa dari dapur!

 

“Enak?”

 

Tanpa menunggu Sunwoo turun dari klimaksnya, Sangyeon tancapkan es itu lebih dalam. Sedalam penisnya yang sering bersarang dan mengetuk-ngetuk pintu rahim Sunwoo untuk dibuahi.

 

“Udah aku mentokin nih, kayak yang kamu suka.”

 

Dan benar saja, kini hanya tersisa sebatang stik es krim yang terlihat menyembul keluar dengan konyol dari sela-sela tembam bibir vagina Sunwoo. Beruntunglah Sunwoo es itu dapat masuk dengan lancar berkat limpahan slick beraroma madu yang ia produksi.

 

Sangyeon melanjutkan aksi heroiknya menyelamatkan sang Omega dari overheating dengan menggerakan bongkahan es berbentuk silinder itu keluar masuk dari lubang senggama Sunwoo dengan tempo yang jauh dari kata lambat. Setiap hentakan masuk membuat Sunwoo mengejang dan tak sadar mengucurkan lebih banyak squirt dari sela-sela lubangnya yang tengah dijajah penganan pencuci mulut.

 

Keluar, masuk, keluar, masuk. Sunwoo yang kewalahan tak sengaja menjatuhkan es krim dari mulutnya dan mulai menangis dari balik penutup mata sambil memeknya masih dikocok-kocok es krim rasa mangga.

 

“A— *hic* Al-phaaaa…,” rintih Sunwoo lemah sementara air matanya melembabkan dasi di wajahnya.

 

Ratapan sang Omega Sangyeon hiraukan.

 

Sunwoo-nya yang muda dan bodoh itu tak pernah tahu apa yang terbaik untuknya. Di sisi lain, sebagai Dominant Alpha yang dituakan, Sangyeon merasa dirinyalah yang paling tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan Omeganya untuk melalui siklus heat yang terlampau intens. Dan hal yang paling dibutuhkan Omeganya saat ini adalah memuaskan segala hasratnya hingga tuntas.

 

Kocokan Sangyeon pada memek Sunwoo dipercepat. Bersamaan dengan itu, panas dari dinding-dinding vagina Sunwoo yang terus memijat akibatkan ukuran es makin menciut. Semakin lama, Sangyeon bukan hanya dapat menggerakan es krim rasa mangga itu keluar masuk, ia juga dapat memutar-mutarkan es itu dalam lubang Sunwoo hingga berbusa dan berbuih rasa mangga.

 

“Nghhh… pelan-pelaannhh…. Ah-haa….”

 

Gemerincing borgol yang ditarik-tarik dengan putus asa temani tangisan Sunwoo malam itu.

 

Ketika es di tangannya semakin mengecil dan lebih banyak lelehannya yang menghiasi memek Sunwoo dibanding yang masih berbentuk padat, Sangyeon menarik es itu keluar. Kini yang tersisa hanya lubang panas yang berantakan dan berkedut kesepian seperti visualisasi creampie dari film porno yang menimbulkan decak kagum sang Alpha.

 

Sangyeon seakan jatuh cinta lagi untuk pertama kalinya kepada sang Omega. Saking cintanya, Sangyeon habiskan es krim bekas pijatan vagina Sunwoo dalam satu suap. So delicious. So precious and sweet. Madu dan mangga, dua hal yang Sangyeon sukai dan kini menjadi satu di dalam tubuhnya.

 

Sangyeon tatap sekujur tubuh Sunwoo yang berkilapan peluh dan kulitnya yang berangsur-angsur menampakkan warna yang lebih normal. Masih merah, namun tak separah sebelumnya.

 

Pandangan Sangyeon selanjutnya tak sengaja jatuh ke kelentit Sunwoo. Jangan salahkan ia, salahkan kelentit itu yang berdiri tegak seperti minta diperhatikan. Tak kuasa, Sangyeon elus organ sensitif itu dengan dengan ibu jarinya penuh kasih sayang seperti sedang mengelus seekor kucing kecil yang ketakutan.

 

“Hnnggg… Alp-alphahh….”

 

“Ada apa, Omegaku?”

 

Elusan sayang lambat laun berubah menjadi tepukan gemas. Satu, dua, tiga. Tap tap tap .

 

“Hngh… Alpha… masukin lagi….”

 

Kan. Sudah dibilang, cuma Sangyeon yang tahu betul apa yang Sunwoo butuhkan!  Dan hal yang paling dibutuhkan Omeganya saat ini adalah memuaskan segala hasratnya hingga tuntas. Tapi bukan berarti Sangyeon tak bisa bersenang-senang dalam prosesnya.

 

“Apa yang mau dimasukin hmm?”

 

Tepukan gemas lambat laun berubah menjadi tamparan panas. Satu, dua, tiga. PLAK PLAK PLAK .

 

Sangat tidak sesuai dengan nada bicara dan suara Sangyeon yang lemah lembut dan sesejuk udara di pagi hari.

 

“AH! SAKIT!”

