Actions

Work Header

Baby, One More Time!

Chapter 3: bonus chapter: the aftermath

Notes:

(See the end of the chapter for notes.)

Chapter Text

Dalam sebuah ruangan eksklusif boutique mewah, diantara puluhan gaun putih yang terpasang pada manekin, nampak seorang gadis yang sedang memerhatikan pantulan dirinya di depan cermin berukuran besar. Tubuh gadis itu terbalut oleh gaun putih sepanjang kurang lebih 5 meter; bagian bahunya dibiarkan terbuka, menunjukan lekuk tulang selangkanya yang manis; corset berlapis kain tile menonjolkan ramping pinggangnya, rok gaun itu mengembang dengan cantik dari pinggang ke bawah; dan tentu saja, gaun itu dihujani payet swarovski dan kristal dari berlian asli.

Gaun ini telah dipesan sesuai dengan ukuran tubuh gadis itu, namun Dan Oh tetap merasa sesak di dalamnya. 

“Aku masih tidak bisa mempercayai ini.” seseorang di balik punggungnya mendecak kagum, “After all the stunt you pulled out, akhirnya Kakak menikah dengan lelaki yang sama saja seperti Paman.” 

Rasanya malas sekali untuk menanggapi pernyataan tak penting dari Do Hwa, lelaki yang merupakan sepupunya. Dan Oh memusatkan perhatian kepada pantulan dirinya kembali, kemudian menoleh kepada salah satu karyawan boutique yang berada paling dekat dari gadis itu.

“Bagian pinggangnya terlalu sempit, saya kesulitan untuk bernapas! Bukannya sudah saya bilang untuk sedikit melonggarkan bagian ini?” keluh Dan Oh kesal, membuat semua karyawan di ruangan itu terdiam dan menundukan kepala mereka.

“Bukan salah mereka berat badan Kakak naik,” ujar Do Hwa mengejek, “Yah, siapa suruh hamil sebelum menikah?” 

Lagi-lagi Dan Oh tidak menghiraukan celotehan sepupunya, “Kenapa kalian diam saja? Cepat bantu saya melepaskan gaun sialan ini!” 

Berbondong-bondong mereka menghampiri Dan Oh yang sudah sangat jengkel setengah mati, dengan cekatan membantu Dan Oh untuk terbebas dari jeratan gaun putih itu sebelum ia kembali meledak, sedangkan Do Hwa menyeringai puas, kemudian kembali menyerbu Dan Oh dengan pertanyaan tak penting.

“Omong-omong, dimana dia? Kenapa malah aku yang disuruh menemani Kakak untuk fitting gaun pernikahan?” 

Belum sempat Do Hwa membuka mulutnya untuk melontarkan pertanyaan lagi, ponsel milik Dan Oh yang berada di tangan lelaki itu berdering keras.

Setelah melihat siapa yang menelpon, Do Hwa menunjukan layar ponsel tersebut kepada sang pemilik dengan sudut bibir terangkat, “Speaking of the devil.” 

Ryu Shi Oh is Calling..

Dengan lancang, Do Hwa menekan layar panggilan itu ke kanan, menerima telpon lelaki itu dan menekan fitur loud speaker.

“Sayang-ku?” 

Mendengar suara berat milik lelaki itu dengan nada penuh kasih selalu membuat bulu kuduk Dan Oh merinding.

“Kakak ipar!” seru Do Hwa, menyapa lelaki yang lebih tua darinya itu. 

“Do Hwa?” lelaki itu terdengar heran, “Kenapa kamu yang jawab telponnya? Mana istriku?” 

“Baru saja selesai fitting gaun. Kakak marah karena sepertinya gaun itu masih saja tidak pas untuknya.” Do Hwa terkekeh mencemooh, “Padahal kan harusnya itu berarti baik! Artinya bayi kalian berkembang dengan sehat, bukan?”

Dan Oh merebut ponsel tersebut dari tangan Do Hwa kasar dan mengakhiri panggilan itu, “Lebih baik kamu tutup mulut sialan itu sebelum aku merobeknya.”

Dengan gerakan yang dibuat-buat, Do Hwa mengerjap kaget,  “Wanita hamil mana boleh berbuat kasar seperti itu?”

Entah kekuatan darimana, tiba-tiba saja Dan Oh telah berada di hadapan lelaki itu dan tanpa ragu, ia layangkan tangannya ke wajah culas lelaki tersebut, menamparnya berkali-kali, mendorong tubuh lelaki yang jelas lebih besar darinya itu, dan melemparkan benda apapun yang berada dalam jangkauannya pada Do Hwa. Ia baru berhenti ketika percikan darah mulai mengotori putihnya lantai marmer boutique tersebut.

