Actions

Work Header

Hyung? What should I do?

Summary:

Setelah hari yang melelahkan karena latihan dan pertemuan dengan staf agensi, Sungjin dan Younghyun hanya ingin cepat-cepat kembali ke dorm mereka. Namun, apa yang menunggu mereka di sana jauh dari kata santai. Mereka menemukan salah satu member berdiri di dapur dengan pisau di tangan, sementara seseorang tergeletak bersimbah darah di dekatnya.

"Hyung? What should I do?" katanya, bibir dan tangannya gemetar.

Keadaan semakin menegangkan saat mereka menyadari bahwa kejadian ini mungkin lebih dari sekadar kecelakaan...

Notes:

Sudah lama aku gak nulis, dan ini adalah draf beberapa tahun yang lalu. Semoga kalian suka.

(See the end of the work for more notes.)

Work Text:

Para member day6 baru saja selesai berlatih. Tapi Sungjin dan Younghyun dipanggil oleh staf karena ada sesuatu yang perlu dibahas. Oleh karena itu mereka menyuruh si kembar (Dowoon dan Wonpil) untuk kembali ke dorm duluan.

Sesampainya di dorm. Wonpil dan Dowoon membuka kulkas mereka, ternyata isinya hanya tersisa beberapa bahan. Bahkan setelah mengecek lemari dapur, ramyeon yang tersisa hanya beberapa bungkus, sangat kurang untuk 4 lelaki dewasa yang lapar.

Wonpil pun menulis beberapa hal yang perlu dibeli, lalu memberikan daftarnya ke Dowoon.

"Hyung? Kamu yang masak? Yakin nih?" karena Dowoon benar-benar tidak percaya akan skill memasak Wonpil.

"Udah, diem aja deh. Oh ya nih uangnya, jika ada kembalian bisa kamu pakai." kata Wonpil untuk menutup mulut si maknae yang banyak berkomentar itu.

"Yay! Jajan ice cream lagi. Makasih Wonpil hyung!"

Wonpil hanya menggelengkan kepala melihat Dowoon melesat keluar dorm.

 


 

Beberapa waktu kemudian Sungjin dan Younghyun sudah tiba di dorm. Ketika mereka membuka pintu, memanggil nama Wonpil dan Dowoon yang bisa mereka dengar adalah sahutan, "hyung? Is that really you?"

Hyunghyun melirik dan menaikkan alisnya ke arah Sungjin. Bingung. Karena tidak pernah sekalipun mereka mendapatkan respon seperti ini. Sungjin hanya menggelengkan kepalanya. Tidak tahu tentang situasinya. Lalu mereka mendekati asal suara itu, karena suara Wonpil terdengar sedikit.. aneh...

Betapa terkejutnya mereka melihat Wonpil berdiri sambil membawa pisau dan tidak jauh dari sana tergeletak seseorang yg sepertinya bersimbah darah.

"Hyung? what should I do?" kata wonpil dengan bibir dan tangan gemetar.

Mata Hyunghyun seakan ingin keluar dari tempatnya. Mulutnya membuka dan menutup seperti ikan. Jika situasi tidak segawat ini, Sungjin ingin sekali meledeknya.

"Oh hyung? Kenapa pintunya tidak ditutup?" begitu mendengar suara itu, Sungjin langsung lari ke arah pintu masuk. Dan benar saja, Dowoon berdiri disana berusaha melepaskan ikatan sepatunya.

"Dowoon.. ikut hyung sebentar yuk!" Sungjin langsung menarik lengan Dowoon dan menyeretnya keluar.

"Loh hyung? Lalu ini belanjaannya bagaimana? Hyung..!" suara Dowoon tenggelam begitu pintu dorm mereka ditutup.

Begitu suara langkah kaki Sungjin dan Dowoon tidak terdengar, Younghyun perlahan-lahan mendekati Wonpil. "Wonpil, taruh pisaunya," kata Younghyun sambil menatap mata Wonpil.