 

“Masa sih? Buktinya itil kamu kedut-kedut kegirangan tuh.”

 

“J-jangan ditamparin Alpha… Isi lagi memekku lagi, please ….”

 

Sangyeon memutar bola matanya ke samping. Es yang sebelumnya jatuh dari mulut Sunwoo teronggok menyedihkan di sana. Menciptakan genangan oranye kekuningan pada sprei putih yang pastinya akan menjadi pekerjaan rumah sangat menyebalkan setelah ini. Sangyeon mengambil es itu dari batang kayunya yang masih menempel dengan wajah jauh dari terkesan.

 

“Daripada dimasukin… kalo begini aja gimana?”

 

Sangyeon tahan pangkal paha kanan Sunwoo dengan tangan kirinya agar Omeganya itu tetap mengangkang. Selanjutnya ia posisikan es krim itu tepat di atas kelentit Sunwoo, namun tidak menyentuh hingga hanya dingin dari es yang menetes saja yang menggoda organ sensitif si Omega.

 

Tes, tes, tes.

 

“Hhh… Ah! Kurang! Ah!”

 

Konon katanya meneteskan air di kepala dalam periode waktu yang lama adalah salah satu metode penyiksaan mental yang paling kejam karena dapat membuat korbannya menggila. Sangyeon sih tidak ada niatan untuk meneteskan lelehan es krim mangga ke kepala Sunwoo. Tapi kelihatannya Sunwoo tetap menggila dengan bagaimana Sangyeon terus meneteskan lelehan es ke kelentitnya.

 

Tes, tes, tes.

 

“N-no… gak mau diginiin!”

 

Sunwoo merengek jengkel setiap kali tetesan dingin es krim mangga itu dengan kerasan menyapa tubuhnya di satu titik yang sama. Sementara itu, Sangyeon si mesum merekam dengan seksama bagaimana setiap tetesan itu jatuh dan lalu mengalir bebas mengikuti lekuk tubuh sang Omega.

 

Tes, tes, tes.

 

Ada yang langsung terpental ke seprai dan ciptakan noda oranye kekuningan. Ada yang mengalir lancar di sepanjang lekukan labia sang Omega lalu bercampur dengan buih rasa mangga dan slick beraroma madu. Dari itu semua, kesukaan Sangyeon adalah yang berakhir dengan memasuki lubang senggama Sunwoo dan hilang ditelan kegelapan. Kini tetesan es itu akan jadi bagian dari Sunwoo.

 

Tes, tes, tes.

 

“Alphaaa…”

 

Gemerincing borgol kini terdengar seperti bel yang begitu merdu di telinga Sangyeon, begitu pula rengekan Sunwoo yang semakin kehilangan akal. Sangyeon jadi ingin memberikan hadiah spesial kepada kekasihnya yang tersayang.

 

Tes.

 

Slurp.

 

Sang Alpha merunduk tepat di depan vagina Omeganya yang megap-megap. Kini satu tetesan air es rasa mangga di atas klitoris itu disusul seruput Sangyeon yang mengejar manisnya.

 

Tes.

 

Slurp.

 

Kalau es krim rasa mangga saja sudah manis, madu yang Sunwoo produksi seperti meningkatkan rasa manisnya berjuta-juta kali. Tanpa alkohol pun Sangyeon bisa mabuk dibuatnya.

 

Tes.

 

Slurp, slurp, slurp, slurp, slurp.

 

Sangyeon terus menikmati menyeruput vagina Sunwoo. Dengan mata tertutup ia santap memek becek itu bagai menyantap hidangan dari restoran Michelin bintang lima. Perpaduan madu dan mangga di mana-mana. Dengan ujung lidahnya yang dilancipkan, ia kobel itil Sunwoo atas bawah kiri kanan hingga Sunwoo nyeri dan menggoyangkan pinggulnya untuk menghindar.

 

“A-alpha itilku—ng… AH! Aku maunya esnya masuk ke memekku aja… Mmmhhh… please … Masih panas, Alpha….”

 

“Emang sekarang aja gak cukup ya buat kamu?”

 

Tes, tes, tes.

 

SLURP!

 

Sangyeon buktikan kata-katanya dengan meneteskan lagi es krim rasa mangga tepat ke kelentit Sunwoo dan lalu menyedot organ yang basah kuyup itu kencang-kencang seperti sedang menyedot tetesan susu UHT terakhir dari kemasannya. Sunwoo mengaduh hebat, Sangyeon yakin tetangga dua kamar di sebelah mereka pun bisa dengar.

 

Bagai kesetanan, Sangyeon garukkan seluruh wajahnya ke memek Sunwoo hingga kulitnya memerah dan seluruh wajahnya berkilapan slick . Sensasi hidung lancip Sangyeon yang menyundul-nyundul klitorisnya dan menyibak-nyibak bilik labianya, ditambah pula dengan jenggot tipis (maaf belum sempat cukuran soalnya tadi pagi langsung disuruh ngentotin si Omega yang lagi heat parah) yang menggaruk kasar kulit selangkangannya sampai nyeri membuat Sunwoo orgasme sekali lagi tepat ke wajah tampan Sangyeon. Orgasme kali ini tanpa squirt , namun mampu membuat otot Sunwoo mengejang sebadan-badan seperti robot yang korslet.

