Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2023-03-23
Completed:
2023-04-02
Words:
3,845
Chapters:
2/2
Kudos:
3
Hits:
47

There Is A Ghost in Your Room

Chapter 2: bonus.

Notes:

a bonus chapter based from this bubble bellow

Chapter Text

 


 

Soeun membuka pintu rumah kontrakannya dan segera melepas jaketnya yang sudah basah terkena air hujan. Ia pun melihat sekeliling rumah dan tidak menemukan kekasihnya di sana. 

 

"Beb? Di mana?" tanya dirinya dengan suara yang sedikit keras, bersaing dengan suara hujan di luar. Tak mendengar tanda-tanda apapun, dirinya pun segera menuju ke kamar mereka berdua. Dan menemukan kekasihnya itu sedang tidur melingkar di atas kasur. 

 

"Beb? Ini udah aku beliin semua," timpal Soeun sambil mendekat dan menyentuh bahu Soojin. Kekasihnya itu pun menoleh ke arahnya. 

 

"Nggg, beb….sakit…." rintih Soojin seraya mengelus bagian bawah perutnya. Mendengar hal itu, Soeun langsung melepas jeans-nya yang basah dan naik ke atas kasur, menggantikan tangan Soojin dan mengelus perutnya perlahan. 

 

"Kamu ngapain lepas celana?" tanya Soojin heran. 

 

"Basah, beb. Kehujanan. Daripada kasurnya ikut basah nanti," jawab Soeun singkat, sambil terus menempelkan telapaknya yang hangat ke perut kekasihnya itu. "Jangan dilihatin, malu tahu," lanjutnya sambil berusaha untuk menutupi tubuh bawahnya yang terekspos dengan menarik-narik ujung kemejanya. 

 

Mendengar hal itu, Soojin malah memilih untuk mengamati penampilan Soeun. Beberapa anak rambut menempel di sekitar wajahnya, bekas jejak air merembes di kerah kemejanya, ditambah dengan suara derasnya hujan di luar membuat Soojin paham bagaimana kekasihnya ini pasti habis menerjang hujan.

 

"Kok nggak pakai jas hujan?" tanya Soojin. 

 

"Kelamaan, keburu kamu nungguin nanti. Gimana? Mau ganti sekarang?" Soeun tahu pasti jika kekasihnya ini sedang mendapatkan haid. Soojin pun membalasnya dengan anggukan dan Soeun langsung keluar kamar, meraih bungkusan persegi dalam kantong belanja dan menyobeknya, mengambil satu lembar dari dalam. 

 

Soojin nampak sudah berjalan ke arah kamar mandi dan Soeun langsung memberikan bungkusan pembalut baru itu kepadanya. 

 


 

Soeun mengunyah keripik kentang di hadapannya sambil scrolling Instagram. Mendengus ketika melihat postingan Jiyoon yang sedang menangis saat keluar dari wahana rumah berhantu. Mampus, anying. Sok-sokan nakut-nakutin padahal nyali juga ciut, batinnya. Dirinya pun teringat ketika sahabatnya itu mengaku bahwa cerita tentang kisah horor di kamar kostnya dulu adalah kebohongan belaka. Di mana hal itu diungkap ketika dirinya dan Soojin baru saja pindah ke rumah kontrakan ini. Agak bikin kesal, tapi ya sudahlah, toh mereka berdua jadi bisa tinggal bersama di satu atap yang lebih luas dan terbebas dari tetangga kost dan aturan-aturan ketat di sana.

 

Ia pun mendengar langkah kaki Soojin yang mendekat ke arahnya dan sebelum dirinya sempat menoleh, ia merasakan kehangatan pelukan kekasihnya itu dari belakang. 

 

"Thank you, beb. Udah bela-belain bolak-balik, nerjang hujan, sampe basah semua gini," ucapnya di pundak Soeun.

 

"Anything for you, sayang," jawab Soeun menoleh ke arah kepala Soojin dan mengecup pipinya singkat. 

 

"Mandi gih, terus pakai celana please. Harus ada solidaritas ke aku dong." Soeun tertawa mendengarnya. Ia pun mengecup kekasihnya lagi, kali ini di bibir, dan beranjak menuju ke kamar mandi. Tak lupa, dirinya pun mendapatkan pukulan gemas dari Soojin di pipi pantatnya. 

 

Sembari menunggu kekasihnya mandi, Soojin pun membuka wadah makaroni pedasnya dan menyantapnya bersama dengan minuman teh rasa lemon favoritnya.

 


 

Malam harinya, Soojin membubuhkan minyak kayu putih di sekitar perutnya untuk membantu meringankan rasa nyeri haidnya. Ia pun meminta Soeun untuk memeluknya dari belakang. Sebelum mereka terlelap, keduanya saling bercerita tentang kegiatan mereka hari ini. 

