Work Text:
"Shuuuush," Joy menjejalkan sepotong bakwan dengan sadis ke mulut sepupunya. "Kamu tu kalo cerita pelan-pelan, jangan mak bedunduk datang terus Jo asdfghjkl. Mbok pikir aku ngerti karepmu ? "
Bonita mengunyah bakwan jagung (yang untungnya tidak terlalu besar) dengan kesal. Ketimbang harus chat, ia lebih suka mengesot ke sepupunya yang nongkrong di dekat dapur. Arisan kali ini Joy yang jadi tuan rumah, otomatis pemuda itu menjadi babu dapur membantu kakak dan ibunya menyiapkan penganan.
Ketimbang harus bolak-balik permisi nuwun sewu punten assalamualaikum waalaikumsalam dari ruang tamu, lebih baik buku kas diserahkan ke Mahesa yang hanya udad-udud sambil guyon di sebelah mas Kiki. Lebih enak juga nongkrong di dekat dapur jadi bisa sekalian kontrol jajan apa yang habis, teko mana yang perlu refill, sebelah mana yang kurang asbak. Kecuali rokok yang tanggung jawab masing-masing sih. Emangnya pengajian bapak-bapak? Pake refill rokok segala, enak betul.
"Udah to ? Kenyang? Waras? Nyoh mimik baru cerita," setengah gelas jus jambu disodorkan, agak nggak nyambung tapi mau bagaimana juga diseruput Bonita. " Piye piye? Seniormu koyo asu ? Dana event telat turun? Mas Kiki?"
Boni mengangguk sedih, "Masa nggak ada angin nggak ada ujan mas Kiki mendadak bilang 'hehe Boni wangi ya' terus aku ditinggal relay bakwan ke teras?? What the hell. "
"Oalah, ngger," Joy menepuk-nepuk lutut sepupunya dengan prihatin. "Cen mas Kiki nek ngomong sak penake dhewe gitu tapi mesti maksudnya nggak jelek. Soalnya kamu juga ambune wangi banget aku sampe ngelu."
Bonita mengendus blusnya dengan panik. Pasti karena tadi Kiki dan Mahesa terlanjur datang menjemput saat ia baru selesai mandi. Makanya semprot parfum sekenanya saja tanpa perhitungan.
"Laaah, gimana kalo gini?? Aku numpang mandi lagi ya terus pinjam baju kak Sonia," Joy buru-buru menahan lengan gadis ini. "Iih, Joyi! Mumpung arisannya baru mulai nih."
"Bon, aku paham kalo kamu tuh seneng byanget sama mas Kiki tapi ya mbok jangan goblok-goblok nemen gini."
Bonita terlihat akan mengatakan sesuatu tapi memilih mencokot bakwan jagung pada akhirnya. Gelas jus ditawarkan namun sang gadis menggeleng. Sumpah ya, demi apa sih jam delapan malam minum jus jambu pake gelas bir segede bagong. Freak.
Boni tuh sebel. Sudah dari kapan hari hatinya diacak-acak mas Kiki. Dari salah paham gandengan lalu fakta random tentang bantalan boncengan yang sengaja diganti agar pantatnya nggak sakit, belum lagi jadi nempel-nempel mas Kiki karena harus ngelewatin polisi tidur yang tingginya amit-amit, jajan bakso dadakan karena kehujanan. Hati Bonita sudah lelah, mas.
"Bon, laper?" Sonia, kakak Joy, yang datang dengan sepiring bakwan panas menatapnya heran. "Masih ada lodeh sama bandeng itu di belakang, mau tak ambilin sisan ?"
"Kakak nggak usah ikut-ikutan ngeselin kaya Joyi deh!" Jemarinya bermaksud meraih bakwan lagi tapi ternyata piring di sebelahnya kosong. "Ugh, yaudah aku makan aja!"
Sonia menatap Joy yang hanya mengangkat bahu. Pemuda itu lalu membawa piring bakwan untuk refill di depan, sekalian mengecek siapa yang belum bayar kas. Biar Boni makan dulu, nanti juga ngambeknya hilang.
Bonita yang mencak-mencak, mengambil nasi di piring lalu menolak halus tawaran ibu Joy tentang tambahan tempe goreng hangat dan ditemani makan. Budhe istirahat aja, nanti Joyi kesini lagi kok. Sambal dibubuhkan banyak-banyak agar mengurangi amarah. Niatnya, habis makan Bonita harus kembali jadi badass lagi nggak menye-menye mikirin mas Kiki. Meskipun Boni rela menye-menye sih kalo mas Kiki mau jadi pacarnya suatu saat nanti, ahiy!
" Mboten ngrepoti ah bulik, mangke Kiki aturaken ibu . "
Boni nyaris menelan tulang bandeng saat melihat Kiki berdiri di ambang pintu dapur dan berbincang dengan ibu Joyi. Bibir buru-buru diusap, kaki diturunkan dari kursi, pose duduk dirubah agar terlihat lebih elegan. Untung saja tidak ada nasi yang salah masuk jalur dan memperkeruh suasana.
"Loh Boni belum maem to ?" Pemuda itu berjalan ke arah dispenser, mengisi gelasnya dengan air putih hangat. "Tadi aku sama Esa jemputnya kecepetan?"
"Oh nggak kok, mas. Tadi aku aja yang keasyikan nonton drakor," Bonita menyuap lagi dengan anggun, dikunyah lalu baru bertanya karena Kiki malah duduk di sampingnya. "Mas Kiki nggak balik ke depan?"
"Bentar lagi, nemenin Boni maem dulu aja. Masa aku mbalik sendirian nggak sama Boni hehe."
Ingatkan jantung Bonita untuk berdetak lagi setelah ini.