Actions

Work Header

Just Bday Fic for Lucas

Summary:

Masumi hampir lupa ulang tahun Lucas.

Notes:

LucaMasu as couple!!!!!

i wanna cry bc i could finish this fic before Lucas" bday ends *sobs*

Happy birthday Lucas!!!!

(See the end of the work for more notes.)

Work Text:

Masumi tidak terlalu ingat tanggal ulang tahun seseorang, jika tidak ada yang mengingatkannya. Ulang tahunnya sendiri pun kadang ia tak ingat. Tahu-tahu beberapa anak Mankai memberinya hadiah atau sekedar ucapan ulang tahun.

Hari inipun tak beda. Jika saja ia tak diingatkan oleh sebuah alarm di ponselnya, mungkin ia akan merasa sangat sedih dan menyesal karena melewatkan hari spesial untuk Lucas, sang idol dari grup I♥B itu.

Maka, setelah latihan hari ini selesai, Masumi segera mengirim pesan untuk Lucas. Oh, namun sebelum mengirim pesan, ada yang Masumi lakukan terlebih dahulu di ponselnya.

 

.
.
.

Lucas dan member I♥B baru saja selesai makan malam. Semua member kecuali Noah kembali ke kamar mereka masing-masing.

Lucas langsung merebahkan diri di kasur, menghidupkan layar ponselnya untuk melihat jam. Dan ketika layar ponsel sudah menyala, bukannya ia melihat jam, pandangannya justru teralihkan pada pesan dari aktor muda. Tak sadar ia mengulum senyum melihatnya. Segera ia membukanya, dan semakin terkejut ia dibuatnya.

 

Masumi : Joyeux anniversaire♥

 

Ah iya, hari ini ia bertambah umur. Karena latihan anak I♥B yang mulai padat karena beberapa Live yang akan diadakan, ia sampai melupakan hari ulang tahunnya sendiri.

 

Lucas : terima kasih, Masumi ^^
Lucas : aku hampir saja melupakan hari ulang tahunku

 

Masumi : kalau begitu, berarti aku yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun?

Lucas : yup!
Lucas : dan kau mengucapkannya menggunakan bahasa prancis!! Aku benar-benar senang!!

Masumi : hmm.... itu aku pakai gugel terjemah sih.

Lucas : tidak masalah bagiku.

 

Tidak masalah bagi Lucas, karena melihat Masumi yang berusaha itu saja sudah sangat cukup membuat hatinya berbunga.

 

Lucas : boleh kutelpon?

Masumi : boleh.

 

.
.
.
“Aku keluar sebentar,” Masumi pamit kepada Tsuzuru yang membaca buku.

“Kemana- tidak, jangan lama-lama. Di luar dingin soalnya,” balas Tsuzuru. Mengingat Masumi yang tidak akan memberitahunya akan pergi kemana jika ia bertanya, maka dari itu Tsuzuru tidak jadi bertanya. Dan jika ia tak salah lihat, Masumi terlihat seperti tersenyum. Hm, ia jadi penasaran apa yang membuatnya tersenyum di malam hari ini.

Setelah keluar kamar, Masumi berjalan ke kursi yang ada di halaman dorm Mankai. Dan benar kata Tsuzuru, di luar udaranya dingin. Untung saja Masumi mengenakan jaket, jadi ia bisa menyelimuti diri dari angin malam.

Tak lama setelah ia duduk di kursi, ponselnya berbunyi. Dengan segera ia mengangkat telpon tersebut, yang tentu saja dari kekasih idolnya.

“Halo, Masumi~” sapanya dengan lembut.

 

Ah, hanya mendengar suaranya saja sudah membuat Masumi tersenyum lebar. Jantungnya pun terasa berdegup kencang. Untung saja mereka sedang tidak bertatap muka, jika tidak, Masumi yakin Lucas sudah mendengar suara degup jantungnya.

“Masumi, aku tidak menggangumu, kan?” tanya Lucas khawatir karena Masumi tak kunjung merespon.

“Tidak kok! Maaf. Aku hanya.... sangat rindu suaramu,” ucap Masumi jujur. Masumi benar-benar bersyukur mereka tidak tatap mata sekarang. Karena ia merasa pipinya sangat panas sekarang.