"Hyung.. a-aku gak bisa."

"Kamu bisa Wonpil, pelan-pelan. Taruh di meja sampingmu."

Tangan Wonpil makin bergetar. "Di-dia bisa saja bangun!"

Younghyun melirik sosok yang ada di kaki Wonpil. "Dia beneran pingsan. Cepat taruh pisau itu, lalu kamu pergi ke sisiku!"

Dengan patuh Wonpil mengikuti perintah itu, meletakkan pisau di atas meja dapur dan bergerak menuju Younghyun. Younghyun segara menarik Wonpil ke belakang tubuhnya. Diapun merogoh saku dan mengambil ponsel, lalu menelpon polisi dan memberikan penjelasan dengan detail. Matanya tidak pernah lepas dari tubuh tak berdaya di lantai itu.

 


 

Sungjin mendapatkan kabar dari Younghyun jika kondisi sudah terkendali, dan tinggal menunggu polisi datang. Sungjin juga memberitahu, bahwa dia dan Dowoon sedang duduk di depan minimarket sekitar dorm mereka. Jika ada sesuatu, mereka bisa kembali ke dorm dengan cepat.

"Hyung, ada apa sih?" tanya si maknae sambil memakan ice creamnya.

Sungjin hanya menggelengkan kepalanya. "Nanti saja aku kasih tau, sebentar aku mau menelepon."

Kemudian Sungjin menelepon seseorang. "Oh hyung, sudah baca pesanku? Baik, nanti aku jelaskan secara detail. Terima kasih."

Dowoon hanya menaikkan alisnya. Ketika melihat hyung tertuanya tampak sibuk sekali hari ini. 'sepertinya masih ada urusan dengan staff yang belum selesai' katanya dalam hati. Tanpa memusingkan hal tersebut, diapun melanjutkan memakan ice creamnya.

Setelah selesai menelepon, Sungjin memasukkan ponsel kedalam saku dan memperhatikan Dowoon. Lama kelamaan Dowoon yang merasa risih, akhirnya angkat suara. "Kenapa?" Dowoon memiringkan kepala, "apa ada lelehan ice cream di bibirku?"

Sungjin tidak langsung menjawab. Dia mendesah pelan sebelum akhirnya merespon, "Tadi waktu kalian kembali ke dorm duluan. Atau saat kamu sendirian keluar lagi untuk berbelanja, ada sesuatu yang aneh?"

Dowoon mengerutkan keningnya, berusaha mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. "Seingetku gak ada yang aneh. Emang kenapa?"

Sungjin mengusap mukanya. Bingung menjelaskan situasi yang barusan terjadi kepada member termuda mereka. Meskipun Dowoon hanya berjarak 2 tahun dengannya, dia merasa kesulitan menjelaskan tragedi barusan. "Jadi tadi waktu kamu pergi ke minimarket, sepertinya ada pen—"

Penjelasan Sungjin terputus ketika mendengar suara sirine mobil polisi dan ambulan. Pandangan mereka langsung tertuju pada iring-iringan kendaraan itu.

"Hyung, aku gak salah lihat kan, kalo mereka berhenti di depan gedung dorm kita?"

 


 

Suasana cukup kacau begitu Younghyun melihat beberapa polisi dan petugas medis keluar masuk gedung. Keramaian itu menyita perhatian para penghuni apartemen ataupun warga sekitar. Tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya, bahwa mereka menghadapi hal ini. Younghyun melingkarkan lengannya pada bahu Wonpil dengan erat, seakan memberitahu bahwa dia selalu di sisinya.

Akhirnya seorang polisi dan petugas medis mengarahkan mereka berdua untuk mendekati salah satu ambulan yang terparkir disana. Untuk mengecek kondisi fisik Wonpil yang baru saja diserang seseorang tidak dikenal. Rupanya wonpil membutuhkan perawatan luka-lukanya lebih lanjut di rumah sakit, oleh karenanya mereka disuruh naik ke dalam ambulan.

