Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationships:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2024-04-13
Words:
2,475
Chapters:
1/1
Kudos:
30
Bookmarks:
5
Hits:
918

The Apartment We Won't Share

Summary:

Jatuh cinta itu tidak ada batasannya, dengan siapa kita jatuh cinta, kapan kita jatuh cinta, termasuk bagaimana rasa cinta itu ditunjukan. Setidaknya, itulah yang Haechan percaya. Laki-laki berusia 24 tahun itu pernah jatuh cinta begitu dalam, 6 tahun lalu, sayangnya mungkin memang belum saatnya kisah cintanya kala itu jadi cinta abadinya.

Notes:

(See the end of the work for notes.)

Work Text:

6 years ago

 

Mark. Nama laki-laki yang akhir-akhir ini terus berkeliaran di kepala mungil milik Haechan. Kedekatan mereka berawal dari Haechan, mahasiswa baru yang mendapat hukuman harus foto dengan salah satu mahasiswa berprestasi di kampusnya dan membuat essay alasan mengapa memilih mahasiswa tersebut. Just like any other meet cute in the romance novel, Haechan memilih Mark, kakak tingkat 2 tahun di atasnya yang memiliki segudang prestasi akademik maupun non akademik.

Dan disinilah mereka sekarang, duduk bersebelahan di dalam mobil Mark yang sedang melaju untuk mengantar Haechan ke apartmentnya.

“Dek, ganti dong lagunya, bosen ih Taylor Swift terus tiap hari.”

“Ih bisa stop manggil aku dek ga sih? Emangnya aku adek kamu apa?” jawab Haechan dengan bibirnya yang sudah tertekuk ke bawah sambil mengganti lagu di handphonenya.

Mobil Mark berhenti di lampu merah, kemudian ditatapnya laki-laki di sebelahnya sambil mengusap lembut pipi gembil laki-laki itu.

“Bukan, Haechan yang lucu banget ini bukan adeknya Mark, tapi pacar. Mau ya jadi pacar aku?”

Haechan terdiam, kepalanya menengok ke arah laki-laki tampan di sebelahnya sambil memproses apa yang baru saja ia katakan.

“KAMU TUUUH NYEBELIN BANGET, GA ROMANTIS, IHHH UNTUNG GANTENG YA KALO ENGGA AKU TOLAK IH!!” Haechan senang, bahagia malah. Ini yang sudah ditunggunya sejak awal kedekatan mereka, tapi tak pernah terlintas di pikirannya bahwa akan ditembak di lampu merah dekat apartmentnya.

“Hehehe, berarti sekarang Seo Haechan, maba paling eksis yang dibilang nulis essay kayak nulis surat cinta buat Mark Lee, udah jadi pacarnya Mark Lee ya?” ucap Mark sambil menggenggam tangan Haechan.

“IYA!! Sekarang Seo Haechan pacarnya Mark Lee! Awas aja kamu jahatin aku, nanti aku bikinin essay lagi!”

Mereka berdua tertawa di sisa perjalanan mereka. Bahagia karena akhirnya dua sejoli dengan pertemuan tidak terduga itu sekarang sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Kejadian ini tidak akan pernah lupakan pastinya, karena siapa lagi pasangan yang akan meresmikan hubungan mereka di lampu merah?

 

***

 

4 years ago

 

“Daddy tumben deh ulang tahun ngajak makan di luar, biasanya kita cuma order take outs aja terus makan di rumah.” Haechan saat ini sedang pulang ke rumahnya, seperti biasa di akhir minggu memang jadwalnya Haechan untuk menghabiskan waktu bersama ayahnya.

“Ada yang spesial dek di ulang tahun daddy tahun ini. Tapi sebelumnya daddy mau minta izin adek dulu sih, kalo adek ga mau juga daddy ga maksa.” Seo Johnny, ayah Haechan, adalah seorang orang tua tunggal untuk Haechan sekarang, setelah 7 tahun lalu ibu Haechan meninggal dunia akibat sakit. Johnny akan berulang tahun minggu depan dan mau mengajak anak semata wayangnya ini makan di salah satu hotel ternama di ibu kota, hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.