Dan Oh menghembuskan napasnya lega: ia merasa puas. 

****

Pesta pernikahan mereka dirayakan secara besar-besaran, ballroom hotel milik keluarga Dan Oh berisikan tamu undangan yang sebagian besar merupakan kenalan ayah—diantara mereka ada pejabat publik, CEO perusahaan besar, bahkan orang-orang penting dari industri hiburan. Beberapa dari mereka juga tamu Shi Oh, namun yang jelas gadis itu  tidak mengenali satupun dari mereka. 

“Selamat atas pernikahan anda, Nona Eun Dan Oh.” 

Ucapan selamat yang ditujukan kepadanya hanya membuat gadis itu muak. Berkali-kali ia memejamkan mata dan mendengus kesal, berharap acara sialan ini cepat berakhir. Sungguh kontras dengan lelaki yang senantiasa berada di sampingnya: Shi Oh terus memeluk pinggang mungil gadis itu, sesekali mengecup puncak kepalanya, atau menciumi jari manisnya yang kini dilingkari oleh cincin perak bertatahkan berlian, serasi dengan milik lelaki itu.

Salah satu dari jajaran pengawal menghampiri mereka, nampak tergesa-gesa, “Permisi, Tuan Ryu. Ada yang ingin bertemu anda secara personal. Terkait urusan penting dan tidak dapat ditunda.” 

Rahang Shi Oh mengeras, dengan suara tertahan dia menjawab pengawal tersebut, “Tidak bisa ditunda? Bahkan di pernikahanku?” 

Pengawal itu hanya bisa menundukan kepala, meminta maaf berkali-kali. Shi Oh mendecak, kemudian mengarahkan tatapannya pada sang pengantin wanita, “My dear wife, maaf. Sepertinya ada yang harus aku urus terlebih dahulu.”

Sementara yang diajak bicara masih terdiam, tak memberikan respon apapun. Shi Oh mengecup singkat bibir istrinya, “Aku akan segera kembali.” 

Dan Oh menghembuskan napas lega, akhirnya ia bisa terbebas sementara dari cengkaraman lelaki gila itu. Tetapi mungkin Dan Oh memang dikutuk dengan nasib buruk, sebab kelegaannya tidak berlangsung lama. Do Hwa, si sepupu sialan itu, menghampiri Dan Oh dan memberikan secarik kertas padanya. 

“Seseorang memberikan ini kepadaku, ditujukan untuk Kakak. Kata orang itu Kakak akan langsung mengerti maksudnya,” Do Hwa berujar, memandang Dan Oh penuh selidik, “Kakak selingkuh, ya? Jangan bilang yang ada di kandunganmu itu bukan anak Kakak Ipar?”

Sama sekali tak menghiraukan ucapan sampah sepupunya, Dan Oh memerhatikan kertas yang hanya berisikan tanda tanya besar dan kombinasi beberapa angka acak. Bagi beberapa orang hal itu mungkin membingungkan, tetapi tidak bagi Dan Oh. Kertas itu menyimpan pesan rahasia yang dibuat untuknya, pasti dikirimkan oleh agensi tempat ia bekerja. Jantungnya berdebar, mungkinkah ini berarti Dan Oh memiliki kesempatan untuk melarikan diri? 

Untuk pertamakalinya di hari itu, kedua sudut bibir Dan Oh melengkung naik. 

****

Pesan itu mengatakan dalam dua hari lagi, akan ada sebuah kapal yang telah disiapkan khusus untuknya melarikan diri dan memulai kehidupan dengan identitas baru. Kebetulan sekali, atau mungkin mereka telah merencanakannya matang, kapal itu berada di pelabuhan dekat dengan resort tempat pasangan suami istri baru itu berbulan madu. Hadiah dari ibu Dan Oh, yang bersikukuh putrinya pantas mendapatkan ini semua setelah melewati masa-masa sulit berada di luar naungan kasih mereka. Ibu juga menyiapkan dua koper khusus berisi pakaian untuk masing-masing agenda bulan madunya. Sia-sia saja, menurutnya. Sebab Dan Oh menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam kamar, berbaring di ranjang tanpa terbalut apapun. 

Shi Oh mengerjainya tanpa ampun, dan yang paling menyebalkan: tubuhnya menyukai segala perbuatan lelaki itu. 

Seperti saat ini, baru saja Dan Oh terbangun dari tidurnya dan ia telah berhasil dibuat mencapai puncak sebanyak dua kali oleh lelaki itu. Shi Oh berada diantara kedua pahanya; seperti merapalkan mantra sihir pada inti tubuhnya, membuat pikiran Dan Oh berkabut dan bibir mungilnya itu hanya bisa memohon lagi, lagi, dan lagi.