Begitu Wonpil dan Younghyun masuk ke dalam ambulan, mereka dapat melihat Sungjin dan Dowoon yang berdiri sambil terengah-engah mengambil napas. Sepertinya mereka baru saja berlari dari minimarket depan.

"Hyung!" kata Younghyun sambil turun dari ambulan dan menghampiri kedua rekannya, "aku akan menemani Wonpil ke rumah sakit. Kalian bisa menyusul kami nanti."

Sungjin memiringkan kepala, untuk melihat sekilas wonpil yang ada di dalam ambulan. "Oke, hati-hati!" katanya sambil menepuk bahu Younghyun.

"Akan aku kabari!" balasnya, lalu naik kembali ke dalam ambulan, dan pintu mobil itu menutup.

Dowoon dan Sungjin melihat mobil itu melaju meninggalkan mereka berdua. "Jadi.. sebenernya ada hal apa ini?!" kata Dowoon dengan ekspresi luar biasa bingung.

Sungjin menarik napas panjang, menatap Dowoon yang terlihat bingung. Ia tahu bahwa saatnya untuk menjelaskan semuanya.

"Dowoon, saat kamu pergi tadi, seseorang menyusup ke dalam dorm dan menyerang Wonpil," kata Sungjin dengan suara tenang, meskipun dalam hatinya dia masih merasa tegang.

"Eh? Seseorang menyerang Wonpil hyung? Tapi kenapa?" Dowoon tampak terkejut dan khawatir.

"Saat aku dan Younghyun sampai di dorm, Wonpil sedang memegang pisau, dan ada seseorang yang tergeletak di lantai, bersimbah darah. Dan sekarang polisi sedang menangani situasinya," jelas Sungjin.

Dowoon terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru saja dia dengar. "Siapa orang itu? Bagaimana dengan Wonpil hyung?"

"Wonpil sepertinya akan baik-baik saja karena mereka membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan untuk pelakunya, aku belum mendapatkan informasi, karenanya kita akan mencoba berbicara kepada polisi."

Mereka berdua berjalan memasuki gedung apartemen dengan langkah cepat. Ketika mereka tiba, mereka melihat polisi sedang mengamankan area, mengumpulkan bukti, dan mengambil keterangan dari beberapa penghuni apartment yang mungkin melihat sesuatu.

Seorang polisi mendekati mereka. "Apakah kalian penghuni gedung apartemen ini?" tanyanya.

"Ya, dan kebetulan kami orang yang tinggal bersama dengan korban, saya Park Sungjin, dan ini Yoon Dowoon," jawab Sungjin.

Polisi itu mengangguk. "Baik, kami telah mengamankan lokasi dan menemukan beberapa petunjuk. Tampaknya pelaku adalah seseorang yang mengenal lingkungan ini dengan baik. Kami juga mencari bukti terkait upaya pencurian yang gagal. Apakah ada yang hilang dari dorm kalian?"

Sungjin dan Dowoon saling berpandangan. "Kami belum sempat memeriksanya," kata Sungjin.

Setelah mendapatkan izin dan mengikuti protokol, mereka memasuki dorm yang sekarang menjadi TKP. Suasana tegang menyelimuti ruangan itu. Mereka memeriksa barang-barang mereka dan ternyata tidak ada yang hilang.

"Kami juga sudah menghubungi manajemen agensi Anda," jawab polisi tersebut. "Kami membutuhkan Anda berdua untuk memberikan keterangan lebih lanjut."

Mereka berdua diajak duduk di sofa, lobi gedung apartemen tersebut. Sementara itu, Sungjin mencoba menjelaskan situasi yang ia ketahui sejauh ini. "Hari ini kami berempat sedang latihan di gedung agensi, setelahnya saya dan Younghyun ada pertemuan dengan staf. Sehingga Dowoon dan Wonpil kembali terlebih dahulu. Kemudian Dowoon pergi untuk berbelanja, sedangkan saya dan Younghyun kembali ke dorm. Ketika masuk kami menemukan Wonpil dalam keadaan panik, memegang pisau, dan ada seseorang yang tergeletak di lantai dapur."