 

Sangyeon mengelap mulutnya gunakan belakang tangannya dengan puas. Matanya bersinar semakin penuh nafsu.

 

“Ahh… haaa… Alpha… A-ampun… Stop… Udah….”

 

Akhirnya, untuk pertama kalinya dalam siklus heat ini, sang Omega meminta ampun dan ingin berhenti. Sayangnya, justru sekarang sang Alpha yang ingin terus lanjut setelah mengetahui betapa menyenangkannya melakukan seks dengan Sunwoo dan es krim rasa mangga.

 

“Mau stop?”

 

Sunwoo mengangguk heboh sampai-sampai dasi yang menutup matanya merosot turun. Karena kejutan dari Sangyeon sudah keluar dari kotaknya, akhirnya ia lepaskan saja lilitan dasi itu sekalian. Di hadapannya, Sunwoo menatapnya dengan mata yang berair dan berbinar cemerlang mengharap iba.

 

“Ok, boleh… tapi ada syaratnya.”

 

“Apa?”

 

“Kamu buka mulut bawahmu lebar-lebar, aku suapin esnya masuk, terus kamu makan sampe abis.”

 

“Hahh? Tapi aku kan udah bilang mau stop?”

 

“Iya, abis ini selesai. Sekali lagi.”

 

“Kenapa mesti begitu?”

 

“Kamu lupa? Kamu sendiri yang tadi bilang kurang dan mohon-mohon minta dimasukin lagi. Kamu sendiri yang tadi bilang di dalam masih panas. Aku cuma nurutin kamu aja, sih.”

 

Lulus dengan IPK sempurna dari sekolah Scorpio Jago Gaslighting, Sangyeon bisa melihat perdebatan meninggalkan tubuh Sunwoo perlahan. Dimulai dari bagaimana kedua bahunya turun (walau tangannya masih terangkat naik) dan bibir tebalnya yang maju ke depan menyerupai paruh bebek.

 

“Oke… Satu lagi, habis itu selesai.”

 

Good girl . Dimakan sampe abis ya, Sayang,” ucap Sangyeon yang terlalu gembira untuk dibilang cuma mau menuruti sang Omega saja.

 

“O-ke, Alpha.”

 

Dibukanya bungkus terakhir es rasa mangga yang ia miliki untuk sekarang dan memposisikannya di depan paha Sunwoo yang mengangkang lebar.

 

“Ayo sayang, pesawatnya mau masuk. Aaa…”

 

Seperti janjinya, Sunwoo meregangkan otot-otot vaginanya untuk melonggar dan memberi jalan masuk untuk si pesawat (es krim) untuk menyetubuhinya terakhir kali.

 

“Hmnn… udah masuk… Dingin Alpha….”

 

Sangyeon lepaskan penganan pencuci mulut itu dari tangannya dan biarkan Sunwoo mengondisikan es krim itu sendiri dalam lubangnya.

 

Setiap napas yang Sunwoo ambil, es krim itu terhisap makin dalam, dan juga sebaliknya ketika Sunwoo membuang napas. Nampaknya vagina Sunwoo sudah begitu terlatih untuk bisa memijat apapun yang dijepitnya secara otomatis.

 

Sang Alpha menyaksikan segala itu dengan terpana sambil sesekali memainkan klitoris Sunwoo dengan jarinya agar tak kesepian atau menoel batang kayu stik es krim yang menancap di vagina Sunwoo hingga ujung esnya bisa menyenggol g-spot di dalam sana. Sementara itu, Sang Omega hanya bisa terduduk mengangkang tolol sambil memijat sebatang es krim mangga maju mundur dengan otot vaginanya hingga seluruh es habis meleleh.

 

“Liat, sayang. Haus banget memekmu. Dimakan sampe abis gitu esnya,” ucap Sangyeon sambil menarik keluar satu stik es krim polos setelah beberapa menit vagina Sunwoo berhasil untuk benar-benar meleleh seluruh es krim mangga itu di dalam tubuhnya

 

“Bilang apa, Sayang?”

 

Sangyeon mengisengi Sunwoo dengan menekan-nekan klitoris Sunwoo gunakan stik es krim yang tersisa. Sementara sang Omega tak bisa berkata-kata saking malunya akan hal yang telah ia lakukan hanya untuk Alphanya.

 

“Hnnngg….”

 

“Bilang apa, Omega?”

 

“T-terima kasih, Alpha.”

 

Good girl .”

 

Dan begitulah cerita bagaimana Sangyeon menyembuhkan Omeganya dari overheating dengan es krim mangga dari kulkas.

Notes:

Comments and kudos are always appreciated, but please mind your words before commenting publicly :)