“Jangan bilang… Akhirnya daddy mau ngenalin pacar daddy ya?! AAAAA ADEK SENENG BANGET AKHIRNYA BAPAK-BAPAK INI LAKU JUGAAA!!” Haechan senang bukan main mendengar kabar ini. Selama 7 tahun ini, kehidupan ayahnya hanya berputar antara pekerjaannya dan Haechan, sudah berkali-kali Haechan memaksa ayahnya untuk berkencan, namun selama ini tidak pernah ada tanda ayahnya memiliki kekasih.

“Iya dek, daddy mau ngenalin pacar daddy. Namanya Om Doyoung, dia juga punya anak cowok ga jauh beda umurnya dari adek. Nanti kalo Om Doyoung dateng sama anaknya, adek marah ga?”

“Daddyku sayang, adek seneng banget. Adek mau daddy bahagia terus, daddy bahagia kan sama Om Doyoung?”

“Bahagia banget dek, nanti adek bakal punya kakak, Haechan anak daddy beneran jadi adek nanti, seneng ga?” tanya Johnny sambil mengusap kepala anak semata wayangnya itu.

“SENENG! Nanti rumah kita jadi rame! Pokoknya daddy ga usah mikir aneh-aneh. Adek mau daddy bahagia terus sama Om Doyoung, kalo bisa kasih aku adek-adek lucu juga ehehehe.”

“Makasih ya adek, udah jadi anak yang pengertian. Kalo adek kapan ngenalin cowo kamu tuh yang suka anter jemput, jangan kamu kira daddy ga tau ya, enak aja itu bocah deketin anak daddy ga pernah izin daddy.”

“DIH!! Kepo banget sih bapak-bapak! Tapi nanti ya, abis ulang tahun daddy, aku ajak dia main ke rumah.” jawab Haechan sambil tersenyum lebar. Memang selama dua tahun menjalin hubungan dengan Mark, ia belum berkenalan dengan Johnny. Mark sering kali menanyakan, namun Haechan merasa belum siap, ia takut ayahnya malah tidak memperbolehkannya berpacaran karena memang topik itu tidak pernah dibahas dengan ayahnya. Jika tau ayahnya ternyata akan menerima dengan baik, tentu saja Haechan mau mengajak Mark untuk berkenalan dengan ayahnya.

 

 

“Sayang, aku kayaknya hari minggu ini ga bisa anter kamu balik ke apartment deh, papi mau ngajak aku dinner gitu, katanya dinner penting jadi aku harus ikut.” ucap Mark saat mereka sampai di depan rumah keluarga Haechan.

Hari ini Jumat malam, jadwal Haechan pulang ke rumah dan seperti biasa diantar oleh Mark.

“Eh aku juga lupa bilang kak, aku hari minggu besok dianter daddy soalnya mau dinner ulang tahun daddy nanti.”

“Oke sayang, sampein salamku buat daddy ya.”

“Minggu depannya, kamu harus main ke rumah ya. Aku udah janji sama daddy, mau ngenalin kamu abis dia ulang tahun.”

“Akhirnya ya, aku ga diem-diem bawa anak orang lagi sekarang. Udah sana turun nanti daddy kamu ngira kita ngapa-ngapain di mobil. I love you, sayang. Have a good sleep ya.” ucap Mark sambil mengecup ujung bibir Haechan.

“Halah ngapa-ngapain apanya, dua tahun pacaran paling jauh dicium ujung bibirnya.” jawab Haechan.

“Nanti ya anak kecil, tunggu waktu yang tepat.”

“Iya-iya, anak Tuhan banget sih kamu, anak baik kesayangan aku.” jawab Haechan yang kemudian mengecup pipi kekasihnya itu. “I love you more, kakak. Sleep tight bayiiik.” kemudian Haechan turun dan masuk ke rumahnya. Setelah itu, Mark pun menjalankan mobilnya untuk pulang.

 

 

Malam ini, dinner keluarga yang ditunggu-tunggu Haechan, akhirnya ia bisa mengenal kekasih ayahnya itu. Haechan dan ayahnya sudah sampai di restoran dan menunggu kedatangan Om Doyoung dan anaknya.

“Daddy, kok aku deg-degan ya mau ketemu sama pacarmu, kalo Om Doyoung ga suka sama aku gimana?”

