Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2022-03-30
Words:
982
Chapters:
1/1
Kudos:
5
Bookmarks:
1
Hits:
54

You Are My Sunshine

Summary:

Tentang cinta pertama yang dijumpai, pergi, dan dijumpai kembali di waktu yang lain.

Work Text:

“Permisi, buku ini punya kamu, bukan?”

 

Seorang gadis dengan seragam SMA yang rapi bertanya pada anak laki-laki yang sedang menggerutu karena tasnya rusak. Anak itu menoleh ke arah sang gadis, melihat buku komik yang dipegangnya.

 

“Iya Kak. Terima kasih ya,” ucapnya, selayaknya anak-anak yang baru diberikan sesuatu.

 

“Tas kamu rusak? Sini pake tas kainku aja,” gadis itu menepi, mengeluarkan isi tas kainnya lalu memindahkan isi tas kain itu ke dalam tas sekolahnya dan memberikannya pada si anak lelaki.

 

“Nanti aku balikin ke Kakak gimana?” tanya anak itu bingung.

 

“Rumahku deket kok. Tuh sebelum rumah paling ujung jalan di sana. Nanti kamu balikinnya ke situ aja.” 

 

“Terima kasih ya kak.”

 

“Oiya, aku Akane. Kamu sering main sama Seishu ya? Dia adik aku,” katanya sambil mengulurkan tangan ke sosok yang lebih pendek.

 

Tangan halus Akane dijabatnya, “aku Kokonoi Hajime.”

 

Di sinillah semuanya dimulai.

 

Ada satu lagu yang sering diputar keluarga Kokonoi hingga anak itu hafal lagunya di luar kepala. Sebuah lagu yang berkesan bagi kisah cinta kedua orangtuanya. Liriknya begitu sederhana dan kadang membuat Hajime kecil bosan dengan nada dan kalimatnya, tetapi perlahan ia mulai mengerti makna dalam dari lagu tersebut yang membuatnya mencucurkan air mata.

 

*You are my sunshine, my only sunshine*

 

Hari di mana tasnya rusak akan menjadi hari penuh gerutu jika saja Inui Akane tidak berjumpa dengannya. Tetapi takdir meminta Akane untuk hadir, menghapus gerutu dan kekesalan Hajime kecil dengan senyuman di bawah hangatnya matahari sore itu. 

 

Sungguh, senyuman gadis remaja itu sangat cerah, melebihi matahari musim panas. Rambut emasnya yang sedikit menjuntai di wajah pucatnya sangat cantik diterpa sang surya membuat Hajime tidak ingin melihat apapun selain wajah rupawan itu. 

 

Hajime menemukan cinta pertamanya.

 

*You make me happy when skies are grey*

 

Selayaknya keluarga Asia, orangtua Hajime menuntutnya untuk selalu mendapat nilai yang bagus. Jika Hajime mendapatkan nilai jelek, bisa-bisa ia kena marah dan dihukum tidak boleh bermain di sore hari. Siang itu wajahnya suram dan tidak mau diajak bicara oleh siapapun kecuali Seishu dan Akane. Sayangnya, Seishu sendiri juga sedang murung akibat kucing kesayangannya kabur dari rumah sehingga ia belum bisa menghibur Hajime.

 

Lamunan si lelaki murung itu dihentikan oleh sesuatu yang dingin di pipinya. Ia kaget lalu segera menoleh ke belakang dan melihat Akane membawa kemasan eskrim kesukaannya. “Hajime mau gak?” tanyanya dengan riang.

 

Tidak ada jawaban.

 

“Ehh? Hajime nangis? Kenapa?” gadis itu panik dan segera duduk di samping Hajime, merangkulnya tanpa ragu. Ia mengelus pelan rambut hitam Hajime.

 

“Takut dihukum sama Mama. Nanti katanya nggak boleh main sama Inupi, gak boleh main sama Kak Akane lagi.” 

 

“Ohh gitu, nanti bisa remed lagi ga? Kalo nanti ada remed, aku sama Seishu temenin kamu belajar di rumahmu ya?” Akane bicara dengan lebih lembut, memberikan secercah harapan bagi seorang anak yang ketakutan dimarahi orangtuanya. Pelan-pelan Hajime tersenyum dan menghapus air matanya sendiri. 

 

*You’ll never know, dear, how much i love you*

 

“Aku suka sama Kak Akane.”