“Syukurlah kalau tidak mengganggu. Aku juga rindu Masumi. Sangat,” balas Lucas yang kini merasa sendu.

 

“Oh iya, aku belum mengucapkannya secara langsung. Selamat ulang tahun, Lucas,” ucap Masumi.

Masumi mendengar Lucas tertawa pelan. Sepertinya ia tak ingin temannya yang lain mendengar suaranya karena suara Lucas terdengar tertahan. Tanpa sadar Masumi ikut tertawa, entah apa yang ia tawakan. Mungkin tawa Lucas memang menular.

 

“Kau benar-benar membuatku senang hari ini, Masumi,” ujar Lucas dengan jujur.

“Hm? Aku bahkan tidak melakukan apa-apa hari ini,” balas Masumi bingung.

“Ucapanmu di pesan tadi, bisa mendengar suaramu sekarang, bahkan kau memberiku ucapan lagi dengan suaramu. Kau tidak tahu betapa bahagianya aku sekarang,” ucap Lucas penuh perasaan.

“Kau berlebihan, Lucas,” balas Masumi. Wajahnya saat ini ia tutup dengan salah satu tangannya. Entah kenapa ia menutupinya, padahal tak ada seorang yang melihatnya saat ini. Tapi perkataan Lucas mampu membuatnya malu.

 

“Hei, Masumi. Sabtu ada acara tidak?” tanya Lucas.

“Sepertinya tidak. Kenapa?”

“Kencan yuk!”

“Eh? Emang tidak apa-apa? Maksudku, bentar lagi kalian ada Live kan? Pasti sibuk,” ah, bukan Masumi sekali menjadi orang yang terlalu perhatian dan mengalah seperti ini. Tapi setelah tahu resikonya berpacaran dengan seorang idol, ia jadi berubah seperti ini. Ya walaupun ini bukan hal yang buruk sih.

“Tenang saja. Noah bilang sabtu minggu kita istirahat,” balas Lucas.

“Kalau memang tidak apa-apa, oke. Aku mau,” ucap Masumi menyetujui ajakan kencan Lucas.

“Oke. Nanti aku jemput! Sampai ketemu hari sabtu, Masumi!” suara Lucas terdengar riang.

Masumi mengangguk, bodohnya dia karena Lucas tak bisa melihatnya. Ia pun segera menyahut, takut Lucas berpikir ia tidak antusias. Karena kenyataannya, Masumi sama antusiasnya dengan Lucas.

 

“Hatchim!!!!”

Udara di luar terasa semakin dingin, hingga membuat Masumi tak dapat menahan bersin.

“Kau tak apa-apa, Masumi?” tanya Lucas.

“Hm... hanya kedinginan,” balas Masumi.

“Jangan bilang sekarang kau ada di luar?”

Tak ada jawaban dari Masumi, membuat Lucas berasumsi bahwa ucapannya itu benar. Ya walaupun memang benar adanya.

“Masumi, sebaiknya kau segera masuk. Jangan sampai masuk angin!” titah Lucas.

“Aku masih ingin mengobrol denganmu. Tapi aku tidak ingin obrolan kita didengar Tsuzuru,” ujar Masumi.

“Kita akan mengobrol sepuasnya sabtu nanti, aku janji. Tapi sekarang lebih baik kamu masuk kamar dan istirahat. Aku juga mau istirahat karena besok ada latihan pagi,” ucap Lucas meyakinkan Masumi.

Masumi pun menuruti permintaan Lucas. Mereka mengucapkan salam perpisahan di telpon, dan Masumi berjalan kembali ke kamar.

 

Masumi maupun Lucas malam itu tak bisa tidur nyenyak karena rasa senang yang hinggap di dada. Mereka tak sabar hari sabtu datang. Ingin rasanya sabtu cepat datang agar mereka bisa saling melepas rindu. Namun, sayang. Mereka masih harus sabar menanti.

Tapi keduanya tak masalah jika harus menanti. Karena mereka tahu, penantian mereka akan terbalaskan dengan perasaan yang tak akan bisa tergantikan oleh apapun.

Notes:

/nangis di pojokan/ aku yang nulis, aku sendiri yang malu >///////<