“Lah dek, ngapain Om Doyoung suka sama kamu? Dia mah sukanya sama daddy.” jawab Johnny yang berusaha mencairkan suasana hati anaknya.

“Ih adek serius juga, daddy mah!” namun akhirnya mereka berdua pun tertawa.

“Itu tuh Om Doyoung udah sampe, berdiri dek!” ucap Johnny yang sudah melihat kekasihnya berjalan ke meja mereka.

Haechan pun mengikuti arah pandang ayahnya. Kekasih ayahnya itu terlihat berjalan sendiri, mungkin anaknya tidak jadi ikut, batinnya.

“Hi babe, sorry anakku tadi sempet nyasar, sekarang lagi cari parkir dulu.” ucap Doyoung sambil mengecup pipi Johnny. “Hi, Haechan ya? Kenalin aku Doyoung, maaf ya kalian nunggu, jadi lama deh kalian makannya.” kata Johnny sambil mengulurkan tangannya ke Haechan.

“Hi om, gapapa kok.” jawabnya sambil menjabat tangan Doyoung.

Mereka pun memesan beberapa menu makanan dan minuman sambil mengobrol, sudah 15 menit berlalu namun belum ada tanda-tanda anak Doyoung datang.

“Om, kata daddy anak om seumuran aku ya? Lagi kuliah juga dong?” tanya Haechan.

“Iya, lagi skripsian dia sekarang, Haechan tahun keberapa sekarang?”

“Aku masih tahun kedua om.”

“Nah itu anaknya sampe juga. MARK!!” ucap Doyoung sambil melambaikan tangannya ke arah anaknya.

Haechan mengikuti arah pandang Doyoung. Haechan tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya sekarang. Mark berjalan ke arah mejanya. Mark Lee, kekasihnya, adalah anak dari Doyoung, kekasih ayahnya. Entah di dunia fantasi mana mereka berada, tapi Haechan berharap ini tidak nyata.

Tatapan mereka bertemu, Mark yang awalnya ingin tersenyum karena melihat kekasihnya, mengurungkan niatnya karena menyadari situasi yang akan dihadapinya. Mark tau betul bahwa hari ini ayahnya ingin mengenalkan seseorang yang spesial di hidupnya, tapi tolong jangan bilang bahwa kekasihnya, Seo Haechan, adalah anak dari kekasih ayahnya.

Tuhan, Mark tidak pernah menuntut apapun di dunia ini, tapi tolong, jangan Haechan, jangan Haechan yang menjadi adik tirinya nanti.

“Kenalin ini Mark, anak aku satu-satunya. Mark, ini Om Johnny, pacar papi, kalo yang ini Haechan, anaknya Om Johnny.”

“Halo Mark, aku Haechan, semoga nanti kita bisa jadi kakak adik yang akur ya.” ucap Haechan dengan senyuman manisnya sambil mengulurkan tangannya.

Mark menyambut uluran tangan Haechan, kemudian menjawab “Hi, gue Mark.”

“Ih adek, udah ga sabar ya punya kakak sampe ngeduluin daddy. Halo Mark, saya Johnny.” ucap Johnny sambil mengulurkan tangannya.

Makan malam itu dilewati dengan senyuman oleh Haechan yang tidak bisa dimengerti oleh Mark. Berpura-pura tidak mengenal orang yang kita cintai, ternyata sesulit itu.

 

 

Jangan tanya keadaan Haechan sekarang, ia sedang menangis di apartementnya. Kejadian-kejadian selama makan malam tadi masih terngiang di kepalanya, ia masih berharap bahwa itu tidak nyata.

Bukan, bukan Haechan tidak bahagia atas kebahagiaan ayahnya. Doyoung memberikan kesan yang baik dan terlihat sangat mengerti dan mencintai ayahnya. Haechan pun senang bila Doyoung menjadi anggota keluarganya nanti. Tapi apa ia harus mengorbankan kebahagiaannya untuk kebahagiaan ayahnya?

Suara pesan masuk ke handphonenya, pesan masuk dari kekasihnya terpampang di layar. Ah, kekasih ya? Atau calon kakak tirinya?

 

Baby Mel<3

Haechan, we really need to talk. Aku di depan pintu apartment kamu, please let me in.

