Work Text:
note: fifth-year in hogwarts
Jeno sang keeper terlihat sibuk mengedarkan pandangannya mengawasi chaser team-nya yang terlihat gesit memperebutkan bola quaffle dari tim lawan, secara mendadak merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa ketika sebuah bludger tanpa sengaja mengenai kepalanya.
Pemuda yang merupakan keeper team quidditch gryffindor itu menggenggam firebolt miliknya dengat erat, berusaha mempertahankan posisinya untuk tetap melayang di udara. Pandangannya terasa semakin mengabur ketika ia memaksakan dirinya untuk membuka kedua matanya.
Sesekali Jeno menggelengkan kepalanya, berdampak kepada rasa sakit yang semakin terasa menghantam bagian kepalanya yang baru saja terkena bludger. Genggamannya semakin terasa melemah hingga Jeno dapat merasakan tubuhnya secara bebas terjatuh dari sapu terbang kebanggaannya, dan tepat beberapa detik sebelum ia mendarat di atas tanah lapang quidditch, sayup-sayup ia mendengar seseorang merapalkan sebuah mantra dengan lantang.
“Aresto Momentum!”
Professor Kwon, yang tengah memberikan salah satu ramuan buatannya kepada Madam Seo. Kemudian menarik salah satu tangan perempuan tersebut, mengisyaratkan muridnya yang sudah empat hari ini tidak sadarkan diri akibat terhantam bola bludger saat pertandingan quidditch mulai membuka matanya.
“Madam Seo, kurasa kau harus memeriksanya,” ucap Professor Kwon sedikit khawatir.
Mungkin ini pertama kalinya bagi Jeno, sang keeper gryffindor itu terhantam bludger dan tertidur selama empat hari. Wajar saja menurutnya, mengingat pukulan yang di layangkan beater team lawan sangatlah keras. Beruntung salah satu murid asramanya sempat merapalkan mantra sebelum Jeno terjatuh secara keras di area lapangan quidditch.
“Berapa lama aku tertidur, Madam Seo?” Suara Jeno terdengar serak. Pita suaranya mungkin akan hilang jika ia tertidur lebih lama lagi.
“Empat hari,” ucapnya seraya memberikan Jeno sebuah ramuan yang membuat Professor Kwon mengeryit tidak suka ketika bau dari ramuan tersebut tercium olehnya.
“Kau beruntung salah satu murid memperhatikan pelajaran dengan baik di kelas mantra, Jeno. Jika tidak, mungkin kau bisa tertidur selama dua minggu penuh.” Professor Kwon mengedikkan bahunya, berjalan mendekati sebuah meja yang berada tepat di depan ranjang inap milik Jeno dan mengambil sebuah coklat untuk diberikan kepada Jeno.
Jeno mengeryitkan kedua alisnya ketika ia selesai meminum ramuan yang diberikan Madam Seo, terasa aneh di mulutnya dan terasa sangat menyengat di hidungnya. Jeno dengan cepat mengambil coklat yang diberikan Professor Kwon, menghela napas ketika sensasi aneh di lidahnya perlahan menghilang.
“Kau tahu siapa yang merapalkan mantranya?” Madam Seo melihat dengan rasa penasaran, karena jarang sekali Professor yang ada di depannya ini membanggakan dan menyebut seorang murid secara berkali-kali.
Jeno menatap Professor Kwon dengan rasa penasaran yang sama. Sungguh ia sangat ingin berterima kasih kepada siapapun yang membantunya, mengingat ia tidak perlu tertinggal kelas selama dua minggu lebih.
“Tentu saja. Ia bersamaku ketika pertandingan berlangsung.”
Jeno menaikkan salah satu alisnya, merasa heran. “Slytherin?”
Professor Kwon menganggukkan kepalanya dengan bangga. Ia bahkan langsung memberikan 10 poin untuk murid tersebut karena daya tangkapnya yang cepat.
Madam Seo menatap keduanya bingung, masih tidak bisa mengetahui siapakah murid yang disebutkan oleh sang Professor. Kedua matanya menatap sekeliling ruangan hospital wing yang terlihat cukup tua, dan tersenyum ketika melihat setumpuk coklat honeydukes di meja depan ranjang inap Jeno.
“Madam Seo mengenalnya?” tanya Jeno yang dibalas anggukan senang oleh Madam Seo.
“Orang yang sama yang memberikanmu seluruh coklat ini.”
Jeno menatap coklat dihadapannya dengan penasaran. Hanya beberapa murid di sekolah ini yang tahu ia menyukai coklat dari honeydukes. ‘Apakah Renjun?’ pikirnya, kemudian menggelengkan kepalanya mengingat Professor Kwon menyebutkan murid tersebut berasal dari asramanya, sedangkan Renjun, adik kembarnya berada di asrama bersimbolkan burung gagak.
“Kurasa ia akan datang sebentar lagi.”
Baru saja Jeno akan mengajukan pertanyaan, sebuah suara yang terdengar cukup kesal menginterupsi percakapan mereka. Tentu saja Professor Kwon dan Madam Seo mengenal orang tersebut. Sementara Jeno, ia dapat merasakan aliran darahnya mengalir dengan cepat menuju kedua pipinya ketika mendengar suara yang amat sangat dikenalnya dan juga ucapan yang dilontarkan oleh orang tersebut.
“Madam Seo, apakah Jeno masih belum terbangun? Merlin’s beard! i’ll kick Lucas butt for made my lover like this!”
Professor Kwon tertawa ketika melihat ke arah pemuda yang seringkali ia banggakan ini terdiam di tempatnya dengan wajah yang mulai memerah menyadari pemuda yang ia sebutkan tadi, sudah tersadar dan mendengar seluruh perkataannya. Kemudian ia melirik ke arah Jeno yang masih terduduk di ranjang inapnya dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dan mengisyaratkan Madam Seo untuk meninggalkan keduanya.
“Talk to him, Haechan. He’s awake now.”
-end of part one.