Actions

Work Header

Natural Induction

Chapter 3: Happy birthday

Summary:

Sepercik keseharian keluarga kecil Mingyu yang mau merayakan hari ulang tahun pertama sang anak.

Notes:

Keseharian adek, bubu, dan baba bisa kalian baca di Wattpad aku ya! Dengan username @demencouss

Chapter Text

Hari ini adalah hari Sabtu, sudah satu tahun sejak kelahiran anak pertama mereka. Kejadian menyakitkan itu kadang membuat Mingyu berfikir tidak mau membuat Wonwoo kembali hamil, karena ia menyaksikan sendiri bagaimana sakitnya rintihan Wonwoo kala itu.

Dan tepat hari ini, Archio Ganeswara berulang tahun yang pertama. Anak dari Mingyu dan Wonwoo itu sudah menginjak usia satu tahun, tidak berasa. Karena rasanya baru kemarin ia melahirkan sang anak, dan kini bayi mungil itu usianya sudah bertambah, bayi yang selama ini ia pastikan makan dengan cukup, tidur dengan benar, bermain, serta meminum asinya dengan tepat. Dan yang ia pastikan tidak kekurangan kasih sayang darinya serta Mingyu itu sudah semangkin besar, ada rasa tidak terima dalam lubuk hatinya. Tapi melihat perkembangan anak mereka yang sehat, membuat hatinya menghangat.

Seperti saat ini, bayi berusia satu tahun itu berada di dekapan sang baba. Sedangkan bubunya sudah sibuk berkutat dengan alat alat masak, Wonwoo sedang menyiapkan sarapan untuknya, Mingyu, dan Chio. Hanya sarapan sederhana yang ia buat, roti panggang dengan potongan alpukat dan telur mata sapi untuk Mingyu, lalu ada pancake banan yang dia berikan madu murni dengan potongan buah anggur hijau, dua keping biskuit bayi rasa mix berry untuk anaknya. Serta semangkuk oatmeal yang sudah ia berikan potongan buah buahan untuknya sendiri.

Wonwoo membalikkan badannya, dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati Mingyu dan Chio di depan pantry. Sepasang baba dan anak yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya itu seperti menyapa bubu yang sejak pagi sibuk menyiapkan sarapan, Mingyu menyenderkan tubuhnya di dinding dapur dengan Chio yang menaruh kepalanya di dada sang baba. Wonwoo terkekeh melihat penampilan mereka, rambut acak acakan dengan muka bantalnya.

“Astaga! Ngagetin aja!” Mingyu terkekeh. “Dari tadi dia bangunnya, ba?” Tanyanya pada sang suami, Wonwoo pun mendekati keduanya itu. Ia hanya tinggal menyelesaikan pancake milik Chio, karena sarapan miliknya dan milik Mingyu sudah selesai dibuat. Tangannya menggapai muka sang anak yang masih terlihat mengantuk, ia usap pipi gembil itu.

“Haduh, ini anak bubu masih ngantuk ya? Adek tapi tidak boleh bobo lagi ya, kan hari ini mau ulang tahun. Kita tiup lilin, okay?” Yang diberi nasihat hanya diam saja, matanya masih mengantuk tapi baba sudah mengajaknya turun kebawa. Sebab Chio baru benar-benar tertidur pulas pukul dua pagi, anak itu terlalu lama tidur siang kemarin.

“Hnggg..” rengekan keluar dari bibir mungil Chio begitu Wonwoo membalikkan badannya kembali menuju kompor, karena ia harus membalikkan pancake milik Chio yang sebentar lagi sudah siap.

“Kenapa, adek?” Tanya Mingyu saat anaknya seperti ingin menangis. “Bubu anaknya nangis nih, mau susu kayaknya sayang.” Ujar Mingyu.

Wonwoo yang mendengarnya pun buru-buru mematikan kompornya, tak lupa ia pindahkan pancake banana itu kedalam wadah agar cepat menghangat dan bisa di santap Chio. “Noo, kalau nyusu sekarang nanti engga sarapan. Perutnya udah kenyang sama susu.” Chio itu masih meminum ASI darinya, tapi terkadang Wonwoo dan Mingyu memberikan anaknya susu formula saat mau tidur siang. Karena Wonwoo tidak ingin anaknya selama masa pertumbuhan terus meminum susu formula, selagi ASI-nya masih berlimpah Wonwoo akan memberikannya pada Chio.

“No, no. Nen bu!” Protes Chio saat bubunya mengucap kata No. Bayi itu sudah paham jika yang keluar adalah kata No artinya keinginannya itu di tolak oleh bubu atau baba.