 

Benar, mereka memang perlu bicara. Haechan berjalan dari kamarnya untuk membuka pintu. Mark masih rapih dengan pakaian yang dikenakannya saat makan malam tadi, dengan rambut yang sudah berantakan, dan ekspresi yang tidak Haechan mengerti.

Masih dalam diam, mereka duduk di ruang tamu kecil di apartment Haechan. Tidak ada satupun dari mereka yang berani mulai bicara. Entah apa yang harus mereka sampaikan terhadap satu sama lain, mereka sama-sama bingung.

“Tujuh tahun terakhir ini semenjak ibu meninggal, daddy ga pernah kenalin siapapun ke aku. Hari ini, akhirnya aku liat tatapan cinta daddy yang ga pernah aku liat 7 tahun terakhir ini, aku liat lagi tadi, pas daddy natap Om Doyoung.” Haechan akhirnya mulai berbicara.

“Kak, aku gak bisa kalo harus ngerebut itu dari daddy.” sambungnya.

“Chan…” ucapan Mark menggantung. Ah, sudah 2 tahun ini Haechan tidak pernah mendengar namanya dipanggil oleh Mark, selain saat Mark sedang marah. Aneh rasanya, seperti ada jarak yang terbentang luas antara mereka sekarang ini.

“Aku mau ngalah kak, buat daddy. Maaf kalo kesannya keputusan sepihak, tapi aku harap kamu ngerti. Demi papimu juga, kak.” tangisannya sudah tidak bisa ditahan lagi, perlahan air matanya turun tanpa izin pemiliknya.

“Chan, aku coba ngomong pelan-pelan dulu ya ke papi sama Om Jo? Seenggaknya biar mereka tau hubungan kita dulu, jangan langsung kayak gini.”

“Kak, kamu tuh ga ngerti! Kalo udah jelasin ke mereka juga terus apa? Kamu mau mereka yang bubar? Terus kamu mau kita lanjut sampe mana? Sampe nikah? Terus menurut kamu gimana nanti mereka? Jadi besan? Lo egois kalo kayak gitu! Mereka udah mau nikah kak! Sadar!! Mereka tadi tunangan depan kita! Lo liat ga ekspresi kebahagiaan mereka gimana? Lo tega kak ngambil itu dari mereka? Lo kalo mau ngancurin hubungan mereka, silahkan deh kalo tega, tapi jangan bawa-bawa gue, atau hubungan yang pernah ada diantara kita.”

“Chan, maksud aku ga gitu. Aku juga mau papi bahagia sama Om Jo, tapi sampe kapan mereka ga tau soal hubungan kita?”

“Selamanya. I will carry this shit to my grave. Don’t you ever dare to mention this to them! Cukup sampe sini aja, cukup lo sama gue yang tau.”

“Chan, I love you. I really do. Please jangan nangis lagi, aku ga bisa liat kamu nangis kayak gini.” Mark menarik Haechan ke pelukannya, membiarkan Haechan menangis dalam pelukannya mungkin untuk terakhir kalinya. Air mata yang sedari tadi ditahan juga ikut turun ke pipi Mark.

“Chan, aku juga mau liat papi bahagia. Aku seneng denger mereka ternyata udah serius dan mulai nyiapin pernikahan. Aku bahagia akhirnya bisa punya orang tua yang lengkap, aku bahagia akhirnya bisa ngerasain jadi kakak.” ucapan Mark terputus, diusapnya wajah Haechan kemudian dikecupnya pipi gembil itu.

“Kamu tau apa yang bikin aku makin bahagia? Ternyata aku bakal punya adik yang baik, pengertian, sayang sama keluarga, dan aku tau papiku bakal disayang banget sama calon adik tiriku. Maaf ya, ternyata hubungan kita di kehidupan kali ini harus berakhir kayak gini. Aku janji, bakal jadi kakak yang baik buat kamu, jadi anak yang baik dan sayang sama Om Jo juga.”

Tangis Haechan pecah, hancur sudah pertahanan dirinya. Orang bilang jatuh cinta harus siap dengan segala konsekuensinya. Tapi siapa yang pernah siap kalau ternyata seumur hidupnya akan dihabiskan menjadi adik dari orang yang dicintainya?

“Kak, makasih ya. Aku janji bakal sayang sama papi dan kamu kayak aku sayang sama daddy. Tolong sayangin daddy dan aku kayak kamu sayang sama papi ya?”