"Apa anda mengenali orang yang tergeletak itu?" tanya polisi sambil mencatat.

"Saya tidak yakin, karena hanya melihatnya sekilas," Sungjin terdiam sebentar, berusaha mengingat wajah pelaku. "Sepertinya dia bukan bagian dari staf atau orang yang kami kenal," jawab Sungjin mantap.

"Baik, kami akan menyelidiki lebih lanjut. Terima kasih," kata polisi sambil menutup buku catatannya dan meninggalkan mereka berdua.

"Sungjin hyung, menurutmu siapa yang bisa melakukan ini?" tanya Dowoon dengan nada berbisik.

"Aku tidak tahu, Dowoon. Tapi yang jelas, kita harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Aku berharap polisi bisa segera mengidentifikasi pelakunya," jawab Sungjin dengan tegas.

Beberapa saat kemudian, ponsel Sungjin berdering. Itu Younghyun. "Hyung, kami sudah di rumah sakit. Wonpil baik-baik saja, hanya butuh istirahat dan pemulihan," kata Younghyun di ujung telepon.

"Syukurlah dia baik-baik saja. Kami akan segera menyusul ke rumah sakit." Tidak lama kemudian telepon berakhir.

Meskipun mendengar kondisi Wonpil yang positif, Dowoon masih merasakan gelombang kecemasan. "Jadi sekarang kita ke rumah sakit?"

Sungjin mengangguk. "Iya, kita harus mengecek kondisi Wonpil. Dan kita perlu tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi."

Keduanya segera memanggil taksi dan menuju rumah sakit. Di perjalanan, pikiran Dowoon penuh dengan kekhawatiran tentang keadaan Wonpil dan perasaan bersalahnya akibat meninggalkan Wonpil sendirian, meskipun hanya sebentar.

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung menuju ruang gawat darurat. Di sana, mereka menemukan Younghyun dan manajer day6, Minseo yang sedang duduk di ruang tunggu, mereka terlihat lelah namun waspada.

"Bagaimana kondisi Wonpil?" tanya Sungjin segera.

"Dia sudah dalam penanganan dokter. Luka-lukanya tidak terlalu parah, tapi dia terguncang akibat kejadian ini," jawab Minseo.

"Apa ada informasi terkait pelaku tersebut?" Dowoon bertanya.

Minseo menggeleng. "Belum. Polisi juga belum datang untuk meminta pernyataan atau memberikan informasi."

"Yang penting sekarang kita ada di sini untuk Wonpil," kata Sungjin, mencoba memberikan ketenangan kepada semua. "Kita akan melewati ini bersama."

 

 

Setelah beberapa saat, seorang dokter keluar dan memberitahu mereka bahwa Wonpil sudah bisa ditemui. Mereka berempat segera masuk ke ruangan. Wonpil terbaring di tempat tidur, wajahnya pucat namun terlihat lega ketika melihat teman-temannya datang.

"Hyung...," bisik Wonpil, suaranya gemetar. "Aku takut."

Sungjin mendekat dan menggenggam tangan Wonpil dengan lembut. "Kami di sini, Pil. Kamu aman sekarang. Kita akan menghadapi ini bersama-sama."

Younghyun mengangguk setuju. "Ya, kami selalu di sisimu," kata Younghyun. "Kamu tidak akan sendirian."

"Dan hyung.. maafkan aku. Padahal aku cuma pergi sebentar, tapi dirimu—" belum selesai Dowoon berbicara, tetapi air matanya sudah tumpah.

Yang lain hanya bisa terkejut melihat reaksi Dowoon yang tiba-tiba seperti itu. Wonpil langsung menarik tangan Dowoon, lalu memeluk dan mengusap punggungnya. Berusaha menenangkan adik satu-satunya itu.