Wonwoo menggeleng, “nen nya nanti setelah mam ya. Sekarang kita sarapan.” Chio kembali merengek dalam gendongan sang baba, matanya sudah berkaca kaca.

“Nangis yang anaknya,” ujar Mingyu saat melihat Chio yang sudah siap mengeluarkan air matanya itu.

“Oke, oke. Kita nen, tapi sedikit ya, adek harus sarapan.” Wonwoo mengambil alih sang anak kedalam gendongannya. “Baba tolong bawakan sarapannya ke meja makan ya, aku tunggu disana sambil susuin adek.” Mingyu menganggukkan kepalanya tanpa adanya protesan yang keluar dari mulutnya.

Chio, si bayi gembul itu sudah asyik dengan ASI milik bubunya. Bayi itu entah kenapa senang sekali mengigit puting Wonwoo ketika sedang menyusu, Wonwoo meringis kala lagi lagi Chio mengigit putingnya.

“Shh, adek jangan di gigit dong. Lecet puting bubu dek lama lama kalau di gigit kamu terus,” keluhnya pada sang anak.

“Kenapa sayang? Di gigit lagi?” Wonwoo mengangguk, ia menatap Mingyu yang sedang menata piring sarapan mereka. Tak lupa Mingyu mengambil baby chair milik Chio agar anaknya bisa duduk dan makan sendiri sarapannya setelah hausnya sudah hilang.

“Huum, gigi adek mau tumbuh jadi gatel.”

“Jangan di gigit dong dek aset baba, nanti baba ga kedapetan minum susu juga.” Benar-benar, Mingyu dan mulut kotornya itu kadang membuat Wonwoo emosi.

Plak!

“Kalau ngomong hati-hati!” Mingyu tertawa kecil, ia mulai menyantap sarapannya itu dengan lahap dan tenang. Wonwoo pun ikut menyantap sarapan miliknya dengan Chio yang masih asyik menyusu. Ia sudah menerka-nerka jika sang anak tidak akan mau memakan sarapannya jika sudah menyusu terlebih dahulu.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, rumah Mingyu dan Wonwoo yang tadi hanya berisikan celotehan balita yang hari ini genap setahun itu. Kini sudah ramai dengan canda tawa orang dewasa, ada keluarga Mingyu, Wonwoo, dan teman teman mereka. Sedangkan sang bintang utama masih terlelap setelah kelelahan bermain dan kekenyangan makan tadi.

“Mingyu kan uangnya banyak, kenapa ga nyewa gedung aja sih Nu? Kan ini buat perayaan yang pertama.” Tanya Seokmin heran, pasalnya suami dari sahabatnya itu terbilang cukup. Atau bahkan sangat mampu untuk menyewa gedung dan dekor yang mahal, tapi Wonwoo memilih merayakan hari bahagia Chio dihalaman belakang rumah mereka. Dan siapa Mingyu berani membantah belahan jiwanya? Jadi ia hanya menuruti kemauan Wonwoo saja.

Dengan dekor sederhana, makanan yang dimasak oleh Wonwoo dan di bantu dengan bunda dan mamah mingyu. Serta kue ulangtahun bergambar paws patrol — kartun kesukaan Chio. Undangan pun hanya keluarga dan teman dekat mereka saja, tetangga sekitar rumah mereka akan Wonwoo berikan bingkisannya saja nanti setelah kelar.

Beberapa waktu lalu Mingyu bertanya pada istrinya itu, kenapa ia tidak mau menyewa gedung saja? Dan jawaban Wonwoo berhasil menyadarkan Mingyu saat itu juga.

“Adek itu umurnya baru satu tahun, dia belum paham apa itu ulangtahun. Yang dia tau cuman orang-orang dewasa kumpul dan bernyanyi buat adek, aku mau kok rayain ulangtahun adek di gedung kaya yang kamu, mamah, bunda. Dan yang lainnya bilang, tapi nanti ya? Nanti setelah adek paham, setelah adek ngerti dan tau kalau hari itu dia lagi rayain usianya yang bertambah. Buat ulangtahunnya yang sekarang, atau mungkin yang ke dua dan ke tiga aku gak mau yang terlalu rame. Untuk sekarang kelurga dan teman teman kita dulu aja yang rayain, dan yang doain adek.” Begitu katanya.

Ah bagaimana Mingyu tidak semangkin jatuh cinta dengan Wonwoo, jika orang yang berhasil membawa kebahagiaan untuknya saja seperti itu?