“Iya, dek. Aku janji. Kita bakal jadi keluarga yang hangat dan sayang satu sama lain.”

Sisa malam itu mereka habiskan saling berpelukan, tidak ada yang mau melepaskan pelukan hangat malam itu, mungkin karena keduanya sama-sama tau bahwa malam itu adalah malam terakhir pelukan hangat penuh cinta bisa mereka berikan ke satu sama lain. Karena setelah ini, hanya ada pelukan hangat antara kakak dan adik diantara mereka.

 

***

 

present time

 

“ADEK!! Buruan turun kita mau berangkat! Ini Jeno juga udah sampe!” Doyoung berteriak untuk memanggil anak bungsunya yang entah sedang apa di kamar.

“Aduh papiku ga usah teriak-teriak deh. Adek kan juga harus cantik hari ini, mau ketemu ponakan baruuu!” Haechan yang turun dari atas langsung menghampiri Doyoung dan memberikan kecupan di pipinya.

“Ini kakak bilang Jaemin udah mau keluar ruang operasi, Jeno juga udah sampe, daddy juga darimana aja sih bapak-bapak satu ini aduh bener-bener deh kalian.”

“Sayang, udah ya ayo daripada marah-marah, mending kita berangkat. Daddy abis dari toilet doang loh.” ucap Johnny sambil menggandeng tangan suaminya ke luar rumah.

“Mas, gandeng aku juga dong, liat tuh daddy udah tua aja masih gandeng papi.” ucap Haechan pada Jeno.

“Iya, kecil. Sini yuk udah berangkat, Kak Mark udah nunggu.”

 

 

“Kakak, selamat ya sekarang udah jadi papi juga!”

“Ayah, bukan papi. Gue maunya dipanggil ayah, Jaemin nanti yang dipanggil papi.” jawab Mark yang sedang menggendong anaknya yang baru beberapa jam lalu.

“Selamat ya Kak Mark, Jaemin.” ucap Jeno.

“Thank you ya, Jen. Lo cepet nyusul juga dong sama si bocil, kasih Timothy sepupu buat temen main.”

“Yee, nyusul punya anak mah bisa aja sekarang, tapi ntar lo kaget aja.” jawab Haechan.

“Adek mulutnya bener-bener deh! Sayang liat tuh anak kamu!” ucap Johnny.

“Biarin aja ntar juga Jeno ilfeel sama dia, terus nanti nangis-nangis aku ga mau nemenin.” jawab Doyoung sambil mencubit kecil perut Haechan.

“Ih! Mas Jen ga bakal ya ilfeel, iya kan, mas?”

“Iya, kecil. Nanti nikah dulu ya, baru kasih Timothy sepupu.” jawab Jeno sambil mengelus kepala tunangannya itu.

Ruang di rumah sakit itu jadi saksi bisu keluarga hangat yang bahagia atas kelahiran seorang putra dari Mark dan Jaemin. Kebahagiaan atas bertambahnya anggota keluarga kecil mereka dan nantinya keluarga itu juga akan bertambah besar dengan adanya Jeno yang akan menikah dengan Haechan beberapa bulan lagi.

Empat tahun lalu, Mark dan Haechan tidak akan menyangka bahwa perpisahan mereka sebagai sepasang kekasih akan membawa kebahagiaan sebesar ini di masa depan. Mark tidak akan menyangka dia akan menikah dengan Jaemin, yang kemudian dianugerahi putra di tahun kedua pernikahannya.

Jeno adalah malaikat untuk Haechan. Jeno yang sejak awal sabar menemani Haechan yang masih berusaha menata kembali hatinya, Jeno yang selalu menemani Haechan di setiap langkah pencapaiannya, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.

Jatuh cinta itu tidak ada batasannya, dengan siapa kita jatuh cinta, kapan kita jatuh cinta, termasuk bagaimana rasa cinta itu ditunjukan. Dalam kisah ini, masing-masing memiliki akhir bahagianya sendiri, dengan pasangannya masing-masing, dengan fasenya masing-masing, dan dengan cara mereka masing-masing.

Notes:

hi, it's been a while.
this is an impromptu story, hope you all can enjoy this♥
as always, by yours truly,
@8266stars on X