Actions

Work Header

Rating:
Archive Warning:
Category:
Fandom:
Relationship:
Characters:
Additional Tags:
Language:
Bahasa Indonesia
Stats:
Published:
2019-01-17
Words:
457
Chapters:
1/1
Kudos:
6
Hits:
58

but you still said yes

Summary:

Choromatsu tidak mengerti mengapa dia tidak menolak ajakan Karamatsu untuk pergi ke hutan sialan ini.

Notes:

- Osomatsu-san (c) Akatsuka Fujio

- Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.

(See the end of the work for more notes.)

Work Text:

Ini adalah kali kedua mereka memasuki hutan kerajaan.

Choromatsu menghela napasnya panjang, tangannya memegang erat buku serta tongkatnya. Bukan karena takut, namun justru untuk menahan diri agar dia tidak melemparkannya pada si prajurit yang kini sedang berjalan (sok) gagah di depannya. Menyebalkan sekali. Sekarang prajurit itu bisa saja berjalan dengan dada membusung. Nanti akan menciut dengan sendirinya ketika bertemu dengan makhluk hutan menyeramkan seperti waktu itu.

"Ah, mengapa juga aku ikut denganmu?" Choromatsu menendang kerikil-kerikil. "Lagipula mengapa kau sebegitu inginnya bertemu dengan naga ini, sih?"

Prajurit itu, yang sedari tadi hanya melihat ke depan, kini memutar kepalanya untuk menatap Choromatsu. Lengkap dengan senyum lebarnya serta kedua matanya yang bersinar. Choromatsu masih tidak mengerti bagaimana dia bisa memberi efek yang hanya ada dalam buku-buku komik pada matanya. Padahal dia adalah seorang penyihir, seharusnya tahu kalau hal seperti itu memiliki mantra tersendiri.

"Perintah raja," jawab Karamatsu, "tentu kita ingin membuat raja kita bahagia, kan? Maka dari itu, Choromatsu sayangku, jika kita dapat membuat naga ini menjadi ... pesakitan kita, raja akan terpukau."

Tongkat yang dipegangnya terayun, memukul kepala Karamatsu agak keras hingga prajurit itu mengaduh.

"Bukan 'perintah raja', tapi kau saja yang memiliki banyak waktu luang sehingga memutuskan untuk menjemput ajal dengan pergi ke sini." Penyihir itu menatap langit yang sudah mulai berwarna gelap dan mendecak. "Kalau kita mati di sini, aku yang akan menyiksamu di neraka nanti."

Karamatsu masih mengusap kepalanya yang tadi dipukul, namun senyumnya masih bertahan. Agak membuat Choromatsu kesal, tetapi dia memutuskan untuk mengambil langkah di depannya dan tidak melirik wajahnya lagi. Lebih baik dia mencari tempat yang lumayan aman untuk mereka menghabiskan malam sebelum langit benar-benar sudah kehilangan cahayanya.

"Lekas bangun tenda yang kau bawa," Choromatsu menunjuk tempat kosong, "kita bermalam di sini."

"Eh?" Karamatsu tampak terkejut, dan Choromatsu harus menahan dirinya agar tidak berteriak. "Kita tidak meneruskan perjalanan kita? Masih ada waktu hingga matahari benar-benar tenggelam."

"Dan menjadi makanan hewan di sini? Tidak terima kasih. Bagaimana kalau kita bertemu dengan naga itu di tengah jalan dan dia akan memakanmu?"

Prajurit itu tampak berpikir sebentar. "Entahlah, tawarkan dia makanan yang lain? Aku yakin diriku bukanlah makanan yang enak."

Choromatsu mengusap wajah dengan kedua tangannya. Dia bisa gila jika percakapan ini diteruskan. Tidak, tidak, Karamatsu harus cepat membangun tendanya, lalu dia akan membuat api unggun untuk mereka berdua. Lalu tidak akan ada percakapan yang dibutuhkan setelahnya. Dia sudah malas berbicara, jadi dia hanya memberikan tatapan tajam pada si prajurit dan berharap prajurit itu mengerti. Untungnya, Karamatsu mengerti. Dia menutup mulutnya yang sudah terbuka dan tidak jadi mengatakan hal bodoh lainnya.

Setelah beberapa lama, barulah Karamatsu kembali mengatakan sesuatu dengan suara yang pelan, namun masih bisa Choromatsu dengar. "Terima kasih sudah menemaniku ke sini, padahal yang lain menolakku mentah-mentah."

"Jangan membuatku kedengaran lebih bodoh dibanding yang lain."

Notes:

haaaii!
hehe ini cuma fik pemanasan aja karena saya udah lama gak nulis HAHAHA maaf ya saya meninggalkan fandom ini begitu lama :")) sambil nunggu movie-nya ((mungkin)) saya akan berusaha produktif lagi :))