 

"Mood-ku hari ini jelek banget, sampe ga nafsu buat kerja dan ngobrol sama orang lain. Akhirnya sepanjang hari ku diemin tuh anak-anak kantor. Sampai anak magang yang ku supervisor-in juga ikut diem, takut kayaknya," cerita Soojin sedikit merasa bersalah. Ia pun mendapat tawa kecil dari Soeun yang mulai mengelus perutnya dari belakang. 

 

"Tapi begitu lihat kamu pulang, hujan-hujanan bolak-balik beliin ini itu, nemenin aku, elusin perut aku, semuanya jadi kayak baik-baik aja gitu." Soojin menoleh ke belakang dan mengecup bibir Soeun, membuat keduanya tersenyum lebar. 

 

"I know, kamu ga bisa hidup tanpa aku, kan?" ungkap Soeun sumringah. 

 

Soojin pun meraih wajah kekasihnya itu, mengumpat "shut up," dan memperdalam ciuman mereka. 

 


 

Soeun memarkirkan motornya di basement dan berlari ke arah tangga darurat, menuju ke kantin di lantai 1. Ia pun melemparkan pandang dan menemukan Soojin yang sedang duduk di salah satu meja. Senyum Soeun mengembang, segera ia menghampiri kekasihnya dan memeluknya dengan erat. Tentu Soojin pun terkaget dan dibuat bisu oleh pelukan tiba-tiba itu. 

 

"Aku bahagiaaaaa banget," seru Soeun di antara pundak dan leher Soojin. Kekasihnya itu pun bertanya mengapa dan semakin heran dengan tingkah Soeun. Ia pun melonggarkan pelukannya dan menatap Soojin dalam. Senyum manisnya masih terukir di sana. 

 

"Jadi aku tadi diajak ketemuan sama kak Hyunjin. Setelah lama galau-in dia pergi. Kamu tahu? Jadi ternyata dia resign karena mau bikin EO sendiri. Dan dia ngajak aku buat join, bahkan nawarin aku jadi stage manager! Setelah sekian lama jadi crew terus di sini," cerita Soeun dengan semangatnya. Mendengar itu Soojin pun ikut bahagia dan bangga. Ia membelai pipi Soeun dan mencubitnya ringan. 

 

"Awww, good news semua dong ini? Aku bangga sama kamu, ketika di tempat sekarang orang ga lihat potensimu, tapi ternyata ada juga orang-orang yang lihat itu di kamu. And you deserve it. Congratulations!" Soojin melingkarkan lengannya ke bahu Soeun dan mengecup pipinya singkat. 

 

"Kamu tahu, semua yang kamu omongin waktu itu benar. It's okay kalau aku sedih ditinggal mentor yang luar biasa kayak kak Hyunjin, tapi aku ga boleh nyalahin dia buat pergi. Dan aku juga harus move on, ga berlarut-larut mikirin hal itu, bahkan sampai memengaruhi kerjaanku. Dan ternyata, itu adalah sebuah langkah buat hidupku. Sekarang malah dia datang ke aku, rekrut aku. Gila ga sih? Bahkan kamu tahu, orang-orang yang udah dia rekrut itu keren-keren semua. Aku sebagai anak bawang jadi merasa terhormat ada di tengah-tengah mereka," Soeun kembali memeluk kekasihnya, kali ini lebih lembut. 

 

"Thank you udah tenangin aku kemarin-kemarin. Thank you udah percaya sama aku. Thank you karena kamu selalu ada buat aku. Love you, Soojin," kali ini Soeun meninggalkan kecupan selama beberapa detik di dahi Soojin. Membuat kekasihnya itu tersipu malu, apalagi mereka sedang ada di tempat publik, dengan banyak orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka.

 

"I know, kamu ga bisa hidup tanpa aku, kan?" tanya Soojin menggoda. Yang ditanya pun hanya bisa senyum-senyum sendiri. 

 

"Iyaaa, aku ga bisa hidup tanpa kamu. Puas?" 

 

Soojin pun terkekeh mendengarnya. Sepertinya mereka sudah impas. 

 

"Saling jaga, ya?" tanya Soojin, meminta kepastian. 

 

Soeun pun tersenyum lembut, "Saling jaga," sebelum mengacak-acak pangkal kepala Soojin, membuat anak itu protes karena tatanan rambutnya jadi berantakan. 

 

"Benerin lagi!" protes Soojin. 

 

"Iya-iya ampun," jawab Soeun menahan tawanya sambil mencoba merapikan rambut kekasihnya itu.

 

Notes:

cari tahu lebih di twitter @kebanyakanbias