Wonwoo bersandar pada bahu besar milik Mingyu sebelum menjawab pertanyaan Seokmin, “sewa gedung dan lain-lain itu nanti aja kalau Chio udah besaran dikit lagi. Buat sekarang mah biar jadi momentum keluarga buat rayain ulangtahun pertama Chio.” Mingyu tersenyum, tangannya yang melingkar di pinggang ramping milik Wonwoo itu mengelusnya dengan penuh kasih sayang.

Orang dewasa disana sedang di sibukkan oleh pekerjaan mereka masing masing. Jeonghan, Seokmin, dan Jihoon sibuk di dapur membantu menata dan memasak makanan yang kurang. Sedangkan Seungcheol, Jisoo, Hansol, Jun, dan Dino sibuk menata meja dan bangku serta membuat balon. Seungkwan, Soonyoung, serta Minghao kedapatan membuat bingkisan yang nantinya akan dibagikan ke tetangga. Mingyu yang sibuk cek semua perlengkapan agar tidak kurang atau ada yang terlewat, dan terakhir. Ada Wonwoo, lelaki cantik itu berada di kamar nya dan Mingyu, menunggu sang anak terbangun dari tidur panjangnya.

Hingga suara ketukan dari luar membuyarkan lamunan Wonwoo yang saat itu asyik memandangi wajah sang anak.

 

Tok tok!

 

“Masuk,”

Ah ternyata itu Mingyu, lelaki itu masuk kedalam setelah memastikan si penghuninya tidak terlelap.

“Kok kamu ke atas ba? Udah selesai dibawah?” Mingyu menggeleng, dengan langkah pelan ia menghampiri Wonwoo yang berada di kasur.

“Belum selesai, dekor tinggal sedikit lagi. Sisanya udah aman dipegang sama semuanya,” jawab Mingyu.

Wonwoo mengangguk, "ga kerasa ya Gyu. Adek udah setahun, padahal rasanya baru kemarin aku mual mual, pinggang sakit, perut begah. Setiap tidur harus punya posisi nyaman, baru kemarin juga kita tau ada adek di perut aku, tapi hari ini adek udah setahun. Udah bisa jalan sedikit dikit. Bisa panggil aku sama kamu." 

Ah Mingyu yang mendengar itu jadi ikut sedih, penantian mereka selama dua tahun itu terbayar lunas. Dulu sekali, saat Wonwoo masih bekerja banyak yang bertanya kenapa ia belum hamil padahal saat itu usia pernikahan mereka belum genap dua tahun. Dan Mingyu ingat hal itu membuat sang istri stress dan kepikiran, tapi sekarang. Mereka sudah memiliki satu orang bayi mungil yang setiap harinya mampu membayar penat kedua orangtuanya. Bayi lucu yang setiap Mingyu dan Wonwoo membuka mata mereka akan tersenyum senang. 

Lelaki itu bergabung bergabung dengan Wonwoo dan Chio yang masih pulas itu, acara akan dimulai pukul lima sore nanti sebenarnya. Tapi Wonwoo perlu membangunkan si kecil, orangtuanya, orangtua Mingyu, serta teman-teman mereka belum melihat bayi yang saat ini sedang sibuk belajar jalan. Sebab ketika para orang dewasa itu datang, Chio sudah tertidur setelah menyelesaikan sarapannya dengan penuh drama.

 

Tepat pukul empat sore semuanya sudah selesai, kue ulangtahun dan semua makanan berat sudah tersaji dengan apik di tempatnya masing-masing, dekorasi tempat Chio meniup lilin pun sudah siap.

Bayi kecil yang sedang di monopoli orang-orang dewasa itu mulai mencari keberadaan bubu dan baba nya, mata bulatnya menelisik tiap tiap orang dewasa di hadapannya. Tapi ia tidak dapat menemui bubu baba nya, bibirnya yang mungil itu sudah siap untuk mengeluarkan suara tangisannya. Ia sudah tidak betah berada disana, ingin bersama bubu saja.

“Eh, eh kok nangis.” Soonyoung berujar kala menangkap gerakan bibir Chio yang sudah melengkung, dan mata nya yang sudah berkaca kaca.

Baru saja Soonyoung berucap, benar saja Chio menangis kencang. Bajunya yang sudah rapih itu harus acak acakan sebab Chio yang mulai memberontak kala salah satu dari mereka mencoba untuk menenangkannya. Bahkan bunda dan mama sudah menggendong Chio secara bergantian, tapi bayi itu sepertinya tidak ingin memberhentikan tangisnya jika bukan baba atau bubunya yang menenangkan.

Kenapa mereka tidak ada yang paham kalau ia hanya ingin di pegang bubu dan baba nya?