Namun, Shi Oh yang kejam tidak mengindahkan permohonannya, malah bangkit dan menciumi wajah sang gadis yang dibasahi oleh peluh dan tangis akibat perbuatan lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu. 

Look at you," ciuman itu kini turun kepada dua belah dadanya, “Kenapa waktu itu kamu bikin keributan dan nolak menikahi aku? Padahal baru aku kerjain dikit langsung mohon-mohon minta lebih.”

Jari lentik sialan itu juga ikut andil, dengan lihai dia memainkan titik inti tubuhnya, mengirimkan sinyal langsung pada otak Dan Oh untuk melengkungkan tulang belakang dan melenguh nikmat. Tetapi, masih ada yang kurang.

Dan Oh paham betul apa yang bisa membuat Shi Oh dengan cepat mengabulkan permintaannya.

“Masukin, please.” gadis itu memohon sambil setengah terisak,  “I want to be fulfilled with your seed.

Kehamilan Dan Oh yang digadang-gadangkan selama ini hanyalah kebohongan Shi Oh belaka, nyatanya gadis itu baru saja mendapatkan tamu bulanannya saat fitting baju pernikahan kemarin. Dan setelahnya, Dan Oh selalu memastikan untuk minum pil kontrasepsi yang diam-diam ia pesan online melalui ponsel ibunya (karena, apapun yang ada dalam ponsel Dan Oh akan langsung terhubung pada ponsel suaminya). 

Tentu saja Shi Oh tak tahu hal ini. 

Atau mungkin dia tahu, tapi ia sudah tak peduli lagi. Yang penting saat ini adalah bagaimana caranya ia bisa mendapatkan putih itu dengan cepat. 

“Mau hamil anak kamu, Shi Oh..”

And he was more than happy to obliged.

****

Mereka melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Pagi berganti siang, siang berganti malam: they're not stopping until he's sure she got what she want.

And it took more than two days.

****

Saat dokter mengoleskan gel dan menempelkan alat USG pada perutnya, perasaan aneh menyelimuti diri Dan Oh.

“Sejauh ini tidak ada masalah. Semuanya dalam keadaan baik..” 

Dokter terus menggerakan alat itu di atas perutnya dan melihat layar monitor yang menampilkan gambar hitam putih itu, “Sekarang kita dengar bunyi jantung adik, ya?” 

Suara debar jantung sontak memenuhi kamar tidurnya. Dan Oh selalu takjub tiap mendengarkannya, ia tak pernah menyangka debaran jantung janin bisa terdengar sekeras itu, semakin membuatnya sadar benar ada yang tumbuh dalam dirinya. 

Semakin membuat Dan Oh tersadar bahwa semua yang ia hadapi ini adalah kenyataan yang tak  lagi bisa ia hindari. 

“Pemeriksaannya sudah selesai. Hasilnya baik, namun tetap saja Nyonya Ryu tidak boleh terlalu kelelahan atau terpapar stressor yang tinggi. Pastikan istri anda  terhindar dari kondisi seperti itu dan menghabiskan semua vitamin yang saya berikan, Tuan Ryu. Oh, dan jangan terlalu banyak melarang Nyonya terkait makanan yang ia inginkan. Selama tidak ada alergi dan tidak berlebihan, makan apapun diperbolehkan,”

“Intinya, awasilah Nyonya Ryu dengan baik, Tuan Ryu Shi Oh!” 

Tuan Ryu Shi Oh, yang sedari tadi setia berada di sampingnya selama ia diperiksa, mengecup keningnya lembut, “Tentu saja, dokter.”

Mengawasi istrinya dengan baik bukanlah persoalan yang rumit bagi Shi Oh. Dia selalu tahu apa yang paling baik untuk wanita itu: salah satu contohnya adalah ketika lelaki itu menukar pil kontrasepsi milik Dan Oh dengan suplemen peningkat kesuburan. Dia yakin dapat membuat Dan Oh hidup dengan nyaman bersamanya, dan menjadi seorang ibu dari anak-anaknya merupakan hal terbaik yang bisa istrinya dapatkan, bukan?

My sweet, sweet Daisy,” Shi Oh telah berikrar untuk tak akan membiarkan wanita itu terlepas dari pandangan dan genggamannya, barang sedetikpun, “I love you forever, little one.”

 

FIN.

Notes:

surprise ;)
tolong komennya YAAH maaf kLo ga sesuai ekspektasi,,,

Notes:

lord pls forgave me.........