"Sudah, aku engga apa-apa kok. Cuma luka kecil. Yang penting bukan kamu korbannya." bisik Wonpil di telinga Dowoon. Namun kata-kata penenang itu malah membuat badan Dowoon semakin bergetar.

Sungjin, Younghyun, dan Minseo hanya bisa terpaku menyaksikan pemandangan di depan mereka.

 


 

Beberapa jam setelah kejadian penyerangan, suasana mulai sedikit tenang. Wonpil sudah dipindahkan ke kamar rawat inap, ditemani oleh Sungjin, Younghyun, dan Dowoon. Mereka semua masih diliputi kecemasan, namun sedikit lega karena kondisi Wonpil sudah stabil.

Manajer Day6, Minseo masih berada di rumah sakit, sibuk mengurus berbagai keperluan. Tak lama kemudian, beberapa polisi dan Minseo memasuki ruang rawat inap Wonpil dengan raut wajah serius.

"Permisi, apa saudara Kim Wonpil bisa memberikan pernyataan?" tanya salah satu polisi kepada mereka.

Wonpil mengangguk. "Ya, silakan."

"Wonpil, kami perlu tahu apakah kamu mengenali wajah penyerangmu," kata polisi itu dengan lembut namun tegas. "Ini penting untuk proses hukum."

Wonpil yang masih tampak pucat, berusaha mengingat kejadian tersebut. "Sa-saya tidak terlalu jelas melihat wajahnya dan semuanya terjadi begitu cepat," jawabnya dengan suara pelan. "Tapi... Sepertinya saya merasa ada yang familiar saat melihatnya."

Polisi kemudian menunjukkan beberapa foto kepada Wonpil. Sambil melihat satu per satu, tiba-tiba matanya membesar. "Oh!" serunya sambil menunjuk salah satu foto.

Polisi mengangguk dan kemudian menoleh ke Minseo. "Apakah Anda juga mengenali orang ini?"

Minseo mengambil foto tersebut dan mengamatinya dengan seksama dan ekspresinya berubah, matanya menyipit seperti sedang mengingat sesuatu. "Tunggu... saya pernah melihat dia sebelumnya," katanya.. "Ya, saya yakin pernah melihatnya di beberapa acara Day6. Dia berada diantara para fans yang lain, bahkan sering datang ke acara dimana member hadir di tempat itu." ucap Minseo.

Sungjin, Younghyun, dan Dowoon yang juga melihat foto pelaku, saling bertukar pandang. "Berarti dia seorang fans yang cukup obsesif," tambah Sungjin. "Kami baru menyadarinya, karena sering melihatnya di setiap acara kami."

Dowoon yang biasanya ceria, kini terlihat khawatir. "Jadi, ini semua karena dia fanatik dengan kami?" tanyanya pelan, malah lebih mirip seperti bisikan.

Polisi mencatat informasi tersebut dan berjanji akan menangani kasus ini dengan serius. "Orang ini akan segera diproses secara hukum. Kami sudah memiliki bukti yang cukup dan akan memastikan dia bertanggung jawab atas perbuatannya."

Younghyun, yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. "Terima kasih, Pak. Kami hanya ingin memastikan Wonpil aman dan kejadian seperti ini tidak terulang lagi."

"Ini sudah tugas kami," jawab polisi itu. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kalian."

Setelah polisi pergi, Minseo berdiri di sekitar mereka dan menepuk bahu setiap member Day6. "Aku tahu ini berat, tapi kita harus tetap kuat. Kita akan mengatasi ini bersama-sama."

Wonpil tersenyum tipis, merasakan dukungan dan kehangatan dari teman-temannya. "Terima kasih. Aku bersyukur punya kalian semua."

Dowoon, yang paling muda di antara mereka, mengangguk dengan mata berkaca-kaca. "Kita keluarga, hyung. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu ada untuk satu sama lain."[]

Notes:

Terima kasih sudah membaca. Aku sangat terbuka untuk kritik dan saran, semisalnya ada yang ingin disampaikan, silakan tinggalkan komentar.