Tari Aniri
Tari Aniri adalah tarian adat yang berasal dari daerah Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat. Eksistensi awal dari tarian ini sudah ada sejak Indonesia merdeka. Tarian yang diciptakan oleh Imayu ini bersifat sakral dan magis, sehingga tidak dapat ditarikan oleh sembarangan orang.
Tarian ini menggambarkan pembebasan pembebasan seorang anak dari gangguan setan setelah ditelantarkan oleh kedua orang tuanya yang pergi ke dusun. Tarian tersebut dibawakan secara berkelompok oleh penari laki-laki dan wanita, serta dilakukan pada sore atau malam hari.
Susunan tarian ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu orang tua pada bagian pertama, anak kecil yang tinggal sendirian di rumah pada bagian kedua, setan yang mendatangi anak kecil di rumah dan dijadikan anaknya pada bagian ketiga, dan orang tuanya yang datang mencari anaknya pada bagian keempat. Setelah kedua orang tuanya bertemu dengan anaknya yang telah dibebaskan dari kuasa setan, mereka lalu mengikuti para pembebas.
Setidaknya, terdapat tiga gerakan khusus dalam tarian ini yang menjadi pembeda dari tarian adat Papua lainnya, yaitu wae ndi (gerakan yang melindungi anak dari gangguan setan), aniri ndi (gerakan memberi makan setan agar mau melepaskan anaknya), dan wapa (gerakan proses pembebasan anak dari kekuasaan setan).
Busana yang digunakan oleh para penari disebut dengan tauri atau rogoi (daun sagu), yang dihiasi dengan bulu burung kasuari, cenderawasih, dan kakaktua putih. Adapun tata riasnya biasanya menggunakan kapur dan tanah yang berwarna merah. Tarian ini menggunakan iringan alat musik tifa, sedangkan lagu pengiring yang dilantunkan adalah awito tuo.[1]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ "7 Tarian Tradisional Papua dan Fakta Unik di Baliknya". Kumparan. Diakses tanggal 17 April 2022.