Lantang dan keras suara tangisannya, Mingyu yang berada tak jauh dari sang anak langsung menghampirinya. Ayah satu anak itu membawa kaki jenjangnya menuju Chio yang penampilannya sudah berantakan, kemejanya yang sudah tidak rapih lagi, muka yang memerah dan basah akibat air matanya. Serta rambut yang sedikit basah akibat keringat.

“Shtt, adek kenapa? Engga nyaman ya? Hm? Adek bingung ya, karena udah lama engga ketemu sama om-om nya ya?”

Tubuh mungil yang masih bergetar akibat tangisannya itu Mingyu bawa masuk kedalam gendongannya, menepuk pundak sempit sang anak agar tangisannya mereda. Tak lupa ia juga membisikan kalimat kalimat penenang.

Chio menyenderkan kepalanya di pundak sang baba, dengan nafas yang masih tersenggal dan isakan kecil masih keluar dari bibir kecilnya. Mingyu yang melihat itu pun menghapus air mata yang membasahi hampir seluruh muka anaknya, ia juga mengelap lendir ingus serta liur anak itu.

“Kan jadi berantakan lagi, nanti di omelin bubu ini.” Ujar Mingyu sambil merapihkan rambut serta kemeja anaknya itu.

“Kenapa ba?”

Yang ditanya itu pun langsung membalikkan badannya, Wonwoo tadi sengaja menitipkan anaknya pada keluarga mereka. Ia ingin membilas diri dan bersiap karena tinggal lima belas menit lagi acara akan dimulai, awalnya berjalan lancar. Saat ia selesai mandi pun Wonwoo tidak mendengar tangisan sang anak, tapi saat ia akan memakai bajunya Wonwoo mulai mendengar tangisan Chio. Ia tidak terburu-buru karena tau disana ada Mingyu dan yang lainnya yang bisa menenangkan tangisan Chio, dan setelah selesai dengan dirinya barulah Wonwoo menghampiri anaknya itu yang ternyata sudah dalam gendongan baba nya.

“Udah lama engga ketemu mungkin, jadi dia bingung terus nangis.” Kekehan keluar dari ranum merah muda Wonwoo. Ia mengelus kepala anaknya yang masih berada di pundak Mingyu.

“Padahal seminggu sekali ketemu, ya,” Iya. Antara sebulan atau bahkan seminggu, mereka akan menyempatkan diri berkumpul di rumah Mingyu dan Wonwoo. Kegiatan ini sudah dilakukan ia dan teman-temannya semenjak masih duduk di bangku kuliah, dan berlanjut hingga sekarang. Acar kumpul itu tidak melulu dirumah mereka, awalnya. Namun usai Wonwoo hamil dan melahirkan, mereka sepakat untuk kumpul dirumah pasangan itu.

Semua sudah siap, Wonwoo sudah bergabung dengan mereka. Acara utama akan segera dimulai sebentar lagi, Seokmin maju sebagai pembawa acara hari ini. Dengan sedikit candaan dan sambutan dari keluarga inti, akhirnya mereka masuk ke inti acaranya. Tiup lilin.

Keluarga kecil Mingyu berdiri di tengah tengah, dengan Mingyu yang menggendong Chio dan Wonwoo berada di kanan sang anak. Lilin angka satu itu sudah dinyalakan oleh Jihoon tadi, mereka beramai ramai menyanyikan lagu selamat ulangtahun untuk Chio di barengi dengan tepukan tangan.

“Happy birthday, happy birthday. Happy birthday CHIOOOO!!!”

Lagu selamat ulangtahun sudah berakhir, kini waktunya mereka yang tiup lilin. Mingyu, Chio, dan Wonwoo meniup lilin itu secara bersamaan. Bayi kecil yang kini menjadi bintang utama itu tertawa sambil bertepuk tangan, hingga bibirnya menyembulkan gigi bawah Chio yang sudah tumbuh dua. Membuat orang orang disana memekik kencang dengan ke gemasan Chio.

Hari ini menjadi moment berharga untuk Chio, usianya bertambah satu tahun. Berkumpul dengan baba dan bubu, serta anggota keluarga lain dan om-om nya menjadi kebahagiaannya. Rumah mereka ramai dengan gurauan dan tawa yang mengudara di halaman belakang rumah keluarga kecil Mingyu yang terkadang di sebabkan oleh Chio. Atau candaan dari om-om besarnya Chio.

Tak lupa mereka juga berfoto bersama disana, Mingyu menyewa fotografer untuk mengabadikan momen yang membahagiakan ini.

 

Selamat meng-aminkan doa doa yang dilangit kan ya, Archio Ganeswara.