Work Text:
"Oi! Anak gagal, lihat aku!"
Putri Tanah yang sedang berjalan beriringan dengan Will memutar kedua bola matanya, lagi-lagi mereka diganggu oleh anak sulung Keluarga Ulster, Colette menyuruh Will untuk tidak mendengarkan teriakan itu, tetapi saat mereka mengambil, satu langkah ke depan, teriakan itu terdengar lagi.
Terpaksa Colette membalikkan badan.
"Sion! Kalau ada sesuatu yang mau diomongin ke Will, katakan dengan benar!"
"Bukan urusanmu, urusanku sama si anak gagal!"
Dahi Colette berkedut. "Aku tau semuanya."
Sion tersentak kaget seperti rahasianya telah terungkap. "Co-Colette tau apa?!"
"Semuanya, kalau mau ngomong langsung ke intinya jangan berbelit-belit."
Wajah Sion berubah merah. "Colette, kamu ngomong apa sih?!"
"PO-KOK-NYA. Jangan bikin hubungan kamu sama Will makin runyam," katanya dengan penuh penekanan.
Will menatap Colette bingung, ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang Colette maksud, sejak awal hubungannya dengan Sion tidak pernah baik, selain tidak baik Will juga tidak tau alasan Sion sampai bertindak seperti itu padanya.
"Colette."
"Apa Will?"
"Soal tadi ... apa maksudnya?"
"Will juga ga ngerti? Aku yang liatnya aja udah lelah."
Colette melirik ke Sion, ekspresinya sekarang seperti anak adopsi mata-mata dari anime sebelah, senyum mengejek yang menyebalkan.
"Will, selama ini Sion itu perhatian banget sama kamu, malahan peduli."
Will memiringkan kepalanya bingung. Sion mulai berteriak meminta pada Colette untuk tidak berkata tentang apapun.
"Kamu tidak ingat sama sekali? Sayang sekali," Colette menghembuskan nafas sembari menggelengkan kepala pelan. "Kamu tau Will? Waktu kita masih tahun pertama Sion pernah menungguimu di depan kamar asramamu, menunggumu pulang sampai dia rela dapat hukuman membersihkan toilet, terus ...,"
"COLETTE BERHENTI!"
"Terus dia sempat meminta kamu untuk jadi bawahannya kan? Dia ingin melindungi dari pembuli, tapi karena kamu melupakan itu semua dia jadi kesal dan akhirnya dia memilih untuk mernindasmu sampai sekarang."
"Co-Colette! HENTIKAN! JANGAN MENGATAKAN HAL YANG ANEH!"
"Aneh?" Colette berkaca pinggang. "Aku sudah muak melihat kamu yang terus menindas Will, aku bisa melihatnya, sebenarnya Sion merundung Will biar Will ga dirundung sama yang lain kan? Cuman kamu satu-satunya yang merundung Will untuk-- apa itu namanya? Melindungi Will dari penindas di sekolah ini."
Will menyimak baik-baik setiap perkataan Colette, ia sama sekali tidak tahu kalau alasan Sion merundungnya seperti itu, Sion ingin ia tidak dirundung anak-anak lain.
"Sion, yang dikatakan Colette itu benar?"
"Bukan urusanmu." Sion menolak untuk menjawab, ia membalikkan badannya dan pergi dengan wajah yang masih memerah.
Colette membuka mulut. "Kalau kamu suka sama Will, sayang sama Will, berhentilah menindasnya dan jujurlah dengan perasaanmu itu, jangan menolaknya terus sampai kamu menindasnya, katakan kalau kamu juga ingin dilihat sama Will yang terus ngeliat ke ME-NA-RA."
Sion kembali membalikkan badannya menghadap Colette dan Will. "SUDAH KUBILANG ITU BUKAN URUSANMU, jangan ikut campur."
"URUSANKU JUGA. Will itu temanku dan aku muak liat kamu yang tingkahnya berkebalikan dengan perasaan sendiri sampai tidak sadar kalau kamu suka sama Will."
Sion menggertakkan giginya kesal, kata-kata Colette sama sekali tidak benar, mana mungkin aku peduli sama anak gagal ini, gak mungkin aku suka dengan anak gagal ini ....
"Colette sudahlah."
"Gak bisa."
"Sudahlah, aku pergi."
Colette mendengus, "Dasar, sudah memendam perasaan dari 5 tahun lalu, apa dia tidak ingin mengatakan perasaannya sebelum lulus?" gumamnya seraya melipat kedua tangan di depan dada.
Will memandangi punggung Sion yang makin menjauh darinya. Sebuah senyum merekah di wajah, lalu Will berteriak, "Terima kasih sudah peduli padaku Sion!"
"Hmph."
Ekspresi wajah Sion masih tidak berubah, tetapi sebenarnya dalam hati ia sangat senang, ia bisa membayangkan senyum lebarnya di dalam kepala, senyum secerah matahari yang sangat ia suka.