 

Kalimat itu meluncur dengan mulusnya dari Hajime kecil yang polos dan baru merasakan cinta pertamanya. 

 

“Meskipun aku lebih tua 5 tahun?” tanya Akane. Ia tidak terlihat terkejut ataupun menertawakan Hajime. Sepertinya Akane sudah tahu sejak lama.

 

“Iya. Kalau kita dewasa kan gak akan ada bedanya,” sahut Hajime sambil menahan detak jantungnya yang terus berpacu.

 

Akane hanya tersenyum. 

 

Hajime mengerti, Akane bukan orang yang cocok untuk dicintai. Usia mereka terpaut jauh. Akane gadis yang cantik dan pintar, pasti banyak laki-laki lain sebaya Akane yang menyukai gadis pirang itu. Hajime hanya ingin Akane tahu bahwa ia sangat mencintai Akane sampai waktu yang Hajime sendiri tidak tahu.

 

Akane mungkin akan menikah lebih dulu, Hajime paham itu. Akan tetapi tetap saja kalimat “Aku mau nikah sama Kak Akane kalo udah dewasa nanti,” meluncur begitu saja ketika Hajime berdiri di depan rumah keluarga Inui. 

 

Jawaban Akane hanyalah “Janji ya?” dengan senyum manis yang tidak akan pernah Hajime lihat lagi, sebab beberapa menit kemudian senyum itu habis dilahap api.

 

Please don’t take my sunshine away

 

Hajime kecil menatap ruangan tempat Akane berbaring melalui jendela kaca. Lidahnya kelu, air matanya terus berlinang. Kini tidak ada lagi benda dingin yang ditempelkan Akane di pipinya. Hatinya hanya menggaungkan satu kalimat, “Kumohon, jangan ambil Akane dari dunia ini.”

 

Anak kecil berusia sebelas tahun mengorbankan masa kecilnya dan terjun ke dunia kriminal. Dihadapinya orang-orang dewasa yang penuh dengan manipulasi. Ditinggalkannya segala kepolosan dan masa kecil yang mengasyikkan. Semua demi membiayai sang tercinta untuk tetap bertahan hidup. Sekalipun nantinya Akane memiliki bekas luka di seluruh tubuhnya, Akane akan selalu cantik di mata Hajime. Sekalipun rambut emasnya habis dan tidak akan tumbuh lagi. Sekalipun mata zamrudnya harus menjadi buta. Sekalipun suara indahnya akan sulit untuk didengar. Bahkan sekalipun Akane tidak bisa berjalan untuk selama-lamanya, Hajime akan tetap mencintainya.

 

Namun, angan hanyalah angan. Semua perjuangan Hajime menjadi sia-sia, namun ia tidak bisa kembali lagi ke kehidupan lamanya. Ia menjadi kriminal muda kaya raya dengan hati yang kosong dan tanpa tujuan. Semua mimpinya telah terkubur bersama hatinya di bawah batu nisan makam keluarga Inui.

 

***

 

Lama, lama sekali setelah insiden itu terjadi. Rumah itu kini sudah beberapa kali berganti penghuni, bahkan sekarang sudah menjadi ruangan staff seorang mangaka. Seorang remaja laki-laki berambut hitam klimis melintas di depan bangunan itu. Ia merutuki tasnya yang rusak sambil kerepotan membawa bukunya. Tidak lama kemudian ia mendengar suara lembut seorang wanita.

 

“Permisi, buku ini punya kamu, bukan?”

 

Remaja pria itu menoleh, matanya menatap sosok wanita dengan setelan musim dingin. Rambutnya pirang, matanya hijau terang. 

 

“Iya Kak. Terima kasih ya,”  remaja itu menghampiri sang wanita muda dan mengambil buku pelajarannya yang terjatuh.

 

“Kokonoi Hajime-kun, begitu kan bacanya? Nama yang bagus,” ucap sang wanita muda ketika melihat nama di buku pelajaran itu.

 

“Bener kok gitu bacanya Kak.”

 

“Hari ini mangaku debut volume pertamanya. Aku kasih gratis ya buat kamu,” wanita itu menyerahkan sebuah komik shoujo yang menampilkan seorang gadis pirang dan laki-laki berambut hitam yang lebih muda darinya. Siswa berambut klimis itu melihat siapa nama penulis di pojok halaman cover buku.

 

Mangaka itu bernama Inui Akane.